bisnis

KEBUTUHAN 250.000 Ton Per Bulan, Akindo Pastikan Stok Kedelai, Gakoptindo: Kualitas Bibit Diperbaiki

Ia menjelaskan, tren permintaan kedelai dalam lima tahun terakhir relatif stagnan di kisaran 2,6 juta hingga 3 juta ton per tahun.

PIXABAY
Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) memastikan pasokan kedelai nasional masih dalam kondisi aman hingga akhir tahun.  Ketua Umum Akindo, Hidayatullah Suralaga menyampaikan, pasokan kedelai di dalam negeri saat ini mampu mencukupi kebutuhan pengrajin tahu dan tempe nasional untuk dua bulan ke depan. 

TRIBUN-BALI.COM - Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) memastikan pasokan kedelai nasional masih dalam kondisi aman hingga akhir tahun. 

Ketua Umum Akindo, Hidayatullah Suralaga menyampaikan, pasokan kedelai di dalam negeri saat ini mampu mencukupi kebutuhan pengrajin tahu dan tempe nasional untuk dua bulan ke depan. 

“Kondisi stok kedelai nasional setiap bulannya cukup aman untuk memenuhi kurang lebih dua bulan kebutuhan pengrajin tempe dan tahu yang berada pada kisaran 220.000–250.000 ton per bulan,” ujar Hidayatullah kepada Kontan, Sabtu (25/10/2025).

Ia menjelaskan, tren permintaan kedelai dalam lima tahun terakhir relatif stagnan di kisaran 2,6 juta hingga 3 juta ton per tahun.

Menurutnya, hingga saat ini belum terlihat adanya peningkatan konsumsi kedelai di pasar domestik imbas dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah dijalankan pemerintah.

Baca juga: MUNCUL Pesawat Amfibi Rute Banyuwangi-Bali, Kapal Cepat Banyuwangi - Serangan Off Sementara

Baca juga: TUTUP Permanen Pabrik Beton Dekat Tahura, Ini Kata Wali Kota Jika Tak Lengkapi Izin 

“Namun ke depannya, kami berharap program MBG dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan konsumsi kedelai di dalam negeri,” tambahnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi impor kedelai selama delapan bulan pertama tahun ini (Januari–Agustus 2025) tercatat sebesar 1,69 juta ton atau turun 10,31 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Meski demikian, Hidayatullah menegaskan bahwa komitmen para importir anggota Akindo akan memastikan ketersediaan stok kedelai tetap aman hingga akhir tahun.

“Kami perkirakan stok kedelai cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen di dalam negeri, khususnya para pengrajin tempe dan tahu nasional,” pungkasnya.

Sementara itu, Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) meminta pemerintah memperbaiki kualitas bibit kedelai lokal agar produktivitas petani dapat meningkat dan ketergantungan terhadap impor bisa dikurangi.

Ketua Dewan Penasehat Gakoptindo Aip Syarifuddin mengatakan, saat ini kebutuhan kedelai nasional mencapai sekitar 3,3 juta ton per tahun, dengan 90 % di antaranya atau sekitar 2,7 juta ton masih bergantung pada impor. Sementara produksi kedelai lokal baru berkisar 400.000 ton per tahun.

“Kalau permintaan meningkat, misalnya karena adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menambah konsumsi tempe dan tahu, kita khawatir justru impor makin naik. Karena itu, yang paling penting adalah perbaikan bibit kedelai local,” ujar Aip, Jumat (24/10).

Aip menjelaskan, produktivitas kedelai di Indonesia rata-rata hanya 2 ton per hektare, jauh tertinggal dibandingkan Amerika Serikat dan Brasil yang bisa mencapai 5 ton per hektare. Padahal, menurutnya, kondisi iklim dan tanah di Brasil hampir sama dengan Indonesia.

“Saya pernah survei ke Amerika dan Brasil. Di sana, satu hektare bisa menghasilkan 5 ton. Dulu Brasil hasilnya cuma 3 ton, tapi setelah perbaikan bibit kini bisa lebih dari 5 ton per hektare, bahkan produksinya sudah melebihi Amerika,” katanya.

Aip menilai rendahnya hasil panen di Indonesia disebabkan karena bibit kedelai lokal masih inferior dan tidak dikembangkan serius.

Sumber: Kontan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved