Berita Gianyar
Dituding Sepi karena Mahal dan Tak Nyaman, Pedagang Pasar Seni Guwang Membantah
Para pedagang di Pasar Seni Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, sebagian terlihat duduk-duduk di tangga kecil di depan kios mereka, Jumat 27
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Megawati menegaskan, hal tersebut tidak benar. Terkait harga, dirinya menegaskan bahwa harga jual saat ini jauh di bawah harga pasaran.
"Bagaimana bisa menjual dengan harga mahal, pengunjung saja tidak ada. Bahkan kami sekarang menjualnya lebih murah dari dari biasanya," ujarnya.
Pun terkait pedagang yang disebut suka mengerumuni pengunjung. Megawati bersama teman-temannya menegaskan hal tersebut tidak benar.
Namun dia mengatakan, beberapa tahun silam, hal tersebut memang pernah terjadi.
Namun hal itu sudah dilarang, dan ada sanksi yang mengikat bagi pedagang yang berprilaku demikian.
"Sekarang tidak ada pedagang yang memaksa apalagi mengerubungi. Dulu memang ada yang begitu, tapi dilarang, ada sanksinya," ujar Megawati.
Sepinya pengunjung, menyebabkan beberapa pedagang memilih untuk tidak membuka kiosnya.
Menurut pedagang setempat, beberapa yang menutup kiosnya, memilih untuk mencari pekerjaan lain yang lebih menghasilkan.
Adapula yang memilih untuk berjualan di tempat lain. Kondisi ini relatif memperihatinkan, mengingat beberapa tahun sebelumnya, Pasar Seni Guwang merupakan salah satu ikon pariwisata di Kabupaten Gianyar.
Bahkan setiap turis yang berkunjung ke Gianyar, tidak lengkap rasanya bisa belum berkunjung ke pasar ini.
Menurut para pedagang setempat, penyebab redupnya Pasar Seni Guwang di mata wisatawan, tidak terlepas dari menjamurnya toko oleh-oleh, dan toko ini langsung menjalin kerjasama dengan travel agent, sehingga turis rombongan tidak datang ke pasar ini.
"Faktor utamanya kami sepi adalah toko oleh-oleh, mereka bekerja sama dengan agen perjalanan," ujarnya. (*)
Sopir Pariwisata juga Mengeluh Sepi
Sepinya pemasukan di perayaan Nataru ini rupanya tidak hanya dirasakan oleh pedagang Pasar Seni Guwang. Namun sejumlah sopir pariwisata konvensional juga merasakan hal demikian.
Menurut para sopir, sepinya turis yang menggunakan jasa mereka sudah sejak dua pekan lebih.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.