Berita Bali
BKKBN Buat Program 1.000 Hari Pertama Kehidupan, Sasaran 148 Ribu Keluarga, Bali Posisi Terendah
secara nasional angka stunting di Provinsi Bali menduduki posisi terendah yakni berada pada angka 7,2 persen
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Salah satu penyebab stunting adalah pengasuhan yang kurang baik.
Termasuk juga, kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan serta setelah melahirkan.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, Carles Brabar saat menghadiri pembukaan Kegiatan Internalisasi Pengasuhan Balita dalam rangka Percepatan Penurunan Stunting Kepada Masyarakat di Golden Tulip Sunset Road, Selasa 9 Juli 2024.
“Stunting itu sangat kompleks dimulai dari janin masih dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun, sehingga pada masa tersebut perlu diperhatikan oleh orang tua,” jelas, Carles.
Baca juga: Pj Ketua TP PKK Bali Ajak Orangtua Kawal Tumbuh Kembang Anak untuk Cegah Stunting
Dijelaskan, secara nasional angka stunting di Provinsi Bali menduduki posisi terendah yakni berada pada angka 7,2 persen atau jauh berada di bawah angka stunting nasional yaitu 21,5 persen.
Lanjutnya, secara kabupaten/kota, Kabupaten Klungkung dan Badung tercatat memiliki prevalensi stunting terendah yakni sebesar 4,9 persen.
Sementara itu, Kota Denpasar tercatat memiliki prevalensi stunting terbesar yakni 10,8 persen, sehingga pihaknya masih terus berupaya utamanya pada pendampingan keluarga ibu hamil, pasca persalinan dan bayi baru lahir hingga usia dua tahun.
“Pendampingan masa kehamilan sangat penting dalam upaya menurunkan stunting karena masa tersebut, merupakan golden period tahap I dari 1.000 (seribu) hari pertama kehidupan,” katanya.
Mengingat begitu pentingnya 1.000 HPK bagi masa depan anak-anak Indonesia, BKKBN memiliki program Bina Keluarga Balita (BKB).
Yaitu kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak melalui kegiatan promosi dan KIE yang disampaikan oleh para kader kelompok Bina Keluarga Balita (BKB).
Berbicara terkait hal tersebut, Carles Brabar menjelaskan berdasarkan catatan SIGA BKKBN, sudah terdapat 2.640 kelompok BKB di Bali dengan sasaran 148.686 keluarga memiliki Balita.
“Sampai dengan Mei 2024 ini, tercatat 89.047 keluarga sebagai anggota BKB atau mencapai 59,89 persen,” imbuhnya.
Dia menambahkan, pemantauan tumbuh kembang anak di kelompok BKB menggunakan KKA (Kartu Kembang Anak).
KKA berisikan tugas perkembangan anak setiap bulannya dan pesan kegiatan asuh yang harus dilakukan orang tua.
Pemantauan tersebut tentunya dilakukan oleh pengelola program BKB baik di provinsi hingga kecamatan.
“Kami harapkan para pengelola dapat terus meningkatkan pemahaman dan kompetensi mengenai pemantauan tumbuh kembang anak, sehingga kami BKKBN melaksanakan kegiatan internalisasi pengasuhan Balita dengan mengundang para pengelola BKB,” tutupnya.
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.