UMKM Bali

UMKM Pengrajin Sangkar Yasasari: Mengukir Kesuksesan dari Kayu Sisa

Bertempat di Jalan Pulau Singkep Gg. Rahayu No. 7, usaha ini dijalankan Yasa bersama sang istri sejak tahun 2022, setelah pandemi melanda.

WIRA-TRIBUN BALI
Dari kayu sisa yang tak terpakai, Yasa berhasil membangun UMKM Pengrajin Sangkar Yasasari menjadi sebuah usaha yang sukses dan bermanfaat bagi banyak orang. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – UMKM Pengrajin Sangkar Yasasari, adalah sebuah usaha rumahan yang dimiliki oleh I Nyoman Yasa Ardana, yang bergerak dalam bidang kerajinan sangkar ayam, burung, dan bahkan mebel seperti lemari, kursi, dan rak.

Bertempat di Jalan Pulau Singkep Gg. Rahayu No. 7, usaha ini dijalankan Yasa bersama sang istri sejak tahun 2022, setelah pandemi melanda.

Perjalanan Yasa menuju dunia kerajinan ini penuh dengan lika-liku. Sejak kecil, ia memiliki ketertarikan yang besar terhadap kayu dan pengolahannya, namun impian tersebut terpaksa ia simpan karena tuntutan kehidupan.

“Saya tertarik sama kayu dan cara mengolahnya, tapi pas waktu SMK saya tidak keterima di sekolah yang ada jurusan kayunya, malah dimasukin di jurusan listrik pada waktu itu,” ungkap Yasa kepada Tribun Bali.

Meski begitu, ia tetap berusaha mencari pekerjaan yang berkaitan dengan kayu. Awalnya, Yasa bekerja sebagai pegawai mebel di Karangasem selama 10 tahun, namun sayangnya, kariernya terhenti akibat tragedi bom Bali.

Yasa bercerita, karena bom Bali, turun penjualannya, kemudain ditarik ke panti, disuruh mengajarkan anak-anak bikin kerajinan kayu.

Setelah itu, ia mengabdi di sebuah panti asuhan di Singaraja selama tiga tahun, di mana ia mengajari anak-anak membuat kerajinan dari kayu.

Baca juga: Putu Parwata Terima Audiensi dari Tokoh Desa Adat Tuka dan Komunitas Seni Gong Padang

Baca juga: Patung Kapten Dipta di Gianyar Terlupakan, Tak Satupun Bendera Terpasang 

Tak berhenti di situ, Yasa sempat mencoba mendirikan usaha mebel kecil-kecilan di kampung halamannya di Karangasem, namun gagal karena biaya produksi yang tinggi tidak sebanding dengan hasil yang diharapkan.

Nasib membawanya bekerja sebagai maintenance di Sekolah Harapan. Pada saat itu, Yasa memutuskan untuk meninggalkan hobinya dan fokus mencari nafkah untuk keluarga.

“Pas di titik ini saya sudah siap untuk meninggalkan hobi saya, karena sudah dapat yang pasti-pasti, tiap bulannya ada uang, jadi ya saya fokus kerja sebagai maintenance di sekolah Harapan,” jelasnya. 

Namun, pandemi tahun 2020 menjadi titik balik bagi Yasa. Ketika sekolah beralih ke sistem daring, ia mendapati dirinya memiliki banyak waktu luang.

Kebetulan, tidak jauh dari rumahnya terdapat sebuah rumah produksi mebel yang sering membuang sisa kayu yang masih bagus.

Di saat yang sama, ketika Yasa ingin membeli burung dan sangkarnya di pasar burung, sang istri menolak karena harganya mahal.

Dari situlah muncul ide untuk membuat sangkar sendiri dari kayu bekas yang ada di sekitar rumahnya. Hasil sangkar buatan Yasa ternyata sangat memuaskan.

Sang istri kemudian memposting hasil karyanya di media sosial Facebook. Tidak disangka, postingan tersebut mendapat banyak respon positif, dengan banyak orang yang ingin membeli sangkar buatannya, bahkan ada yang meminta dibuatkan model sangkar khusus.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved