bisnis

IHSG Ditutup Melorot 154,47 Poin, Analis Sebut Anjloknya IHSG Dipicu Sentimen Negatif MSCI

Tanda-tanda anjloknya IHSG mulai terlihat sejak sesi I ditutup anjlok 2,94% ke level 8.028,33 pada sesi I perdagangan.

KONTAN/CHEPPY A. MUCHLIS
ILUSTRASI - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melorot 154,47 poin atau 1,87% ke 8.117,15 pada akhir perdagangan Senin (27/10). Sebanyak 215 saham naik, 488 saham turun dan 107 saham stagnan.  

TRIBUN-BALI.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melorot 154,47 poin atau 1,87 persen ke 8.117,15 pada akhir perdagangan Senin (27/10). Sebanyak 215 saham naik, 488 saham turun dan 107 saham stagnan. 

Hanya satu indeks sektoral yang selamat ke zona hijau, yakni sektor Kesehatan yang naik 1,05 % . Sedangkan 10 indeks sektoral lainnya kompak melemah, mengikuti pelemahan IHSG

Indeks sektoral dengan pelemahan terdalam adalah sektor energi yang turun 3,71 % , sektor properti turun 3,48?n sektor perindustrian yang turun 3,46 % . Total volume perdagangan saham di bursa hari ini mencapai 38,16 miliar saham dengan total nilai Rp 28,45 triliun.

Baca juga: SOSOK Putu Linda Jessica Maharani, Duta Badung Juara I Lomba Darmawacana Berbahasa Bali UDG XXXII 

Baca juga: KASUS Ilegal Logging di Hutan Produksi Terbatas Jembrana, 32 Batang Kayu Gelondong Diamankan Polisi!

Tanda-tanda anjloknya IHSG mulai terlihat sejak sesi I ditutup anjlok 2,94 % ke level 8.028,33 pada sesi I perdagangan. Kemudian, IHSG sempat terperosok hingga 3,38 % ke level 7.992 dalam perdagangan sesi II pukul 13.64 WIB.

Menurut analis NH Korindo Sekuritas, Steven Willie mengatakan, pelemahan tersebut dipicu oleh sentimen negatif terkait wacana Morgan Stanley Capital Index (MSCI) yang akan menggunakan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) untuk perhitungan free float.

Hal tersebut dinilai berpotensi menghasilkan porsi free float lebih rendah bagi saham dengan struktur kepemilikan terkonsentrasi. Steven melihat, sentimen ini paling keras menghantam saham-saham konglomerat, khususnya yang digadang-gadang akan mengisi indeks unggulan tersebut.

“Ini bikin investor jadi mengamankan posisi dulu,” ujar Steven dikutip Tribun Bali dari laman Kontan, Senin (27/10).

Meski demikian, Steven menilai tekanan terhadap IHSG kemungkinan tak akan berlangsung lama. Investor berpeluang kembali masuk ke pasar setelah fase koreksi mereda.  “Investor sudah mengamankan posisi untuk speculative buy-nya, maka bisa kembali lagi beralih ke saham-saham dengan fundamental yang baik,” jelasnya.

Selain itu, ada sejumlah katalis positif yang dapat menopang IHSG dalam waktu dekat, salah satunya potensi pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Fed. Ditambah, AS dengan China juga baru mencapai kerangka kesepakatan dagang sehingga dapat menekan tensi perang dagang global yang sempat memanas.

Di tengah sentimen jangka pendek ini, Steven menyarankan investor untuk mengakumulasi dan fokus terhadap saham dengan fundamental tangguh. Sebagai tambahan informasi, MSCI dikabarkan tengah meminta pendapat para pelaku pasar soal rencana penggunaan Monthly Holding Composition Report milik KSEI untuk tambahan referensi dalam perhitungan free float saham emiten Indonesia.

Seperti diketahui, selama ini emiten di Indonesia hanya melaporkan pemegang saham dengan kepemilikan lebih dari sama dengan 5 % kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara itu, data KSEI melaporkan kepemilikan di bawah kurang dari 5?n memberikan klasifikasi pemegang saham sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih rinci terkait pemegang saham yang kurang dari 5 % .

Stockbit Sekuritas melaporkan, MSCI juga mengusulkan agar estimasi free float ditentukan berdasarkan nilai terendah di antara:

Free float yang dihitung menggunakan data kepemilikan yang dilaporkan emiten dalam keterbukaan informasi, reports, dan press release, berdasarkan metodologi MSCI; dan Free float yang diestimasikan berdasarkan data KSEI, yakni dengan mengklasifikasikan saham script (yang tidak tercatat di dalam data KSEI) dan kepemilikan ‘korporasi’ (lokal maupun asing) dan ‘others’ (lokal maupun asing) sebagai non–free float. Secara alternatif, MSCI mengusulkan estimasi free float berdasarkan data KSEI, yakni dengan mengklasifikasikan saham script dan kepemilikan 'korporasi' (tanpa menghitung ‘others’) sebagai non–free float.

Namun, wacana ini belum tentu akan diberlakukan dan masih menunggu masukan dari para pelaku pasar. MSCI akan menerima masukan hingga 31 Desember 2025, dengan hasil dari konsultasi akan diumumkan sebelum 30 Januari 2026. 

Jika proposal tersebut diterapkan, perubahannya akan diimplementasikan pada review indeks bulan Mei 2026 mendatang. (Kontan)

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved