UMKM Bali

UMKM Pengrajin Tenun Sekar Jepun: Menjaga Warisan Budaya Lewat Kain Endek Tradisional

Kain endek dari Sekar Jepun bukan sekadar produk fashion, tetapi juga representasi dari budaya dan seni tradisional Bali yang memikat.

Tribun Bali/I Made Wira Adnyana
UMKM Pengrajin Tenun Sekar Jepun: Menjaga Warisan Budaya Lewat Kain Endek Tradisional 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Endek Sekar Jepun adalah sebuah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak di bidang busana dan fashion kain endek, sebuah warisan budaya Bali yang mempesona. 

Terletak di Jl. Sekar Jepun 1 No.6B Denpasar, Bali, usaha ini tidak hanya menjadi pusat produksi busana berkualitas tinggi, tetapi juga menjadi salah satu pengrajin tenun tradisional, bisa dibilang terakhir yang masih eksis di Denpasar hingga saat ini.

Dengan dedikasi penuh, Sekar Jepun menjaga keaslian dan keindahan kain tenun tradisional yang semakin langka.

Proses pembuatan kain endek di Sekar Jepun masih menggunakan cara manual atau tradisional, sebuah metode yang memerlukan ketelitian dan kesabaran tinggi. 

Baca juga: Duta Orchid Garden: Surga Anggrek di Bali yang Menyajikan Pengalaman Wisata Tak Terlupakan

Proses dimulai dari pembuatan pola desain pada benang, dilanjutkan dengan pencelupan warna untuk menampilkan pola yang telah dirancang, hingga pemisahan benang yang akan digunakan untuk menenun. 

Tahapan terakhir adalah proses penenunan itu sendiri, yang mirip dengan prinsip anyaman namun dengan diameter benang yang lebih kecil dan lebih rapat. 

Tak heran, untuk menghasilkan selembar kain endek berkualitas tinggi, pengrajin di Sekar Jepun membutuhkan waktu hingga tiga bulan.

Keindahan dan kualitas kain endek buatan Sekar Jepun tidak diragukan lagi. 

Setiap motif dan warna yang dihasilkan memiliki makna dan filosofi tersendiri, sementara kekuatan dan kenyamanan kain tersebut menjadi ciri khas yang membuatnya digemari banyak orang. 

Kain endek dari Sekar Jepun bukan sekadar produk fashion, tetapi juga representasi dari budaya dan seni tradisional Bali yang memikat.

Sekar Jepun didirikan oleh Etmi Sukarsa, seorang wanita berusia 82 tahun yang memulai usahanya sejak tahun 1980.

Meski awalnya tidak memiliki latar belakang ataupun pengetahuan tentang tenun, Etmi memulai perjalanan kariernya dengan semangat dan ketekunan yang luar biasa.

“Awalnya saya menemukan alat tenun tradisional di belakang tempat kerja suami di percetakan, nah di sinilah saya mulai belajar cara menenun secara otodidak pelan-pelan. Awalnya saya ambil pola dan desain, terus pelan-pelan nyoba nenun. Entah bagaimana didengarlah sampai ke Kepala Dinas Perindustrian Badung pada waktu itu, dan Gubernur Bali Ida Bagus Mantra dan istrinya. Di sinilah saya terbantu sekali untuk dukungan dan cara memanage UMKM ini pada waktu itu,” ucapnya.

“Saya dikenalkan juga sama beberapa ahli tenun di bidangnya juga, jadi bisa saya juga belajar. Saya juga diikutsertakan di berbagai pameran, seperti PKB dulu, saya dapat stand paling besar waktu itu. Nah dari sinilah orang-orang mulai tahu Tenun Sekar Jepun, perhotelan, Pemkot, sama BPLP pada waktu itu berbondong-bondong mencari saya untuk dibuatkan kostum kantornya. Saya juga beberapa kali diminta untuk bikin souvenir seperti taplak meja. Sekarang anak saya yang mewarisi, kebetulan dia dan istrinya ada minat di bidang ini,” ungkap Nek Etmi.

Perjalanan Etmi Sukarsa dalam memulai kariernya di bidang UMKM tenun endek adalah bukti bahwa takdir sering kali membawa kita ke jalur yang tak terduga, namun penuh dengan kesempatan. 

Dengan semangat dan perjuangan yang tak kenal lelah selama lebih dari 20 tahun, Etmi berhasil membangun Sekar Jepun menjadi salah satu pengrajin tenun endek yang paling dihormati di Bali.

Kini, usaha ini diteruskan oleh putra Etmi, Made Kusumayasa Sukmakarsa (46 tahun), bersama istrinya, Dhevinta Tito Sulistiahendranti. 

Sebagai generasi kedua yang mewarisi usaha ini, pasangan suami istri ini berhasil memasarkan produk Sekar Jepun dengan mengikuti tren busana terkini. 

Kain endek dari Sekar Jepun tidak hanya diminati oleh masyarakat lokal, tetapi juga menarik perhatian pengunjung luar negeri. 

Bahkan, produk-produk Sekar Jepun telah beberapa kali tampil dalam fashion show, menambah prestise dan pengakuan atas kualitas produk mereka.

Made Kusumayasa menjelaskan, “Untuk ekspor sendiri kita lebih ke hand carry gitu, jadi customer dalam maupun luar negeri itu datang, berkunjung, langsung beli dan dibawa pulang ke negaranya. Kita juga sering diundang ikut pameran dari dulu, sempat juga ikut fashion show.”

Namun, di balik kesuksesan ini, Made Kusumayasa juga menghadapi tantangan besar, terutama selama pandemi Covid-19. 

“Mungkin awal berdirinya dari ibu saya itu banyak pegawainya, produksinya kenceng dan pada waktu itu kita memang lagi naik daunnya, lagi banyak orderannya. Nah, pada masa saya ini Covid-19 yang membuat banyak pekerja yang dipangkas, kemudian tenaga yang mau belajar itu susah dicari. Ini saja sudah termasuk hebat kita bisa berdiri kurang lebih 40 tahun, jika dibandingkan dengan yang seangkatan sama Sekar Jepun di Denpasar, kebanyakan sudah pada tutup,” tuturnya.

UMKM Tenun Sekar Jepun adalah sebuah contoh nyata bagaimana dedikasi, cinta terhadap budaya, dan ketekunan dapat menjaga warisan budaya tradisional tetap hidup. 

Di tengah tantangan zaman, Sekar Jepun terus mencoba untuk melangkah maju, memberikan kontribusi nyata dalam melestarikan seni tenun endek Bali, dan membuktikan bahwa kualitas dan keaslian akan selalu dihargai, baik di dalam maupun di luar negeri.(*)

Kumpulan Artikel UMKM

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved