Berita Klungkung

Belum Ada Solusi Bangun TPS3R, Sampah Warga Banjarangkan Menumpuk di Aliran Sungai

Belum Ada Solusi Bangun TPS3R, Sampah Warga Banjarangkan Menumpuk di Aliran Sungai

istimewa
Belum Ada Solusi Bangun TPS3R, Sampah Warga Banjarangkan Menumpuk di Aliran Sungai 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Tumpukan sampah yang dibuang warga memenuhi di aliran Sungai Kulkul di Dusun Lepang, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Rabu (31/7/2024).

Bertahun-tahun warga Banjarangkan menjadikan aliran sungai itu, sebagai tempat pembuangan sampah.

Sementara rencana pembangunan TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle) di Desa Takmung tidak kunjung terealisasi.

Perbekel Desa Takmung I Nyoman Mudita menjelaskan, permasalahan sampah di Dusun Lepang sampai saat ini belum ada solusi.

Baca juga: Viral Mobil Pikup Dengan DJ dan Sexy Dance Berkeliling di Canggu, Jadi Buruan Polsek Kuta Utara

Warga lebih memilih untuk membuang sampahnya di aliran Sungai Kulkul, yang lokasinya tidak jauh dari Pura Prajapati dan berada di jalan menuju ke kuburan di Desa Adat Lepang. 

"TPS3R belum dibangun, karena belum ada persetujuan masyarakat. Sebenarnya masyarakat membutuhkan TPS3R, tapi dalam paruman (rapat) tidak ada yang mendukung (pembangunan TPS3R)," ujar Mudita, Rabu (31/7/2024).

Baca juga: Surat Sakti PDIP ke Giri Prasta di Pilgub Bali? Bintang Puspayoga Dikabarkan Jadi Pendamping

Padahal menurut Mudita, pihak desa sejak tahun 2017 lalu setiap tahun selalu mengalokasikan anggaran untuk pembangunan TPS3R. Selaim itu untuk lahan juga sudah tersedia, yakni lahan milik Pemprov Bali di wilayah Lepang. Namun berulangkali juga rencana pembangunan TPS3R tidak terealisasi karena warga tidak sepakat. 


"Kendalanya sebenarnya berlum ada persetujuan dari krama (masyarakat). Saya untuk membangum TPS3R tentu meminta persetujuan di paruman (rapat) adat. Sosialisasi sudah dilakukan juga oleh pihak camat, tapi tidak kunjung dapat persetujuan," ungkap dia.


Masyarakat justru lebih memilih membuang sampah di aliran sungai, yanh tentunya hal ini telah menyalagi aturan. Serta dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Saat ini saja, aliram sungai tersebut sudah tertutup oleh tumpukan sampah. Berkali-kali sampah di lokasi itu terbakar, karena sudah menghasilkan gas metana.


Jika hujan, sebagian sampah juga terbawa aliran sungai dan bermuara ke laut. Hal ini juga berdampak sangat buruk terhadap ekosistem di laut.


"Kalau ada benjir di sungai, sampah itu ke laut. Ini kan sudah pencemaran," ungkapnya.


Masyarakat beralasan, belum setuju dengan pembangunan TPS3R karena khawatir bau yang ditimbulkan. Padahal lokasi yang rencananya dibangun TPS3R jauh dari pemukiman. 


"Sesuai aturan, setiap tahun akan saya usulkan terus pembangunan TPS3R. Padahal saya dulu ingin menjadikan Desa Takmung pilot project TPS3R, tapi masyarakat belum mendukung," ungkap dia. (mit)

 


Pro dan Kontra di Masyarakat


Penyarikan Desa Adat Lepang Gede Pradangga mengatakan, rencana pembangunan TPS3R di wilayah Dusun Lepang, Desa Takmung sudah beberapa kali dibahas di paruman (rapat) adat. Hanya saja masih ada pro dan kontra di masyarakat, sehingga sampai saat ini belum ada keputusan terkait hal itu.


"Selaku prajuru, kami menilai TPS3R ini sangat diperlukan. Tapi memang di masyarakat masih terjadi pro kontra," ungkap dia.


Beberapa warga belum setuju dibangun TPS3R karena khawatir dampak dari bau yang ditimbulkan. Apalagi dikawasan Lepang merupakam daerah pariwisata dan telah berdiri akomodasi wisata. 


"Pendekatan ke masayrakat harus pelan-pelan dan berlahan (terkait pembangunan TPS3R). Kalai kami di prajuru adat, mendukung ada TPS3R," ungkap dia. 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved