Penari Joged Bumbung Dilecehkan

Penonton Lakukan Pelecehan Pada Joged Bumbung, Disbud Bali Nilai Stigma Negatif Dari Joged Jaruh

Setelah insiden itu, penari tersebut melanjutkan menari joged bumbung dengan wajah seperti menahan tangis. 

istimewa
Viral di media sosial video penari Joged Bumbung yang sedang tampil dicium oleh orang tak dikenal - Penonton Lakukan Pelecehan Pada Joged Bumbung, Disbud Bali Nilai Stigma Negatif Dari Joged Jaruh 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Viral di media sosial video penari Joged Bumbung yang sedang tampil dicium oleh orang tak dikenal. 

Penari tersebut awalnya menarikan joged bumbung seperti biasa, hingga akhirnya tiba-tiba terdapat seorang laki-laki dari belakang mencium penari tersebut. 

Sontak penari tersebut sempat terkejut dan memegang pipinya. 

Setelah insiden itu, penari tersebut melanjutkan menari joged bumbung dengan wajah seperti menahan tangis. 

Baca juga: Komunitas Seni Nyenit Nyenir Banjar Sulangai, Bawakan Joged Bumbung Tradisi di PKB ke-46

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M. Hum, mengatakan tindakan tersebut merupakan efek dari maraknya joged jaruh

“Sehingga akhirnya kan ada semacam stigma dari penonton itu jadi dengan keberanian-keberanian itu. Kan tidak semua joged bergerak tidak senonoh akhirnya penonton men-stigma dan mengeneralisir jadi semua joged bisa dicium diperlakukan seperti itu,” jelas Prof Sugiartha, Kamis 26 September 2024. 

Lebih lanjutnya, Prof Sugiartha mengatakan oknum yang mencium joged tersebut juga merupakan oknum yang nakal dan semestinya jika ingin dekat dengan penari bisa melakukan ngibing. 

Prof Sugiartha sangat menyayangkan aksi oknum yang juga penonton tersebut, sebab mencuri kesempatan untuk mencium terlebih di video penari terlihat kesal usai dicium. 

“Jadi karena memang sekarang banyak terjadi joged-joged tidak senonoh akhirnya masyarakat kurang paham semua penari dianggap bisa dicium padahal tidak semua begitu bahkan lebih banyak yang baik daripada joged yang jaruh. Kalau perbandingan hanya 10 persen saja begitu yang viral kan yang 10 persen itu yang vulgar,” paparnya. 

Prof Sugiartha juga mengakui susah mengendalikan oknum-oknum seperti itu sebab ini terjadi di muka umum. 

Saat ini persebaran konten di media sosial tidak bisa dikontrol. 

Dan kebudayaan acapkali dijadikan obyek. Ia pun meminta pada semua masyarakat agar jangan mencontoh perbuatan tersebut. 

Mencium joged di muka umum tidak beretika, tidak bagus, dan membuat persepsi salah tentang joged. 

“Edukasi sudah melewati Bendesa Adat, mengumpulkan penari joged, edaran, Paiketan Krama Bali bahkan membuat semacam kutukan untuk joged-joged yang merusak moral. Langkah-langkah sudah maksimal semoga tidak terjadi lagi gitu saja sudah,” tutupnya. 

Kumpulan Artikel Viral

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved