Pilkada Bali 2024

Pengamat Sebut Kampanye di Medsos Paling Efektif Saat Ini, TikTok dan Instagram Paling Tinggi

Selain medsos yang bersifat terbuka, grup WhatsApp meskipun dengan anggota terbatas juga menurutnya sangat efektif dalam pelaksanaan kampanye.

Pexels
Ilustrasi - Pengamat Sebut Kampanye di Medsos Paling Efektif Saat Ini, TikTok dan Instagram Paling Tinggi 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas), I Nyoman Subanda menilai, kampanye lewat media sosial atau medsos adalah yang paling efektif saat ini.

Selain jangkauannya yang luas, juga bisa menggugah pengguna medsos untuk mencari tahu lebih banyak informasi tentang sosok calon tersebut.

Hal ini juga merupakan hasil penelitian yang pernah dilakukannya bersama KPU Bali dan KPU Denpasar yang juga dikomparasi dengan penelitian dari peneliti lainnya.

“Hasil penelitian saya dan penelitian teman, sekarang yang paling efektif adalah lewat media sosial. Tidak hanya untuk kampanye, tapi apapun itu,” papar Nyoman Subanda.

Baca juga: Jelang Pilkada Bali, Danrem 163/WSA: Siapapun Yang Menang, Bali Harus Aman, Netralitas Dijaga

Apalagi bagi kaum milenial dan juga Gen Z yang saat ini tahu lebih banyak informasi dari medsos.

Terkait dengan jenis platform, dirinya menyebutkan semua memiliki pasarnya masing-masing.

Untuk TikTok kebanyakan pasarnya anak muda, Instagram memiliki segmen umum, dan Facebook memiliki segmen untuk mereka yang sudah berumur atau sudah tua.

“Tapi TikTok juga sudah mulai memiliki segmen ibu-ibu dan bapak-bapak sekarang,” imbuhnya.

Dari semua platform tersebut, yang memiliki respons paling tinggi adalah TikTok dan Instagram, kemudian disusul Facebook.

Selain medsos yang bersifat terbuka, grup WhatsApp meskipun dengan anggota terbatas juga menurutnya sangat efektif dalam pelaksanaan kampanye.

“Yang paling tinggi ada dua, TikTok dan Instagram. Dan saya kira keduanya imbang. Lalu disusul Facebook. Dan yang lain juga ternyata ada WA group,” paparnya.

Sehingga jika Paslon tersebut akan melakukan kampanye, medsos tersebut juga harus menjadi perhatian.

Dengan catatan, konten yang disebarluaskan lewat medsos interaktif.

“Kebanyakan sekarang tidak suka yang menggunakan kalimat panjang-panjang. Mereka suka yang menarik, singkat, padat, berisi, dan jelas,” imbuhnya.

Apalagi bagi Paslon yang ingin menggaet suara Milenial dan Gen Z, kampanye medsos perlu digalakkan.

Dan berdasarkan DPT dari KPU Bali, jumlah pemilih Milenial dan Gen Z mencapai 51 persen atau 1.673.899 dari total DPT 3.283.893 pemilih.

Selain itu, untuk kampanye menggunakan medis massa, menurutnya paling efektif dengan media online.

Sementara untuk kampanye konvensional, yang dianggap masih efektif yakni lewat banjar atau pertemuan langsung.

Menurut Subanda, kampanye dengan baliho, spanduk maupun pamflet baginya tidak begitu efektif.

“Kalau baliho atau pamflet mungkin orang akan tahu, bagi yang lewat di sana, tapi tidak banyak yang ingin tahu lebih lanjut. Kalau di medsos, mereka akan scroll untuk mengetahuinya,” katanya.

Sementara untuk kampanye hitam di media sosial, menurutnya saat ini sudah tidak terlalu laku.

Dan malahan hal itu bisa jadi bumerang bagi pembuat kampanye negatif karena akan diserang oleh pengguna lainnya.

“Kalau terus-terusan buat kampanye negatif, maka orang-orang akan cenderung skeptis. Bahkan bisa jadi kontraproduktif, bisa diserang. Yang nyerang bukan Paslon yang dijelek-jelekkan tapi pengguna lain,” katanya.

Dirinya juga menilai, kampanye hitam tak memiliki substansi yang jelas dan baginya lebih baik adu program dan visi misi tanpa menjelekkan.

“Dari segi substansinya apa? Kenapa tidak adu argumentasi, adu visi misi. Kalau menjelek-jelekkan tapi dia tidak punya visi misi dan program yang jelas kan membuat orang marah. Nanti malah diserang balik,” paparnya. (*)

Kumpulan Artikel Pilkada Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved