Kebakaran di Bali

Kisah Pilu Kakak Beradik asal NTT Jadi Korban Tewas Kebakaran Gudang Gas di Bali, Istri Lagi Hamil

Kedua bersaudara tersebut direncanakan akan dipulangkan oleh kerabat dan dikebumikan di kampung halamannya, NTT.

ISTIMEWA
Kakak beradik korban meninggal dunia akibat Kebakaran LPG 3 Kg pada, Minggu 9 Juni 2024 di Jalan Kargo Taman, Denpasar akan dipulangkan oleh kerabat untuk dimakamkan di Manggarai Barat, NTT.  

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Peristiwa kebakaran gudang gas LPG di Jalan Cargo, Denpasar, Bali menyisakan kisah pilu bagi keluarga kakak beradik asal Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tewas dalam insiden tragis tersebut.

Kedua bersaudara tersebut direncanakan akan dipulangkan oleh kerabat dan dikebumikan di kampung halamannya, NTT.

Sementara dihimpun Tribun Bali dari lapangan, identitas korban tewas kakak beradik yang bekerja di gudang LPG itu diketahui bernama Petrus Jewarut (Ernus).

Baca juga: Satu Korban Kebakaran Gudang Elpiji di Denpasar Masih Dirawat di RSUD Mangusada

Korban berjenis kelamin laki-laki dan berusia 31 tahun.

Ernus dilaporkan menghembuskan napas terakhirnya pada Selasa, 11 Juni 2024 sekitar pukul 21.30 Wita dengan kondisi luka bakar 80 persen.

Korban berikutnya diketahui beridentitas Robiaprianus Amput yang diketahui merupakan adik korban bernama Ernus.

Robiaprianus diketahui berusia 23 tahu dan meninggal dunia pada Rabu, 12 Juni 2024 pukul 10.30 Wita dengan luka bakar 87 persen.

Sementara, kerabat korban, Bernat mengungkapkan bahwa keduanya adalah kakak beradik berdasarkan informasi dari penuturan keluarga.

Nahasnya, keduanya bekerja di lokasi yang sama.

 “Tapi saya tidak tahu kronologi bagaimana. Saya tahu kalau kakak sudah meninggal dunia pertama kali, saya dapat informasi jam 21.00 malam.

Baca juga: Korban Tewas Bertambah, 3 Orang Meninggal Akibat Kebakaran Gudang Elpiji di Jalan Cargo Denpasar

Maka saya langsung datang ke forensik. Kami sampai pagi berangkat ke sini jam 11.00 ke bandara dan jadwal keberangkat jam 15.30 sore,” kata Bernat saat ditemui di Forensik RSUP Prof Ngoerah pada, Rabu 12 Juni 2024.

Bernat menambahkan, ketika dia bersama kerabat lainnya mengurus kepulangan jenazah Ernus ke kargo Bandara Ngurah Rai, dia kemudian mendapatkan kabar duka, sang adik Ernus juga meninggal dunia.

Alhasil, Bernat pun bergegas kembali menuju RSUP Prof Ngoerah untuk mengurus jenazah sang adik Ernus.

 “Adiknya lagi proses mempersiapkan dokumen yang perlu disiapkan untuk keberangkatan besok mungkin jam 08.00 diberangkatkan ke kampung halaman,” imbuhnya.

Untuk biaya kepulangan kedua korban, Bernat telah melakukan diskusi dengan keluarga dan perusahan tempat kedua korban bekerja.

Kata Bernat, perusahaan siap memback-up biaya dari rumah sakit sampai kampung halaman. Namun perusahaan hanya mampu menanggung 2 penumpang.

 “Sebagai keluarga kami tidak memaksa tapi ini suara hati kami tetap bertanggung jawab untuk dua mereka yang berdampingi,” paparnya.

Baca juga: TEWAS Sudah 3 Orang, Korban Kebakaran Gudang LPG di Gatsu, Anggota DPR Duga Ada 21 Titik Pengoplos!

 Ketika ditanya apakah perusahaan sempat bertemu pihak keluarga korban, kata Bernat, perwakilan dari perusahaan tempat korban bekerja sudah menemui keluarga korban semalam.

Dan ketika ditanya apakah perusahaan mau memberikan kompensasi atas kejadian ini Bernat mengatakan untuk kompensasi pihaknya dan keluarga korban tidak pernah menuntut.

 “Saya bilang seberapa kemampuan mereka jangan tolak, karena ini bukan kehendak kita ini kecelakaan kerja, syukur perusahan terlibat,” bebernya.

Kata Bernat perusahaan gas tersebut janji memberikan santunan untuk keluarga korban yang akan ditransfer melalui rekening bank.

Petrus Jewarut (Ernus) korban meninggal dunia akibat kebakaran tabung gas elpiji 3 Kg dan meninggalkan satu orang istri yang sedang mengandung anak keduanya.

Serta satu orang anak berusia 3 tahun.

Istri Ernus baru saja pulang ke kampung halamannya dua bulan lalu. Sedangkan adiknya, yakni Robiaprianus Amput belum menikah.

Kata dokter RSUP Ngoerah

Diwartakan sebelumnya, korban meninggal dunia akibat kebakaran di gudang penyimpanan elpiji di Jalan Cargo Taman 1 Denpasar bertambah menjadi tiga orang, Selasa (11/6).

Sementara 13 korban lainnya dalam keadaan kritis terluka bakar akibat kebakaran hebat yang terjadi, Minggu (9/6) pagi tersebut.

Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang RSUP Prof IGNG Ngoerah, Sanglah, dokter Affan Priyambodo membeberkan RSUP Prof Ngoerah, sejak Minggu (9/6) telah merawat 16 pasien korban luka bakar dengan saat ini dalam perawatan 13 orang.

Sementara 12 orang mendapatkan perawatan dengan dipasang jalan napas dan satu orang tidak.

“Dari 16 tersebut 3 orang sudah meninggal dunia. Pada 10 Juni pukul 01.30 Wita satu orang meninggal, 10 Juni pukul 13.45 Wita orang kedua dan 11 Juni 03.15 Wita orang ketiga,” jelas dokter Affan pada jumpa pers, Selasa (11/6).

Ketiga korban yang meninggal tersebut di antaranya adalah Purwanto (43) dengan luka bakar 74 persen, Yudis Aldianto (33) dengan luka bakar 88 persen dan Edi Herwanto (40) dengan luka bakar hampir 90 persen.

Sementara untuk pasien sisanya yakni 13 pasien masih dalam masa akut dan mendapatkan perawatan intensif.

Dokter Affan mengatakan, korban kebakaran yang meninggal pertama kali adalah yang datang ke UGD.

Usai kejadian tim medis masih mencoba membantu pasien untuk cairannya dan alat bantu napas di UGD. Lalu pada malam hari korban meninggal kurang lebih sekitar jam 01.00 dini hari.

“Kemudian yang kedua kurang lebih pagi tanggal 10 Juni di ICU kemudian yang ketiga baru tadi (11 Juni 2024) dini hari. Jadi, yang menyebabkan meninggal adalah karena kondisi yang cukup berat dari luka bakarnya. Kami di ICU kalau lebih dari 70 persen itu dihitung dari suhu tubuhnya itu sudah kemungkinan berat dari paru-paru dan jantungnya,” katanya.

RSUP Prof Ngoerah berkapasitas 15 bed untuk luka bakar. Perluasan dan memobilisasi SDM dan alat-alat kesehatan juga telah dilakukan untuk memastikan perawatan pasien yang optimal.

Jadi, hasil akhir perawatan tergantung derajat penyakit dan juga perawatannya.

Dokter Affan mengatakan kejadian kebakaran ini masuk kejadian luar biasa (KLB) karena jumlah korban jiwanya.

“Kalau kejadiannya kan karena munculnya gas, asap yang banyak sehingga pasien ataupun orang-orang yang ada di sana akan mengirup asap tersebut.

Kejadian ini bersamaan dari kejadian atau kecelakaan yang terjadi pada insiden tertentu. Selain itu mereka juga mengirup gas cukup banyak bersamaan,” katanya.

Kepala Instalasi Rawat Intensif, Dokter Kurniyanta mengatakan, dari 13 pasien tersebut 12 orang di antaranya diberikan alat bantu napas.

Juga diberikan penghilang sakit dan kemudian sedikit obat tidur karena dengan kondisi luka bakar yang begitu luas sehingga menyebabkan pasien merasakan nyeri, gelisah dan sesak.

“Jadi, sengaja kami tidurkan untuk mengurangi beban dari pasien sendiri. Untuk sementara belum (sadar) karena pengaruh obat. Kami sengaja memang untuk menidurkan karena biar optimal jalan napas yang kami berikan karena kami pasang alat yang dihubungkan dengan mesin.Sehingga dia keluar masuk oksigen bisa optimal,” kata dokter Kurniyanta.

Dokter Bedah Plastik RSUP Prof Ngoerah, dokter I Gusti Putu Hendra Sanjaya mengatakan, luka bakar yang diderita 16 pasien korban kebakaran tersebut mulai dari 30 persen hingga 90 persen.

Dia menjelaskan 13 pasien tersebut masih kritis dan masih dilakukan tindakan pemberian nutrisi.

Dan jika pasien memiliki komorbid atau penyakit bawaan tertentu, itu akan memperberat kondisinya.

“Untuk kasus-kasus tertentu ada (yang bertahan hidup), tapi kalau kondisi seperti ini karena mungkin traumanya yang saya lihat di foto itu kan kejadiannya asapnya begitu hebat. Kalau yang 60 persen kejadian di ruang terbuka tidak terlalu banyak asap masuk, kemungkinan masih bisa survive. Tapi kondisinya seperti ini tergantung rusaknya jalan napas dari paru-parunya tersebut,” imbuhnya.

Dia mengatakan, mengirup gas terlalu banyak sangat mempengaruhi. Jika kebakaran terjadi di ruangan terbuka, kemungkinan korban tidak akan terlalu banyak mengirup gas. Luka bakar di atas 60 persen jika dilihat dari luar atau kulit dapat dari kedalaman luka bakar tersebut dan kulit akan mengalami kerusakan.

Kemudian dari proses secara keseluruhan dari tubuh, baik itu organ-organ yang lain, seperti paru-paru akan terganggu.

Berikutnya kerusakan bisa merembet ke fungsi organ yang lain seperti ke ginjal, saluran darah dan akan menyebabkan suatu proses kematian.

Dokter I Putu Kurniyanta SpAn KAP mengatakan, untuk pasien dengan komorbid pada ke-13 pasien saat ini masih digali karena dari informasi keluarga masih terbatas.

Namun masih ada beberapa kemungkinan karena dalam proses menstabilkan kondisi dan tentunya perlu informasi dari keluarga.

“Tapi dari catatan sebelumnya belum kami dapatkan komorbid. Dan salah satu komorbid akan mempengaruhi, seperti hipertensi, gula. Itu yang belum kami temukan,” kata dokter Kurniyanta.

Gejala ikutan yang berikutnya dialami pasien selain gangguan jalan napas, gangguan cairan karena proteksi tubuh dan berikutnya adalah infeksi yang akan mengancam.

Jadi di Unit Burn ICU sangat membatasi orang keluar masuk. Idealnya tempat perawatan luka bakar harus steril.

Maka dari itu dilakukan pembatasan orang keluar masuk ke ruangan karena kulit yang terkelupas otomatis membuat proteksi tubuh sudah terganggu, sehingga rentan sekali infeksi.

Jumlah paramedis saat ini yang menangani para korban di RSUP Prof Ngoerah ada 9.

Kemudian ada dokter residen dan dokter senior yang mengikuti program spesialis dan ada empat setiap shift yang dibagi. Perawatan dibagi tiga shift pagi, sore dan malam.

Dokternya dibagi dua, pagi dan malam. Ada juga tenaga customer service, dan gizi.

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved