bisnis

Pentingnya Intervensi Teknologi bagi UMKM, Teten Masduki: Akan Berdampak Besar untuk Lapangan Kerja

Menurut dia, model bisnis yang mengandalkan tenaga kerja murah dan teknologi impor cenderung bersifat sementara atau biasa disebut sunset industry.

ANTARA/HO-Kemenkop UKM
PENINGKATAN UMKM - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki saat berbicara di podium, beberapa waktu lalu. Ia menilai adopsi teknologi oleh UMKM sangat penting.  

TRIBUN-BALI.COM  - Dalam membangun industri UMKM, pemerintah menekankan pentingnya intervensi teknologi. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan adopsi teknologi oleh UMKM bisa meningkatkan produktivitas, memperluas pasar, dan menciptakan lapangan kerja baru berkualitas.

“Karena kalau kita mau mengulang lagi seperti tahun 80-an, mengundang relokasi industri manufaktur yang labor intensive (padat karya), hari ini dengan penerapan IoT (internet of things) di industri manufaktur, saya tidak terlalu optimistis (bisa menciptakan lapangan kerja),” ujarnya, Jumat (11/10).

"Bahkan di dalam negeri sudah ada perusahaan-perusahaan manufaktur yang menggunakan smart factory, IoT yang sangat minimum membutuhkan tenaga kerja," demikian sambung Teten dalam Kompas 100 CEO Forum di Istana Negara Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.

Baca juga: Bicara Kebenaran di UWRF ke-21, Isu Perempuan dan Over Eksploitasi Bali

Baca juga: Marak Pengembang Abaikan Lingkungan di Bali! Peringatan untuk Investor Properti di Kawasan Wisata

Oleh karena itu, Teten meyakini bahwa UMKM, yang didukung dengan teknologi modern, akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam menciptakan lapangan kerja berkualitas dan berkelanjutan.

Selain itu, Teten mengatakan pentingnya mengembangkan industri menengah berbasis keunggulan sumber daya domestik, untuk menciptakan lapangan kerja baru dan ekonomi yang berkelanjutan.

Ia memandang upaya industrialisasi besar-besaran yang pernah dilakukan pada pertengahan tahun 90-an, dengan mengandalkan investasi asing dan relokasi industri manufaktur, telah terbukti kurang berkelanjutan.

Menurut dia, model bisnis yang mengandalkan tenaga kerja murah dan teknologi impor cenderung bersifat sementara atau biasa disebut sunset industry. Teten mencontohkan, Indonesia pernah mendominasi pasar sepatu olahraga dunia dengan pangsa pasar 20 persen, tetapi kini hanya menyumbang 2 persen.

“Tapi kalau kita membangun hilirisasi dari sumber-sumber daya yang kita miliki, saya yakin inilah industri yang akan berkelanjutan, akan tumbuh,” ucap Teten.

Sebagai bagian dari upaya hilirisasi, Kemenkop UKM telah membangun beberapa pabrik menengah berupa rumah produksi bersama (RPB) untuk mengolah potensi lokal menjadi produk unggulan yang bernilai tambah tinggi.

Ada 11 RPB yang telah terbangun, antara lain RPB komoditas cabai merah di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara; kulit di Kabupaten Garut; rotan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah; susu di Yogyakarta; kakao di Jembrana, Bali; karet di Tanah Laut, Kalimantan Selatan; garam di Pangkep, Sulawesi Selatan; dan bambu di Manggarai Barat, NTT. 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved