Sponspor Content

Pengabdi Undiksha Latih Komunitas Kolok Desa Bengkala Membuat Sarana Upacara 

Ketua Pengabdi Ni Made Rai Wisudariani mengungkapkan, kegiatan ini dalam rangka Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM).

Mer/Tribun Bali
Suasana pengabdian masyarakat pada komunitas kolok di Desa Bengkala. 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Perempuan di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan dilatih membuat sarana persembahyangan.

Tak hanya diberikan pelatihan, para perempuan yang tergabung dalam komunitas tuli-bisu (Kolok) ini juga dilatih memasarkan produknya. Sehingga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan. 

Ketua Pengabdi Ni Made Rai Wisudariani mengungkapkan, kegiatan ini dalam rangka Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM). Yang mana sasarannya perempuan Komunitas Sawitra Kolok.

Kata Made Rai, berdasarkan data statistik di Desa Bengkala tahun 2024 menunjukkan terdapat 39 penduduk Desa Bengkala yang mengalami tuli-bisu, dari jumlah total 2883 penduduk Bengkala.

"Dari jumlah 39 anggota itu, 24 orang di antaranya adalah perempuan dan 15 sisanya adalah laki-laki," ungkapnya, Jumat (20/9/2024).

Baca juga: Renungan Galungan Kabupaten Bangli, Kebijakan Harus Mengutamakan Masyarakat 

Baca juga: VIDEO Sujud Syukur Nyoman Sukena Usai Dinyatakan Bebas atas Kasus Landak Jawa

Suasana pengabdian masyarakat pada komunitas kolok di Desa Bengkala. 
Suasana pengabdian masyarakat pada komunitas kolok di Desa Bengkala.  (Mer/Tribun Bali)

Lanjut Made Rai, alasan kegiatan ini menyasar komunitas kolok lantaran sebagian besar ekonomi anggotanya masih prasejahtera. Di samping itu juga kurang berdaya karena selama ini hanya mengandalkan bantuan tunai. 

"Memang ada dari mereka yang punya usaha jamu dan tenun. Namun tidak setiap hari ada yang pesan sehingga yang paling memungkinkan adalah usaha pembuatan sarana upacara," jelasnya. 

Hal ini diperkuat tren yang ada di perkotaan, di mana sebagian besar masyarakat lebih memilih untuk membeli kebutuhan sarana upacara. Dengan demikian menjadi peluang industri rumah tangga yang dapat dikerjakan oleh komunitas perempuan kolok. 

Hal ini pula yang mendasari pihaknya, untuk membuat kegiatan pemberdayaan komunitas perempuan kolok melalui industri kreatif banten berorientasi home industri dalam mewujudkan kemandirian ekonomi.

"Kegiatan ini didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ujar wanita yang juga Koordinator Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni ini.

Ada empat produk sarana upacara yang dihasilkan dalam kegiatan ini, meliputi ceper, tamas, gantung-gantungan, dan tamiang. Kegiatan ini membuka wawasan tentang komoditi produk secara ekonomi dan secara religius kultural.

"Mitra menjadi memahami makna-makna dalam perlengkapan upakara keagamaan yang membawa mitra pada etos kerja, bekerja sambil beryadnya," imbuh Made Rai.

Dikatakan pula, kegiatan yang dimulai sejak bulan Juli 2024 ini memiliki lima tahapan utama. Meliputi tahap sosialisasi, pelatihan, penerapan teknologi, pendampingan dan evaluasi, serta tahap monitoring keberlanjutan program.

"Yang belum dilakukan adalah pemasaran. Rencananya pemasaran akan berkolaborasi dengan BUMDes. Kami juga akan berikan pelatihan pemasaran lewat e-commerce," tandasnya. (mer)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved