Human Interest Story
KISAH Desak Made Rita Si Spiderwoman Bali, Anak Desa yang Ditargetkan Raih Emas di Olimpiade Paris
Desak Made Rita menceritakan kisahnya hingga bisa menjadi atlet panjat tebing berprestasi internasional.
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Desak Rita yang pada 24 Januari 2024 lalu genap berusia 23 tahun ini memiliki harapan besar untuk bisa menorehkan sejarah dan meraih waktu tercepat dunia, dengan target pribadinya 5,99 detik.
"Untuk catatan waktu iya (tercepat di Indonesia,-Red), tapi untuk sejarah menurut saya masih belum. Kalau saya belum mencapai target pribadi saya di 5.99 detik, dan menang di olimpiade nanti," tekadnya.
Perempuan dengan almamater Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Pendidikan Ganesha (Undhiksa) Buleleng ini mengaku dalam motivasi tinggi untuik memberikan yang terbaik di setiap sesi, baik saat latihan maupun kompetisi.
"Pastinya saya selalu ingin menjadi yang terbaik, di setiap sesi latihan dan di kompetisi dan selalu membayangkan podium di olimpiade," bebernya.
Ada tiga kunci yang menjadi daya energi Desak untuk mempersembahkan medali demi medali untuk bangsa dan negara Indonesia.
"Untuk saya pribadi yang terpenting lebih ke fokus berlatih, disiplin dan sembahyang," tuturnya.
Doa Orangtua di Buleleng
Doa pun mengalir dari sang ayah, Dewa Putu Sekar, untuk sang putri yang akan berjuang di ajang olahraga bergengsi internasional yang untuk kali pertama diikuti itu.
"Harapan kami sebagai orangtua, paling utama adalah Desak bisa melaksanakan, mencapai apa yang menjadi target dari Federasi Panjat Tebing Indonesia, Desak cerita kalau mendapat target emas," ungkap Dewa saat dihubungi Tribun Bali melalui sambungan telepon, pada Rabu 10 Juli 2024.
"Kami sebagai orang tua tidak ada target khusus, saya serahkan kepada Tuhan apa yang menjadi karunia beliau agar apa yang menjadi impian anak kami dimudahkan," sambungnya.
Dewa Putu Sekar sebagai ayah optimis dalam Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) yang dijalani Desak, membuatnya matang dari segi mental untuk bertanding di Olimpiade.
Tentu menjadi juara dunia 2023 kategori kecepatan putri di ajang IFSC World Championship 2023 di Bern, Swiss menjadi modal berharga bagi Desak menghadapi Olimpiade Paris ini.
"Dia kan pertama, pasti secara mental ada deg-degan namanya event besar, tapi harus percaya diri melalui bimbingan, arahan, spirit selama di Pelatnas, saya minta jalankan itu dengan baik," ungkapnya.
Pada akhir tahun lalu saat berkesempatan pulang ke kampung halamannya di Bali, Desak bersama keluarga menyempatkan bersembahyang di Merajan keluarga dan Pura di Kabupaten Buleleng.
"Tidak menjalankan persembahyangan khusus, yang pasti bersyukur, memohon ampun apa yang menjadi karunia bagi Desak setelah anak saya mencapai level atlet Pelatnas bersyukur meski bukan dari keluarga atlet, bagi kami ini mukjizat karunia Tuhan," ucap dia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.