Berita Bali
Miris Gus Miftah Rendahkan Pedagang Es Teh, di Bali Murad Hidupi Lima Anak dari Berjualan Es Teh
Meskipun masuk musim penghujan, tak menyurutkan semangat Pak Murad untuk berjualan es teh. Dengan rombong kayu berwarna hijau merah, ia menjajakan es
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Disinggung terkait alasannya mengapa hanya menjual es teh, Murad mengungkapkan, rejekinya ada pada jualan ini. Sebelumnya dia sudah pernah mencoba hal lain, namun penghasilan yang diperoleh tak seberapa.
“Saya pernah coba jadi buruh bangunan, dan yang lainnya. Tapi mungkin memang di sini rejekinya,” kata dia.
Diakuinya, di usianya yang sudah senja, berjualan dengan berjalan kaki dan mendorong rombong es tehnya cukup melelahkan.
Namun, jika mengingat jerih payahnya untuk menghidupi keluarga, lelah itu akan lekas hilang.
“Hujan pun saya tetap jualan. Karena kadang kan hujan tidak seharian, saat reda ada saja beberapa yang beli,” jelasnya.
Selama bertahun-tahun berjualan di tempat tersebut, sudah tak terhitung berapa kali dirinya dan pedagang lainnya dikejar Satpol PP.
Bahkan, tak tanggung-tanggung, rombongnya pun pernah disita.
Ia juga turut menanggapi terkait Pendakwah yang juga Utusan Khusus Presiden, Miftah Maulana Habiburahman yang tengah ramai diperbincangkan publik sebab mengatakan kata-kata tak pantas pada penjual es teh saat sedang mengisi acara salawatan di Lapangan drh Soepardi, Sawitan, Mungkid, Kabupaten Magelang, beberapa waktu lalu.
Murad mengatakan sebagai pejabat sekaligus pendakwah hendaknya tidak menghina pekerjaan rakyat kecil, sebab dengan berjualan es teh seorang ayah mampu menghidupi istri dan anak-anaknya.
“Janganlah sampai menghina orang jualan es teh karena itukan untuk memenuhi kebutuhan keuarga untuk anak istri,” tutupnya. (*)
Berita lainnya di Human Interest
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.