Pilkada Bali 2024

Saat De Gadjah Ramai Didukung Raffi Ahmad Hingga Celine Evangelista, Wayan Koster Lakukan ini

Saat De Gadjah Ramai Didukung Raffi Ahmad Hingga Celine Evangelista, Wayan Koster Lakukan ini

Penulis: Putu Supartika | Editor: Aloisius H Manggol
istimewa
Saat De Gadjah Ramai Didukung Raffi Ahmad Hingga Celine Evangelista, Wayan Koster Lakukan ini 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dua calon Gubernur Bali saat ini terus melakukan upaya untuk meyakinkan masyarakat, baik Made Muliawan Arya atau De Gadjah maupun Wayan Koster.

Terbaru, De Gadjah didampingi pasangannya Putu Agus Suradnyana dengan tagline Mulia-PAS bertemu dengan beberapa influencer kenamaan Indonesia.

Pertemuan pada Minggu 17 November 2024  di Pamela Super Lounge, Denpasar itu dihadiri Raffi Ahmad, Ria Ricis, Gading Marten, Celine Evangelista, Inara Rusli hingga Harris Vriza.

Sementara, kompetitor De Gadjah, Wayan Koster memilih berkunjung ke Buleleng.

Raffi Ahmad cs pun secara terbuka menyatakan dukungan mereka bagi De Gadjah di Pilgub Bali 2024.

Pada kesempatan itu, Raffi Ahmad mengaku menjadi saksi saat De Gadjah ditunjuk Prabowo Subianto menjadi calon Gubernur.

Ketika itu, selain bersama De Gadjah, Raffi juga bersama Sufmi Dasco Ahmad.

Bagi Raffi, De Gadjah adalah putra terbaik serta kader Gerindra Bali yang ditunjuk langsung oleh Prabowo.

"Sama-sama ingin membangun Bali, apalagi sejalan dengan pemerintah pusat, apalagi yang kita ragukan. Pak Prabowo berharap Mulia-PAS menang di Bali.

Apalagi Bli De Gadjah maju karena perintah Pak Prabowo," paparnya.

Raffi menambahkan jika semua hal ada di Bali, mulai dari budaya, ekonomi kreatif, hingga kesenian.

"Dulu saat saya masih gaul dengan Bli De Gadjah, yang kita tahu hanya Kuta. Sekarang ada Canggu, Uluwatu yang maju, nanti ke sana, Tabanan juga," paparnya.

Sehingga potensi anak muda Bali harus digerakkan agar bisa memajukan daerah.

Ia pun mencontohkan sosok Ajik Krisna dari Singaraja yang memajukan daerahnya.

Bersama dengan Agus Suradnyana, Raffi menilai keduanya adalah pasangan yang cocok.

"Orang yang memimpin Bali harus orang yang PAS," imbuhnya.

Dengan kehadiran influencer ini akan menjadi energi dan tanda bahwa semakin banyak pihak menginginkan perubahan yang baik untuk Bali.

"Kami bersyukur dan tambah semangat lagi karena perjuangan sedikit lagi. Tapi ini bukan urusan menang saja, setelah itu harus diselesaikan apa yang jadi komitmen untuk masyarakat," paparnya.

Koster di Buleleng 

Sementara itu, Wayan Koster berencana membangun Institut Adat Bali.

Institut ini dinilai perlu untuk mewadahi serta melestarikan adat istiadat Bali.

Hal ini terungkap dalam acara Diskusi Memikat (Sikat) pada Minggu (17/11/2024). Acara diskusi ini dihadiri langsung oleh Wayan Koster sebagai Cagub Bali.

Selain juga dihadiri Gede Supriatna yang merupakan Calon Wakil Bupati Bueleleng. 

Sementara pesertanya merupakan generasi muda baik dari siswa maupun mahasiswa. Yang mana ini sesuai tema acara yakni 'Pemuda Masa Kini, Penentu Pemimpin Bali'. 

Pada acara tersebut, salah satu peserta bernama Gede Arya mempertanyakan ihwal peluang membangun institut yang fokus pada adat istiadat Bali. Hal ini dilandasi generasi muda Bali saat ini yang dinilai acuh tak acuh mengenai adat

"Jika bapak terpilih sebagai gubernur, apakah bisa bangunkan kami institut adat Bali, 100 persen menjunjung adat istiadat Bali," ungkapnya. 


Tak hanya itu, pria yang juga Ketua Pasikian Yowana Majelis Desa Adat Kabupaten Buleleng ini menginginkan agar UPTD Museum Lontar Gedong Kirtya dibangun lebih baik. Serta berbagai naskah-naskah di Gedong Kirtya dikembalikan ke Gedong Kirtya. 


Hal senada juga diungkapkan peserta lainnya bernama Dian. Wanita yang merupakan bagian dari Komunitas Bueleleng Menonton ini berharap adanya upaya perlindungan naskah-naskah yang ada di Gedong Kirtya. 


Menanggapi ihwal pembangunan Institut Adat Bali, Cagub Bali Wayan Koster dengan tegas menyatakan setuju. Dikatakan jika berkaitan dengan seni dan budaya secara umum sudah ada Institut Seni Indonesia (ISI). Sedangkan berkaitan dengan adat istiadat, tradisi dan kearifan lokal, menurutnya harus dilembagakan melalui pendidikan tinggi. 


"Dia akan menjadi sesuatu yang menarik. Satu-satunya di dunia saya kira. Tidak ada tempat lain yang seperti itu. Saya akan membangun itu, Pemerintah Provinsi Bali yang akan membangun. Jadi perguruan tingginya milik Pemprov Bali," tegasnya. 


Menurut Koster institut ini penting. Sebab adat, tradisi dan kearifan lokal merupakan unsur yang berbeda dengan seni. Sehingga untuk pelestarian adat istiadat, tradisi, dan kearifan lokal, selain melalui pendidikan dasar seperti pasraman maupun pendidikan umum dasar dan menengah, di tingkat tinggi juga perlu. "Ini menjadi lembaga permanen untuk menjaga adat istiadat tradisi dan kearifan lokal budaya di Bali," jelasnya. 


Koster menambahkan, pada institut ini belajar tentang banyak hal. Mulai dari desa adat, ekonomi adat, keuangan adat, aturan adat. "Adat itu kan banyak. Karena desa adat merupakan pemerintahan terkecil. Dia punya wilayah, punya warga, punya cara berpemerintahan, legislatifnya, yudikatifnya, ada lembaga keuangannya berupa LPD, sekarang ada lembaga ekonomi riilnya, ada awig-awig, ada perarem," sebutnya.


Lantas disinggung mengenai lulusan Institut Adat Bali, menurut cagub petahana ini lulusan bisa menjadi pemimpin adat di Bali, maupun pelaku usaha ekonomi adat. Salah satunya mengembankan LPD.


Sedangkan disinggung terkait upaya mengembalikan naskah-naskah ke Gedong Kirtya, menurut Koster apabila Buleleng telah memiliki fasilitas yang memadahi dan memastikan naskah terawat dengan baik, maka seluruh naskah bisa dipindah. Baik yang ditempatkan di Pusdok maupun di negara lain. 


"Di undang-undang ada namanya repatriasi. Kalau kita sudah punya fasilitas lengkap, gubernur bisa langsung menindaklanjuti," ucapnya. 


Sementara Cawabup Buleleng, Gede Supriatna ihwal pembangunan Institut Adat Bali, menilai secara pribadi lebih baik mengoptimalkan pasraman-pasraman di Buleleng. Karenanya hal inilah yang akan dibangun ke depan, di setiap kecamatan apabila ia terpilih sebagai Wakil Bupati nantinya. 


"Dan saya harapkan yang mengelola pasraman itu dari Yowana. Itu menurut saya lebih bagus. Sebab kita di Buleleng, untuk membangun institut itu membutuhkan hal-hal yang perlu dipenuhi secara persyaratan," ujarnya.  


Mengenai Gedong Kirtya yang ada saat ini, Supriatna mengatakan khusunya dari lokasi dan tempat merupakan peninggalan sejarah. Yang mana bangunan ini ada di lingkungan Puri Gede Buleleng


"Keberadaan Gedong Kirtya merupakan bagian dari kesejarahan Buleleng. Baik gedungnya maupun isinya. Ini harus kita pikirkan dan hati-hati. Apakah kita akan menjaga keberadaan dari sisi historis Gedong Kirtya, atau sekadar membangun gedung yang lebih megah. Kalau saya lebih baik jaga sisi kesejarahan dan history daripada keberadaan Gedong Kirtya tersebut," ujarnya. 


Supriatna juga setuju ihwal mengembalikan naskah-naskah yang sebelumnya ada di Gedong Kirtya. Termasuk pula naskah yang berada di luar negeri. "Itu banyak naskah ataupun manuskrip yang mulanya ada di Gedong Kirtya, saat ini berpindah. Juga dari Pusdok banyak mengambil naskah, tapi tidak dikembalikan. Terkait hal itu, tentu itu kewenangan di pemerintahan Provinsi Bali," ungkapnya. (mer)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved