bisnis
NAIK! Harga Beras, Premium Jadi Rp 15.730 Per Kg, Bulog Sebut Pengaruh Tingginya Harga GKP
Perum Bulog menyebut kenaikan harga beras beberapa terakhir ini disebabkan karena tingginya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani.
TRIBUN-BALI.COM - Harga pangan beberapa komoditas terpantau naik harga mulai dari berbagai jenis beras, kedelai, cabai hingga daging sapi murni.
Berdasarkan Data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Minggu (4/8) pukul 9.24 WIB, harga beras premium naik 1,29 persen menjadi Rp 15.730 per kilogram (Kg), beras medium naik 0,66% menjadi Rp 13.640 per Kg.
Perum Bulog menyebut kenaikan harga beras beberapa terakhir ini disebabkan karena tingginya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani.
Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita menjelaskan saat ini harga ini harga gabah sudah mencapai Rp 6.800 - 7.000 per Kg atau di atas harga pokok pembelian pemerintah yakni Rp 6.000 per Kg.
“Sekarang gabah kering panen juga tinggi, walaupun ada panen,” urai Febby dijumpai usai acara Bulog Fun Morning di Jakarta, Minggu (4/8).
Baca juga: Kemenhub Kaji Penurunan Harga Tiket Pesawat, Simak Beritanya!
Baca juga: Polres Jembrana Sita 72 Ribu Bungkus Rokok Tanpa Cukai! Simak Beritanya

Kenaikan harga gabah ini menandakan jumlah panen di daerah sentra produksi yang mulai terbatas. Sehingga ada potensi rebutan gabah di tingkat penggilingan padi untuk menjaga produktivitas mereka.
“Penggilingan padi kan banyak di seluruh Indonesia ada 150.000, dan tentunya mereka mencari bahan baku buat mereka sustain,” jelas Febby.
Selain itu, Febby mengungkap kenaikan harga beras juga terjadi karena tidak ada penyaluran bantuan pangan pada bulan Juli lalu.
Hal ini membuat 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang sebelumnya mendapatkan pasokan beras dari pemerintah kembali ke pasar untuk belanja beras.
Di lain sisi, penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog sesuai ketetapan harga pemerintah hanya memiliki market share sebanyak 10%. Sehingga kondisi tersebut cukup mempengaruhi perubahan permintaan beras yang turut berdampak pada kenaikan harga beras di pasaran.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terjadi inflasi pada komoditas beras sebesar 0,94% secara bulanan atau month to month (MtM) pada Juli 2024. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, komoditas beras mengalami inflasi setelah sebelumnya mengalami deflasi pada April dan Mei 2024.
“Komoditas beras mengalami mengalami inflasi pada dua bulan terakhir. Hal ini sejalan dengan jumlah produksi beras yang berkurang setelah masa puncak panen raya padi,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Kamis (1/8).
Adapun produksi beras pada Juli 2024 mencapai 2,18 juta ton, nilai tersebut naik tipis bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,06 juta ton.
Sementara itu, bila dibandingkan dengan musim panen raya pada April dan Mei 2024, jumlah produksi beras pada Juli 2024 turun tajam. Pada April mencapai 5,31 juta ton dan Mei 2024 mencapai 3,61 juta ton. (kontan)
Serap Gabah Lokal
Gabungkan Konsep Skandinavia, Jepang dan Bali dalam Sebuah Hunian, Hadirkan Nuansa Rumah Nyaman! |
![]() |
---|
DIREKSI Anyar Telkom, Langkah Strategis Akselerasi Transformasi Digital Kontribusi Bagi Bangsa! |
![]() |
---|
DAMPAK Penyaluran Rp200 T ke Bank Himbara, Optimistis Bunga Pinjaman Turun, Setoran Pajak Nambah? |
![]() |
---|
Minyak Jelantah Jadi Berkah, Lewat Program Sobat Hijau, Sudamala Resort Sanur Daur Ulang |
![]() |
---|
Membuka Pasar Baru, TOCGY Exchange Masuk ke Daftar Kripto Exchange Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.