Sponspor Content

Kisah Samsir Merantau ke Lombok, Dapat Jodoh Hingga Jadi Pelopor Batik Sasambo

Samsir, pria asal Klaten, Jawa Tengah, tidak pernah memperkirakan bahwa masa tuanya akan dihabiskan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

ISTIMEWA
Samsir, Pelopor Batik Sasambo di Lombok. 

TRIBUN-BALI.COM - Samsir, pria asal Klaten, Jawa Tengah, tidak pernah memperkirakan bahwa masa tuanya akan dihabiskan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Pimpinan Batik Sasambo yang terletak di pintu gerbang Mandalika, Desa Rembitan, Lombok Tengah ini menceritakan kisah awal perantauannya hingga kemudian mendapat jodoh dan membuka usaha.  

Sejatinya, Samsir sudah membuat batik sejak 1991, dan kemudian beralih ke Batik Sasambo pada tahun 2010. Sasambo adalah singkatan dari Sasak, Sumbawa, dan Mbojo sebagai representasi suku di NTB. 

"Dulu itu, saya sebagai karyawan dan membuat batik lukis di rumah di Jawa. Saya aslinya Jawa ini. Istri saya asli Lombok," kata Samsir dengan ramah.

Setelah lulus, ia kemudian membuat batik yang kala itu dijual di Ngasem Yogyakarta. "Dan diambil sama bos yang menjual batik painting di Lombok. Ditanyalah saya, yang lulusan seni di Yogyakarta, saya jurusan melukis," jelasnya.

Baca juga: Lewat NeutraDC Summit 2023, Langkah Pengembangan Data Center Ramah Lingkungan di Indonesia

Baca juga: Susu Kuda Liar Hingga Teh Anti Galau, NeutraDC Bagi Cara Manfaat AI Bagi UKM Binaan Telkom Mandalika

 

Samsir, Pelopor Batik Sasambo saat memperlihatkan batiknya kepada Tim Telkom.
Samsir, Pelopor Batik Sasambo saat memperlihatkan batiknya kepada Tim Telkom. (ISTIMEWA)

 

Samsir mengakui bahwa memang suka melukis batik. Apalagi kala itu, ia disuruh melukis batik dan diberikan uang saku.

Kala ikut orang (boss), Samsir mengatakan batik yang ia lukis ditaruh di galeri dan dijual ke tamu hingga tahun 1998. 

"Habis itu saya sudah mulai sendiri, tidak sama boss pertama saya, punya kakak ipar membuat di ruko di sini (Lombok) memakai rumah tradisional yang semua alang-alang," ucapnya mengingat kala itu. 

Namun karena adanya bom Bali, dan pengaruh gempa bumi di Lombok, kakak iparnya memilih pindah haluan bekerja di hotel. Namun Samsir tetap membuat batik

"Jadi tahun 1998 sudah mulai mandiri tapi masih batik lukis. Tapi 2010 saya memulai Batik Sasambo," imbuh bapak 3 anak ini. 

Pasang surut dan jatuh bangun juga dirasakan Samsir, sebagai pengusaha dan pengrajin Batik Sasambo. Apalagi kemudian kemajuan zaman dan era digitalisasi, menuntutnya untuk beradaptasi agar memperluas bisnisnya. 

"Tamu dari luar negeri melihat proses saya dia heran sekali. Tradisional soalnya. Jadi bisa beli online juga," katanya. Untuk promosi media sosial pun, dibantu oleh anak-anaknya seperti lewat WA, Facebook dan lain sebagainya. 

Walaupun akhirnya, anak-anak Samsir juga kemudian lebih memilih bekerja di pariwisata yakni di kapal pesiar ketimbang menjadi pengrajin batik. 

Pembuatan Batik Lukis Sasambo.
Pembuatan Batik Lukis Sasambo. (ISTIMEWA)
Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved