Berita Bali
Digelar 8 Hari Di Bali, 293 Film Pendek 62 Negara Akan Diputar Dalam Event Minikino Film Week 10
Fransiska Prihadi, Direktur Program MFW, menjelaskan konsep ruang di MFW10 lebih dari sekadar tempat menonton film.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Minikino Film Week 10 (MFW10) Bali International Short Film Festival akan digelar 13-20 September 2024.
Pelaksanaannya akan digelar di 17 lokasi berbeda yang tersebar di seluruh Bali dari Denpasar, Gianyar, Badung hingga Buleleng.
Pada tahun ini, MFW10 menerima 1.231 film dari platform Filmfreeway dan Short Film Depot, dengan 293 film pendek dari 62 negara termasuk film-film dari Indonesia yang akan ditayangkan.
MFW10 akan menampilkan 64 program pemutaran, 26 kegiatan Short Film Market, dan 7 program edukasi untuk menjangkau publik yang lebih beragam.
Baca juga: Film Fantasi Anak Bernuansa Bali Cening Nepukin I Kawa Memasuki Tahap Produksi
"Dalam 8 hari penyelenggaraan, lebih dari 190 kegiatan akan berlangsung di 16 lokasi berbeda di seluruh Bali," kata Direktur Festival MFW10, Edo Wulia saat konferensi pers di Denpasar, Rabu 4 September 2024.
Tema visual MFW10 tahun ini mengangkat budaya dan sejarah, terinspirasi oleh karya foto Syafiudin Vifick menggunakan kamera lubang jarum buatannya sendiri.
Karya ini dibuat untuk mengenang Mama Elizabeth Kalahe atau Mama Beri, pembuat kain kulit kayu terakhir di Lembah Bada, yang wafat pada bulan Juli lalu.
Fransiska Prihadi, Direktur Program MFW, menjelaskan konsep ruang di MFW10 lebih dari sekadar tempat menonton film.
"Ini adalah upaya kolektif untuk membangun jaringan yang menghubungkan berbagai aktivitas sosial dalam ruang yang dekat dengan keseharian kami,” jelas Fransiska.
Melalui program-programnya, Minikino mengajak berbagai komunitas dan pengunjung untuk lebih mengenali dan memahami bagaimana ruang dan budaya layar dapat digunakan untuk menghubungkan berbagai lini ekosistem.
Made Suarbawa, selaku Direktur Traveling Cinema mengatakan film pendek merupakan medium luwes untuk membicarakan berbagai wacana dan lapisan masyarakat, sehingga ia bisa menjangkau banyak komunitas.
Ia menyebut ada program 100 persen dari Bali yang berfokus pada penggunaan film pendek sebagai medium untuk mempromosikan isu-isu penting seperti lingkungan, pengembangan kreativitas anak, dan pertukaran budaya di daerah rural Bali.
Forum ini akan menyoroti berbagai gerakan akar rumput di Pulau Bali, yang menunjukkan bagaimana komunitas film lokal menggunakan sinema untuk mendukung nilai-nilai yang mereka perjuangkan.
Selain itu juga ada program Kisah Lentera Ajaib yang dirancang khusus untuk anak-anak berusia 9-15 tahun.
Dalam lokakarya dua jam ini, anak-anak akan menggambar dan membuat cerita yang kemudian ditampilkan menggunakan lentera ajaib, menciptakan pengalaman seperti di abad ke-17.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.