UMKM Bali
Tenun Sari Jepun: UMKM yang Setia Melestarikan Tradisi Tenun Bali dengan Kualitas Tinggi
Menurut Ni Wayan Widyani, salah satu staff di Tenun Sari Jepun, pekerjaan menenun memerlukan kesabaran dan ketekunan yang tinggi.
Penulis: I Made Wira Adnyana Prasetya | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Tenun Sari Jepun sebuah UMKM yang terinspirasi dari sebuah bunga Jepun yang menjadi maskot dari Kabupaten Badung.
Usaha ini berfokus pada produk fashion berupa kain tenun endek tradisional Bali dengan ciri khas bermotif bunga Jepun.
Berlokasi di Jl. Flamboyan III, Mambal, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali, Tenun Sari Jepun beroperasi setiap hari, dari pukul 9 pagi hingga 5 sore.
Didirikan pada tahun 2017 oleh Ni Luh Kompyang Ratnadi, usaha ini berawal dari kecintaannya pada kain endek Bali dengan harapan agar warisan budaya ini tetap terjaga dan hidup dalam masyarakat Bali.
Baca juga: Pentingnya Intervensi Teknologi bagi UMKM, Teten Masduki: Akan Berdampak Besar untuk Lapangan Kerja
Tenun Sari Jepun masih setia menggunakan metode tradisional dalam proses produksinya, yaitu dengan memanfaatkan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Proses menenun ini dimulai dengan pembuatan pola pada benang, yang kemudian dicelupkan ke dalam pewarna untuk menghasilkan benang bermotif yang akan dipadukan dengan benang dasar atau benang lusi.
Proses pencelupan yang teliti ini akan menciptakan motif-motif indah yang menjadi ciri khas dari kain tenun endek buatan Sari Jepun.
Setelah itu, benang dasar (lusi) dimasukkan ke dalam mesin tenun satu per satu melalui proses yang disebut pencukcukan.
Benang motif hasil pencelupan yang berbentuk gulungan besar kemudian diputar dan diubah menjadi gulungan kecil dengan memanfaatkan alat seperti roda sepeda, sebelum akhirnya dimasukkan ke mesin ATBM untuk memulai proses menenun.
Proses menenun ini sangat mirip dengan menganyam, hanya saja anyaman yang dihasilkan jauh lebih halus dan rumit.
Menurut Ni Wayan Widyani, salah satu staff di Tenun Sari Jepun, pekerjaan menenun memerlukan kesabaran dan ketekunan yang tinggi.
"Tenun ini sebenarnya pekerjaan yang butuh kesabaran dan ketekunan yang tinggi, sebab untuk menjadikan lembaran kain endek itu dari awal sampai akhir itu saja minimal butuh 3 bulanan, yang sulitnya saat menyiapkan benang ke ATBM itu bisa 1 harian masangnya, belum lagi kalo salah masukin lagi harus dibongkar, karena kalau ngga dibongkar motifnya rusak ngga mau berbentuk jadinya nanti," jelasnya.
Tantangan lain yang dihadapi oleh Tenun Sari Jepun adalah sulitnya menemukan generasi muda yang tertarik untuk belajar menenun.
"Belum lagi sekarang ini susah nyari generasi muda yang mau belajar menenun ini, karena hasilnya memerlukan proses lama, sedangkan kalau kerja yang lainnya kan lebih cepat dapat penghasilannya, makanya kebanyakan karyawan di sini ibu-ibu rumah tangga," tambah Ni Wayan Widyani.
Meski begitu, dukungan dari pemerintah sangat membantu dalam upaya melestarikan budaya ini melalui pelatihan-pelatihan menenun.
Dalam perjalanan bisnisnya, Tenun Sari Jepun sering kali berpartisipasi dalam berbagai pelatihan dan pameran seni atau UMKM.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.