Gunung Lewotobi Meletus

GELAP Gulita Tertutup Kolom Abu, Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi Lagi, Pengungsi Kini ISPA & Muntah

Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi menyatakan, kolom abu letusan teramati mencapai tinggi 8 kilometer di atas puncak kawah.

ISTIMEWA
Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi menyatakan, kolom abu letusan teramati mencapai tinggi 8 kilometer di atas puncak kawah. 

TRIBUN-BALI.COM - Gunung Lewotobi Laki-laki, Kabupaten Flores Timur, NTT erupsi lagi, Jumat (8/11). Sejumlah desa di Kecamatan Wulanggitang dan Ile Bura gelap gulita.

Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi menyatakan, kolom abu letusan teramati mencapai tinggi 8 kilometer di atas puncak kawah.

Pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang tinggal di Posko Pengungsi di SDK Hikong, Desa Hikong, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, mulai terserang penyakit. Sebagian besar diserang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), muntah-muntah dan hipertensi.

"Hari pertama saja yang sakit itu ada 120 orang, paling banyak kena ISPA, kemudian ada yang sudah muntah-muntah, hipertensi itu pada lansia,"kata Perawat Puskesmas Boganatar, Lusia Eritha Thebu yang menjadi relawan kesehatan di posko itu.

Lusia juga mengatakan untuk memastikan semua pengungsi mendapat layanan kesehatan, para tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Boganatar berada di posko selama 24 jam. "Kami di sini 24 jam, ganti-gantian berjaga untuk pelayanan kesehatan pengungsi. Harapan kami, pengungsi tetap memakai masker dan memperhatikan pola makan,"ungkapnya.

Baca juga: MAYAT Kondisi Mengenaskan di Taman Pancing adalah Komang Asmara, Kesehariannya Sebagai Juru Parkir

Baca juga: 17 Pelamar PPPK di Buleleng Akhirnya Lolos Setelah Masa Sanggah

PENCARIAN - Tim SAR Gabungan mencari masyarakat yang terdampak letusan Gunung Lewotobi Laki-laki, Selasa (5/11). Petugas melakukan penyisiran untuk memastikan ada atau tidaknya korban. 
PENCARIAN - Tim SAR Gabungan mencari masyarakat yang terdampak letusan Gunung Lewotobi Laki-laki, Selasa (5/11). Petugas melakukan penyisiran untuk memastikan ada atau tidaknya korban.  (TRIBUN FLORES/ISTIMEWA )


Rindu Sekolah

Warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi meratapi keadaan. Ada yang kehilangan tempat tinggal, ternak, hingga orang-orang tersayang. Hingga Jumat kemarin, Lewotobi masih ganas. Anak-anak sekolah ikut mengungsi kesana-kemari.  

Beberapa kelompok mengungsi di Flores Timur beberapa kelompok lainnya mengungsi di Kabupaten Sikka, termasuk di Posko Boganatar. Jumlah anak-anak sekolah yang mengungsi di Posko Boganatar cukup banyak.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti mengungkapkan, secara keseluruhan, terdapat 63 fasilitas sekolah terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Data yang diperoleh, di Kecamatan Wulanggitang, ada sebanyak total 41 fasilitas pendidikan bangunan sekolah, yang terdampak.

"Itu TK 20 unit, SD 15 unit, SMP 3 unit, SMK dan SMA 3 unit. Kemudian totalnya itu siswanya ada 3.117 siswa dengan rincian 490 siswa taman kanak-kanak, 1.717 siswa SD, 910 siswa SMP dan untuk SMA dan SMK belum diketahui,” ujar Abdul Mu’ti di Kantor Kemenko PMK, Jakarta.

Bencana ini tak bisa dipastikan sampai kapan. Anak-anak mulai merindukan sekolah. "Kami kami rindu ke sekolah untuk bertemu dengan teman-teman karena di sini sepi, " ungkap Chen, Siswi SMPK Sanctissima Trinitas bersama teman-temannya.

Chen bersama anak-anak yang lainnya merasakan suasana yang sangat berbeda di pengungsian. SMPK Sanctissima Trinitas Hokeng tempat Chen bersekolah rusak berat, tak dapat ditempati lagi. "Di sini kami hanya diberi tugas, lalu untuk keseharian kami hanya duduk dengan teman-teman saja," ucapnya.

Menjalani aktivitas di tempat pengungsian, bagi Chen sangat membosankan, seiring rasa bosan yang makin menguat kerinduan akan suasana sekolah pun makin membuncah. Chen mengatakan ingin secepatnya kembali berjumpa dengan teman-teman di sekolah.

Dia juga merindukan suasana di dalam ruangan kelas seperti dulu dimana ia bersama teman-teman dapat mengikuti pembelajaran secara baik dan lancar. "Kalau di posko ini kita hanya duduk-duduk saja, dikasih tugas saja, " jelasnya lagi.

Senada dengan Chen, Ovi, Siswi SDN Bawalatang juga rindu sekolah. Menjalani keseharian di pengungsian, tak ada banyak hal yang dilakukan bahkan untuk belajar pun ia kesulitan. "Kalau di sini kami tinggal gabung jadi tidak nyaman untuk belajar, " ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved