Berita Denpasar

Film Animasi Made and The Lost Spirit, Tak Bermaksud Overrated, Tapi Bisa Saingi Upin Ipin

Meskipun dengan bujet rendah, ia membuat film animasi ini dengan standar bioskop meskipun memakan waktu yang lebih lama.

TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA
FILM ANIMASI - Para animator sedang menggarap film animasi Made and The Lost Spirit di LYS Animator Studio, Senin (5/8). 

TRIBUN-BALI.COM - Di sebuah ruangan kecil berukuran 5x3 meter, Ida Bagus Ista Krishna (22) bersama beberapa rekannya terlihat sibuk dengan layar monitornya masing-masing. Ada yang membuat karakter 2D, membuat karakter 3D maupun membuat animasi.

Di tempat yang berlokasi di jalan Saturnus Nomor 36 Dauh Puri Klod, Denpasar inilah lahir film animasi Made and The Lost Spirit yang kini masih dalam tahap pengerjaan. Teaser film yang dibuat LYS Animator Studio ini menerima banyak pujian pengguna media sosial.

Ista Krisna menceritakan, film animasi ini berkisah tentang petualangan remaja asal Bali bernama Made. Film ini menceritakan Made yang ingin mengembalikan kondisi desanya yang dihancurkan oleh kala atau iblis.

Dalam perjalanan petualangannya, Made bertemu dengan roh baik yang berbentuk sosok barong yang bernama Darma. “Karya ini memang terinspirasi dari cerita Galungan di Bali sebagai hari kemenangan dharma melawan adharma,” tutur pendiri LYS Animator Studio ini, Senin (5/8).

Baca juga: Desak Made Rita ke Perempat Final, Panjat Tebing Olimpiade Paris 2024, Rajiah Sempat Fall

Baca juga: SIAP MUNDUR! Made Dirga dari DPRD, Jika Benar Diutus Dampingi Sanjaya Pada Pilkada Tabanan

LYS Studio ini ia dirikan pada 1 Januari 2024 dan sebulan kemudian film animasi Made and The Lost Spirit ini mulai digarap. Teaser film kemudian dirilis Juli 2024 dan mendapat sambutan yang sangat positif.

Digadang-gadang kehadiran film ini akan memberikan nuansa bagi film animasi di Indonesia dan tak kalah dengan Upin-Ipin. Menurut rencana, film ini akan menjadi series dengan dua session dan 16 episode.

Satu episode tersebut rencananya akan berdurasi enam menit. “Saat ini sedang penggarapan episode 1 setelah teaser kami luncurkan bulan lalu,” tutur pemuda lulusan Kampus IDB Bali ini.

Dalam penggarapannya dilakukan oleh 15 orang dan biayanya menggunakan tabungan dan side job pembuatan animasi. Ia ingin menunjukkan dengan biaya yang rendah, mampu menghasilkan film animasi yang berkualitas.

“Spesifikasi PC yang kami gunakan masih rendah. Harganya Rp 8 jutaan, sementara kalau biasanya pakai PC yang harganya Rp 50 juta ke atas sehingga untuk render dua detik saja sampai seharian, sampai nginep,” katanya.

Meskipun dengan bujet rendah, ia membuat film animasi ini dengan standar bioskop meskipun memakan waktu yang lebih lama. “Ke depannya kami harap bisa jadi movie yang tayang di bioskop, sehingga kami kejar standar bioskop,” katanya.

Untuk saat ini, ia mengaku sudah ada penjajakan kerjasama oleh beberapa rumah produksi besar di Jakarta, namun belum deal. Sementara itu, tim yang terlibat dalam pembuatan film ini berasal dari alumni SMK TI Global, mahasiswa IDB Bali dan mahasiswa Primakara.

Saat ini di Bali film animasi belum begitu berkembang, padahal pasarnya sangat terbuka luas. Apalagi di Bali ada banyak budaya dan mitologi yang menarik yang bisa diangkat menjadi animasi. “Ada saya temukan yang buat, tapi tidak fokus, hanya sekadar kemudian menghilang,” kata pria yang menamatkan sekolah di SMK animasi di Kudus.

Dalam pembuatan film ini, dia juga mengambil inspirasi dari beberapa film animasi Disney dan beberapa game. Ia juga mencoba menggarap cerita nusantara yang menarik untuk menjadi film animasi. Ia berharap agar proposal pendanaan yang akan disebarnya bisa diterima sehingga mendapatkan pendanaan dalam pembuatan film ini. (putu supartika)

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved