Berita Bali
Ambil Masukan Dari Jogja, Bandara Bali Utara Harus Memiliki Impact Positif Untuk Masyarakat Sekitar
Ambil Masukan Dari Jogja, Bandara Bali Utara Harus Memiliki Impact Positif Untuk Masyarakat Sekitar
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Icon pariwisata Yogyakarta (DIY) memiliki kemiripan dengan Bali yakni pariwisata berbudaya. Hanya saja berbeda pada jumlah wisatawan yang datang dan jenis wisata.
Dalam kunjungan Setwan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali bersama media belajar terkait pariwisata ke Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada, Kamis 31 Oktober 2024, Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi DIY Lis Dwi Rahmawati menjelaskan, jumlah wisatawan data 2023 sebanyak 27.338.996 diantaranya 105.511 wisatawan mancanegara.
Baca juga: SERANGAN BALIK Kubu De Gadjah, Koster Tinggal Pencet Tombol, Giri Prasta Bukan Uang Pribadi
Adapaun wisman yang banyak ke Jogjakarta dari Malaysia dan Singapura. Menurut Lis, wisatawan lebih memilih Jogjakarta karena karakter wisatawan lebih banyak pelajar dan keluarga.
Sementara jika dibandingkan dengan jumlah wisatawan ke Bali sebanyak 15,7 juta terdiri dari jumlah wisnus 9,87 juta dan mancanegara 5,27 juta data Desember . Hanya saja jumlah wisman Bali jauh lebih banyak, karena hampir warga dunia datang ke Bali.
Baca juga: De Gadjah Salah Data, Giri Prasta: Kalau 53 Juta Wisatawan, PAD Badung Bisa Rp 30 Triliun Lebih
”Wisatawan nusantara mayoritas dari mereka kami menyajikan Jogjakarta mayoritas keraton dan Prambanan budaya kami perlihatkan. Wisatawan nusantara lebih banyak pelajar atau keluarga. Destinasi memang untuk pembelajaran anak sekolah dan destinasi untuk semua keluarga. Keraton memang awal ada memamg mahasiswa itu kami kembangkan. Kalau keluarga destinasi alam dan buatan yang lebih banyak konsumsi untuk keluarga,” kata, I Kadek Putra Suantara DPRD Bali Kasubah TU, Kepegawaian, dan Humas.
Dibandingkan Bali infrastruktur di Jogja lebih memadai karena semua moda transportasi tersedia. Bahkan, terdapat dua bandara di Jogjakarta. Seperti diketahui bandara baru Yogyakarta International Airport (YIA) di kabupaten Kulon Progo selesai dibangun 2019. Kata Lis , keberadaan bandara baru memang meningkatkan kunjungan, tapi tidak berdampak untuk masyarakat Kulon Progo.
“Bandara Adisutjipto tidak bisa masuk semua, terbatas. Penerbangan lebih banya kesana (YIA). Dampak lebih banyak ialah bisa menerima lebih banyak pendatang. Tapi menjad pekerjaan rumah (PR) mengembangkan komunitas sekitar bandara itu,” imbuhnya.
Hal itu bisa menjadi masukan untuk Bali yang berencana membangun bandara di Buleleng. Tentunya bandara harus memberi dampak terhadap komunitas atau masyarakat sekitar. Terang Lis, kurang berdampak untuk masyarakat Kulon Progo karena ada akses kereta, langsung dari bandara ke Kota DIY atau sebaliknya. ”Jangan-jangan kedapatan wisatawan datang tok kelewatan doang, tapi tidak sekitar tidak terlibat,” jelasnya.
Padahal kata Lis Kabupaten Kulon Progo banyak destinasi wisata yang mulai berkembang. Itu menjadi tugas pemerintah setempat mengembangkan daerah sehingga pertumbuhan ekonomi merata di Jogjakarta. Begitu juga Bali harus memberi dampak positif dan kesejahteraan masyarakat sekitar ketika ada pembangunan infrastruktur. ”Meratakan kesejahteraan tidak hanya Sleman dan Jogjakarta. Kami masih punya semangat karena dipimpin Sultan jadi kami masih punya ada semangat tidak satu daerah lebih kaya dibandingkan daerah lain,” tutupnya.
Bapenda Beri Respon Terkait SE Mendagri, Penundaan Penyesuaian Penetapan Pajak dan Retribusi Daerah! |
![]() |
---|
Generasi Muda Hindu Ditempa Jadi Pemimpin Berkarakter di HLYC 2025 |
![]() |
---|
Dua Orang Pendaki Gunung Batukaru Bali Kelelahan, Tim SAR Gabungan Lakukan Evakuasi |
![]() |
---|
IESR dan Pemprov Bali Resmikan Empat PLTS di Tiga Desa, Total Kapasitas 15,37 kWp |
![]() |
---|
BERKAS 22 Tersangka Kasus Penganiayaan Prada Lucky Diserahkan ke Oditurat Militer |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.