Trans Metro Dewata Berhenti Beroperasi

Bus Trans Metro Dewata Pamit, Berhenti Beroperasi 1 Januari 2025, Warga Denpasar Harap Dipertahankan

Alasan memilih menggunakan bus TMD karena praktis, murah, nyaman, dan ramah untuk anak-anak. 

TRIBUN BALI/ NI LUH PUTU WAHYUNI SRI UTAMI
Armada bus Trans Metro Dewata - Bus Trans Metro Dewata Pamit, Berhenti Beroperasi 1 Januari 2025, Warga Denpasar Harap Dipertahankan 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Keputusan mengejutkan datang dari layanan transportasi publik bus Trans Metro Dewata (TMD) yang secara resmi berhenti beroperasi mulai Rabu (1/1). 

Informasi ini pertama kali diumumkan melalui akun Instagram resmi TMD, @transmetrodewata. 

“Mulai 1 Januari 2025, layanan Trans Metro Dewata secara resmi akan berhenti beroperasi,” tulis akun @transmetrodewata.

Keputusan ini menjadi sorotan, mengingat selama ini bus TMD menjadi salah satu sarana transportasi publik andalan di Bali, terutama di kawasan Denpasar dan sekitarnya. 

Baca juga: CCTV Antisipasi Macet Diperbanyak oleh Pemkot Denpasar, Tim Respon Cepat dan Siapkan Bus Sekolah 

Bahkan beberapa pengguna bus TMD mendatangi Terminal Ubung, Denpasar

Kebanyakan mereka mengira bus TMD masih beroperasi seperti biasa.  

Seorang warga asal Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Surya (54) mengatakan, dengan ditiadakannya bus TMD ini akan mempersulit mobilitas masyarakat. 

“Sebagai masyarakat kecil susah karena itu khan yang termurah. Maksudnya ongkosnya itu, misalnya saya tinggal di Sading terus ke Kuta saja hanya Rp 4 ribu,” jelas, Surya. 

Menurutnya ongkos kendaraan lain sangat mahal dan membuat pengeluaran untuk biaya transportasi semakin membengkak. 

Surya setiap hari pergi bekerja ke Kuta menggunakan bus TMD. 

“Saya orang bangunan kalau dari sini (Terminal Ubung) kadang ke Renon, itu khan ongkos murah sekali pulang pergi, kalau sekarang ojek online bisa Rp 100 ribu. Jadi kita semakin susah sebagai orang kecil,” bebernya. 

Jika menggunakan bus TMD ia cukup merogoh kocek Rp 10 ribu untuk pulang pergi. 

“Harapan saya ya harus secepatnya ada, penggantinya apa solusi dari pemerintah,” tandasnya. 

Hal senada diungkapkan Adi Santika Jaya (30). Ia mengaku belum mengetahui informasi terkait bus TMD sudah tidak beroperasi. 

“Saya dari Jalan A Yani Utara mau ke Monkey Forest liburan, kita sudah atur waktu jauh-jauh hari, kita nggak tahu informasi ini,” kata, Adi. 

Alasan memilih menggunakan bus TMD karena praktis, murah, nyaman, dan ramah untuk anak-anak. 

Sementara menurutnya, transportasi umum yang lainnya kurang ramah anak sehingga menimbulkan kekhawatiran. 

“Nah ini saya agak bingung cari alternatifnya mau pakai apa? Kalau pakai online masih lumayan mahal banget, kalau pakai bus khan murah terjangkau,” imbuhnya. 

“Saya berharap secepatnya bisa lebih cepat beroperasi agar mempermudah masyarakat terutama kita yang berkeluarga, rumah tangga, khan lumayan,” tutupnya.  

Berhentinya bus TMD membuat banyak pengguna kecewa. Mereka berharap agar bus TMD dikembalikan lagi. 

Apalagi bus TMD merupakan transportasi umum di Bali khususnya wilayah Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita) yang bisa digunakan untuk mengatasi kemacetan. 

Komang Hendra Adi mengaku bus TMD sangat membantu dalam aktivitasnya sehari-hari. 

“Saya kalau kerja ke Kuta beberapa kali menggunakan bus ini, kalau motor saya dibawa istri,” papar pria yang berdomisili di Jalan Gatot Subroto Denpasar ini, Rabu 1 Januari 2025.

Fasilitas bus TMD nyaman, membuat dirinya merasa betah meskipun sering menemui kemacetan di jalan. 

“Kalau dari penumpang, jarang ramai. Tetapi lumayan, ada ibu-ibu pergi ke pasar pakai bus ini. Siswa dan mahasiswa juga ada,” paparnya.

Hendra pun berharap agar operasional bus TMD dikembalikan, dengan tata kelola yang lebih baik. 

“Saya harap dikembalikan. Dan nanti juga tata kelolanya diperbaiki. Misal ada mobil pengumpan yang mengangkut penumpang ke halte terdekat,” paparnya.

Seorang mahasiswa Made Suniartika juga mengaku terbantu dengan keberadaan bus TMD. 

Meskipun ia kuliah di luar Bali, namun saat pulang ke Bali, dari bandara ia naik bus TMD dan turun di pangkalan bus yang ada di utara Gor Ngurah Rai, Denpasar

“Saya kalau pulang ke Bali maupun saat akan balik ke Jawa selalu naik bus ini untuk ke bandara. Harganya terjangkau, ketimbang saya naik taksi atau ojek online,” paparnya.

Tak hanya itu masyarakat, Anggota DPRD Kota Denpasar, Agus Wirajaya juga mengaku sering memakai jasa bus TMD saat ada tugas ke luar daerah. 

Agus Wirajaya saat ke bandara maupun dari bandara ke Denpasar selalu menggunakan jasa bus ini. 

Sehingga secara pribadi, politisi PSI ini saya sangat berharap bus TMD dapat dipertahankan.

Apalagi menurutnya, bus TMD yang lebih dikenal dengan Teman Bus ini adalah salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan di Bali termasuk di Denpasar dengan mendorong masyarakat menggunakan moda transportasi publik. 

“Sebetulnya banyak warga yang terbantu dengan keberadaan Teman Bus ini untuk mobilitas mereka mengingat biayanya yang murah dan dengan fasilitas yang bagus seperti ber-AC, bersih, sabuk pengaman di setiap kursi,” paparnya.

“Dan perlu diingat setelah peluncurannya pada tahun 2020, kita terkena Covid selama 2 tahun sehingga penggunaan kendaraan umum menjadi hal yang dihindari saat itu. Tapi pasca Covid jumlah penumpang meningkat. Terutama jalur persiapan Central Parkir dan jalur GOR Ngurah Rai, Ubud, apalagi pada jam berangkat dan pulang kerja, bus penuh penumpang,” imbuhnya.

Agus menambahkan, teknologi dalam bus TMD juga cukup baik seperti adanya pembatasan kecepatan, tidak boleh berhenti di luar titik perhentian yang ditetapkan, jika bus terlalu dekat dengan kendaraan lain atau mengambil jalur kendaraan lain, bila dilanggar akan ada peringatan otomatis yang muncul melalui speaker di dalam bus untuk pengemudi dan denda dalam nominal yang cukup besar bagi pengemudi yang melanggar sehingga pengemudi mestinya patuh pada aturan berkendara.

Meski begitu, menurutnya, harus diakui prakondisi tidak dilakukan secara ideal terhadap bus ini, misalnya tidak adanya dorongan yang kuat, terstruktur, dan masif dari pemerintah Bali agar masyarakat beralih dari transportasi pribadi menggunakan transportasi massal. 

Juga tidak ada pembatasan jumlah kendaraan pribadi, tidak dilakukan pelebaran jalan agar bisa dibuatkan jalur khusus Teman Bus sehingga terkesan menambah masalah kemacetan.

Di sisi lain, peran serta masyarakat juga dibutuhkan untuk menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa upaya mengurai kemacetan dan menggunakan transportasi publik adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah. 

“Tak akan ada kebijakan publik yang akan berhasil tanpa peran serta publik secara sadar,” paparnya.

Pihaknya sangat menyayangkan bus TMD berhenti beroperasi di Bali

“Masyarakat pengguna akan kembali beralih ke kendaraan pribadi, yang tentu saja akan menambah jumlah kendaraan pribadi di jalan, dan upaya untuk mendorong masyarakat menggunakan transportasi publik mengalami kemunduran. Semoga saja dapat dipertahankan, tentu saja dengan menyiapkan prakondisi-nya,” paparnya. (pkv/sup/sar)

Nasib 317 Driver dan Operator Terancam

Nasib para pekerja armada bus TMD terancam setelah operasinal bus ini terhenti per 1 Januari 2025. 

Pihak Ketiga Operator Bus Trans Metro Dewata, I Ketut Eddy Darmaputra menjelaskan terdapat 300 lebih total driver dan operator di lapangan yang bekerja di Bus Trans Metro Dewata. 

“300-an lebih driver dan operator di lapangan. Bayangkan kalau 300 istri plus anak hampir 1.000 yang terdampak,” jelas Eddy. 

Lebih lanjutnya Eddy mengatakan, bus TMD ini mulai beroperasi pada 7 September 2020. Di mana saat itu pandemi Covid-19 mulai merebak. 

Sehingga banyak tenaga kerja yang tadinya bekerja di pariwisata stagnan dan beralih profesi menjadi driver bus TMD. 

“Lari ke sini (bus TMD) semua, kita tampung semua. Sekarang sudah nyaman driver mendapatkan (pendapatan) karena lumayan juga gaji supir hampir Rp 6 juta belum (tunjangan) kesehatan tenaga kerja,” imbuhnya. 

Penghentian operasional bus TMD disayangkan banyak pihak. Pengadaan bus TMD ini merupakan proyek stimulus dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan yang mulai beroperasi pada 7 September 2020. 

Hal tersebut diungkapkan pihak ketiga yakni operator bus TMD, I Ketut Eddy Darmaputra. 

Menurutnya seharusnya setelah kontrak bus TMD pada nota kesepahaman telah habis, sebaiknya diambil alih Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.

“Namun kelihatan saat ini belum (diambil alih Pemda/Pemprov). Memang awalnya Pemda tahun lalu pernah mengusulkan menganggarkan satu koridor, yang dianggarkan 3 bulan untuk bulan perubahan anggaran-perubahan Oktober-November-Desember. Tetapi belum direalisasikan oleh pusat,” jelas, Eddy. 

Lebih lanjutnya Eddy mengatakan Pemerintah Pusat meminta agar 1 koridor pada Januari 2025 sudah diambil oleh Pemda. 

Namun, pada Januari apakah anggaran untuk koridor 1 itu sudah diajukan? Sebab yang mengetahui hal tersebut adalah Dinas Perhubungan. 

“Sehingga semestinya pusat tidak serta-merta dia memutus kontrak. Contoh saja seperti Solo dari 6 koridor, 3 koridor masih dibiayai oleh Pusat. Mungkin yang bisa menjawab itu kan dari Dinas Perhubungan sebagai pemegang kebijakan di daerah,” bebernya. 

Eddy mengatakan tak tahu secara pasti bagaimana komunikasi antara Pemprov Bali dengan Kemenhub hingga Pemerintah Pusat tidak lagi mentolerir. 

Proyek bus TMD ini merupakan stimulus dari pemerintah pusat untuk memberi dorongan kepada daerah menyediakan transportasi umum yang memadai. 

Sebab jika dilihat bahwasanya angkutan umum di Bali sudah hampir punah. 

“Kalau kita melihat jumlah keseluruhan armada di Bali ini khan 5 jutaan sedangkan angkutan umumnya hanya 15.000 artinya hampir 0,3 persen sudah tidak (beroperasi),” sambungnya. 

Pemerintah Pusat juga memberikan kebijakan dengan by the service, pemerintah membeli layanan untuk meningkatkan, Pemerintah membeli layanan dengan tarif per kilometer dihitung. 

“Kelihatannya kemarin apakah ada keterlambatan atau bagaimana sehingga Pemerintah Pusat menyetop per satu Januari layanan ini. Kita sebagai operator tentunya tunduk dan taat, kalau kita melakukan perjalanan siapa yang membayar? Seperti kota-kota lain, Solo yang kita lihat itu sama pada waktu pertama sekali ada BTS itu, ada 5 kota yaitu Kota Medan, Palembang, Yogyakarta, Solo, dan Denpasar,” paparnya.

Sebelumnya, tak hanya pramudi saja, beberapa staf juga dipekerjakan di PT. Satria Trans Jaya perusahaan yang menaungi Bus Trans Metro Dewata. Hal tersebut diungkapkan Manager PT. Satria Trans Jaya, Operator Layanan BTS Bali (Trans Metro Dewata) Ida Bagus Eka Budi P, ketika dikonfirmasi pada, Senin 30 Desember 2024. 

Eka Budi mengatakan jumlah seluruh pekerja di PT. Satria Trans Jaya sebanyak 317 orang.  

“Di PT. Satria Trans Jaya itu ada sekitar total 317 orang yang sehari-hari menggantungkan hidupnya di PT. Satrya Trans Jaya selaku operator layanan BTS Bali. Jadi tidak hanya pramudi, jumlah pramudi 228 orang. Jadi total 317 orang,” katanya. 

Masih menurut Eddy, animo masyarakat menggunakan bus TMD sudah mulai naik trennya. Terlebih ketika diumumkan bahwa bus TMD tidak akan beroperasi, komunitas dari pelanggan bus TMD sampai membuat petisi yang ditandatangani pelanggan-pelanggan bus TMD hingga 4.000-an. 

“Artinya animo masyarakat pemakai jasa angkutan ini masih menghendaki. Tarif murah, terjangkau oleh daya beli terutama bagi orang yang ke (tempat) kerjanya di Kuta dari Tabanan. Masyarakat Tabanan animonya cukup tinggi ada yang menuju rute Central Parkir, Kuta hingga bandara,” ucapnya. 

Dikatakan Eddy, Penjabat (Pj) Gubernur sudah membuatkan satu surat untuk Kementerian Perhubungan agar 1 koridor sampai 2 koridor nantinya pada bulan Juli akan di-handover oleh Pemda dan selanjutnya secara bertahap. (sar)

Dishub Bali Sebut Masih Negosiasi dengan Pusat 

Dinas Perhubungan (Dishub) Bali angkat bicara mengenai penghentian operasional bus Trans Metro Dewata di Bali

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali, IGW Samsi Gunarta melalui pers rilisnya mengatakan pihaknya sepenuhnya memahami bahwa pelayanan Trans Metro Dewata yang ada saat ini sudah menjadi kebutuhan masyarakat Bali

Juga perlahan tumbuh menjadi tumpuan transportasi perkotaan di wilayah Kota Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.

“Bali merupakan Daerah yang sebagian besar wilayahnya berada pada Kawasan Strategis Nasional (KSN). Pada kawasan semacam ini diperlukan dukungan berbagai pihak untuk ikut terlibat dalam pemenuhan layanan transportasi di dalamnya baik Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya. Pelayanan Transportasi Umum yang andal dan berkualitas merupakan layanan yang harus disediakan sebagai bagian dari urusan wajib Pemerintah dan Pemerintah Daerah,” jelas, Samsi pada Rabu 1 Januari 2025. 

Lebih lanjutnya ia mengatakan, penyediaan layanan Trans Metro Dewata hingga saat ini sesuai dengan program yang telah dicetuskan merupakan layanan yang sumber penganggarannya berasal dari APBN Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 

Penghentian anggaran untuk layanan ini sepenuhnya merupakan kebijakan Kementerian Perhubungan RI.

Sesuai yang telah diamanatkan dalam UU no 22 tahun 2014 tantang lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Perda no 6 tahun 2023 tentang Pungutan Bagi Wisatawan Asing, serta menyikapi pentingnya keberlanjutan program angkutan umum, Pemerintah Provinsi Bali berkomitmen untuk melakukan handover layanan secara bertahap menyesuaikan dengan kemampuan fiskal daerah yang mana pada Tahun Anggraran 2025 Pemerintah Provinsi Bali telah menganggarkan pembelian layanan untuk 1 koridor.

“Pemerintah Provinsi Bali sedang menegosiasikan agar Kementerian Perhubungan RI tetap dapat memberikan alokasi bagi layanan Trans Metro Dewata bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk memastikan tersedianya layanan transportasi umum berkualitas di wilayah Provinsi Bali ke depan,” kata dia. (sar)

TENTANG Bus Trans Metro Dewata

Mulai Operasi: 7 September 2020 

Berhenti Operasi: 1 Januari 2025

Total Armada: 105 unit bus

Layanan: 4 koridor Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita) 

Program: Dirjend Perhubungan Darat (Kemenhub RI)

Pendanaan/Biaya Operasional: Subsidi 100 persen Pemerintah Pusat/APBN

Tarif

Tarif Reguler Rp 4.400 

Tarif Khusus Rp 2.000 
(pelajar, mahasiswa S1, Lansia dan disabilitas)

Jumlah Penumpang  

Tahun 2020: 183.677 orang

-    Rata-rata 1.531 penumpang/hari

Tahun 2021: 1.885.091 orang
-    Rata-rata 5.193 penumpang/hari

Tahun 2022:  2.390.745 orang
-    Rata 6.586 penumpang/hari

Tahun 2023:  2.074.339 orang 
-    Rata-rata 5.714 penumpang/hari

Tahun 2024:  1.701.148 orang
-    Rata-rata 5.109 penumpang/hari 

Total: 8.235.000 penumpang (33,19 persen) 

Operator: PT. Satria Trans Jaya 

Jumlah Pekerja: 317 Orang 
-    Driver 228 orang
-    Staf 89 orang

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved