Natal dan Tahun Baru 2025
Driver Banyak Tak Dapat Tamu, Okupansi Kendaraan Pariwisata di Bali Hanya 80 Persen Saat Nataru
Kunjungan wisatawan ke Bali mengalami penurunan pada libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) dibanding libur Nataru sebelumnya.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Driver Banyak Tak Dapat Tamu, Okupansi Kendaraan Pariwisata Hanya 80 Persen Saat Libur Nataru
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kunjungan wisatawan ke Bali mengalami penurunan pada libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) dibanding libur Nataru sebelumnya.
Kunjungan wisatawan ke Bali baik wisatawan domestik (wisdom) maupun mancanegara lesu.
Penurunan kunjungan terasa terjadi khususnya untuk wisdom. Hal ini menyebabkan banyak driver pariwisata di Bali tidak dapat tamu atau wisatawan.
Ketua Persatuan Angkutan Pariwisata Bali (Pawiba), I Nyoman Sudiartha mengatakan, tingkat keterisian atau okupansi kendaraan anggota Pawiba pada Libur Nataru kali ini hanya 80-85 persen.
Berbeda dengan tahun sebelumnya yang mencapai 100 persen.
“Bisa kita katakan jumlah wisatawan tidak seperti tahun lalu,” katanya, Jumat (3/1).
Bahkan menurutnya, anggota Pawiba yang bergerak dalam kendaraan besar seperti bus, tidak merasakan lonjakan saat libur Nataru kali ini.
Kondisi ini juga terjadi pada kendaraan rental, yang biasanya permintaan meningkat bahkan penuh saat Libur Nataru. Bahkan menurutnya pada Desember, mobil rental sudah sulit dicari, karena semua tersewa.
Berbeda dengan tahun ini, masih banyak mobil yang belum keluar.
“Penurunan ini sudah dirasakan sejak Oktober. Kalau September, Juli hingga September itu masih ada (wisatawan) Eropa. Kalau Nataru ini lebih ke domestik,” katanya.
“Untuk tahun ini, kami juga merasakan adanya penurunan kunjungan wisatawan dengan barometer yang kami gunakan berkurangnya penggunaan kendaraan rental oleh wisatawan,” imbuhnya.
Driver pariwisata freelance merasakan dampak penurunan kunjungan wisatawan secara langsung. Seorang driver pariwisara freelance, Wayan Putra Yasa asal Bangli mengakui jika wisatawan mancanegara agak lesu pada libur Nataru ini. Beberapa temannya sesama driver mengaku tidak mendapatkan wisatawan sehingga harus berdiam diri.
“Untuk saya astungkara ada tamu Australia. Tetapi saya ada 4 grup paguyuban driver, rata-rata mengaku tidak dapat tamu. Biasanya Nataru ini pasti dapat saja,” paparnya saat dihubungi kemarin.
Meski dapat wisatawan, ia mengaku tak seperti tahun lalu yang sampai memberikan driver lain untuk menangani wisatawan tersebut.
“Sekarang ada, tapi untuk sendiri saja. Kalau dulu double, sehingga bisa over ke teman sendiri,” jelasnya.
Putra Yasa menyebutkan, setelah Covid-19 kedatangan wisatawan ke Bali sangat ramai. Dan seharusnya mulai November 2024 hingga Januari 2025 wisatawan masih ramai ke Bali. “Tetapi sekarang menurun. Memang tidak sepi-sepi sekali, tetapi lesu. Tahun lalu masih ramai,” kata Putra Yasa.
Hal senada diungkapkan Pemilik Alit Bali Transport, Ketut Candra Alit. Menurutnya jumlah wisatawan domestik yang datang ke Bali menurun drastis saat libur Nataru. Candra menyebutkan, tahun 2023 lalu, dari akhir November hingga awal Januari 2024, usahanya selalu full booking. Bahkan ia sampai menambah 10 unit kendaraan untuk melayani wisatawan.
Akan tetapi akhir tahun 2024 kemarin, awal Desember hingga Natal masih sepi. Dan dirinya hanya memanfaatkan 5 unit kendaraan.
Tak hanya dirinya, rekan sesama pengusaha transport juga mengeluh terkait kondisi tersebut.
“Kebanyakan mereka memilih ke luar negeri. Ada yang ke Jepang, Italia,” paparnya.
Menurutnya, banyak wisdom tersebut enggan datang ke Bali karena masalah kemacetan. Apalagi kebanyakan klien yang dilayaninya berasal dari Jakarta.
“Mereka tidak mau ke Bali karena macet. Apalagi di Jakarta mereka sudah sering terkena macet. Khan sama saja dengan Jakarta,” kata dia.
Selain faktor kemacetan, adanya taksi online juga menjadi saingan berat pengusaha transport di Bali.
“Kalau untuk full day, kami di transport masih menang. Tetapi kalau 1 trip mereka akan memilih taksi online karena lebih murah,” papar pria yang juga menjadi karyawan swasta ini.
Sementara itu, Ketua Pawiba, I Nyoman Sudiartha mengungkapkan, menurunnya kunjungan wisdom pada Libur Nataru ini dikarenakan beberapa hal.
Pertama cuaca ekstrem ditambah informasi viral di media sosial mengenai bencana alam yang terjadi seperti banjir, pohon tumbang, kecelakaan termasuk juga kemacetan. Kedua, juga dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang menurun.
Driver pariwisara freelance, Wayan Putra Yasa menambahkan banyak wisatawan yang mengeluh kondisi Bali saat ini. Saat libur Natal misalnya, saat membawa wisatawan dari Bandara Ngurah Rai, Tuban ke Seminyak, ia harus menempuh waktu 3 jam karena macet parah.
Saat itu wisatawan yang dibawanya tersebut mengeluh dan mengaku kapok datang ke Bali.
“Tamu itu bilang dia tidak akan mau ke Bali lagi karena macet. Itu keluhan langsung yang saya dengar. Selain itu, tamu juga mengeluhkan sampah di pinggir jalan,” paparnya.
Dirinya juga menambahkan jika banyak wisatawan mancanegara yang beralih ke Thailand dan Vietnam.
“Saya punya kerjasama dengan tamu yang punya agen perjalanan di Australia. Saya sempat chat dia, kenapa tidak seperti dulu tamu yang datang ke Bali, ia mengatakan banyak tamu yang memilih ke Thailand dan Vietnam,” kata dia,".
Selain itu, kondisi ini diperparah dengan adanya pemberitaan negatif tentang Bali yang menyebut Bali merupakan tempat wisata yang tak layak dikunjungi tahun 2025.
Dengan kondisi ini, Putra Yasa berharap kepada Gubernur Bali terpilih agar kemacetan yang terjadi bisa ditanggulangi. Ia juga berharap agar pembangunan vila, restoran, maupun hotel di Bali bisa dihentikan.
“Ini dari tamu saya yang bilang langsung ke saya. Agar Bali tidak penuh dengan bangunan,” paparnya.
Menurut data yang berhasil diperoleh Tribun Bali, jumlah orang masuk Bali pada momen Nataru menurun 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Total penumpang yang menggunakan jasa penyeberangan lintas Ketapang-Gilimanuk sejak H-7 hingga H+5 Natal 2024 tercatat sebanyak 345.516 orang dengan total kendaraan yang telah menyeberang tercatat 83.918 unit.
Total penumpang yang menyeberang dari Jawa ke Bali mulai dari H-7 hingga H+5 tercatat 345.516 orang atau turun 11% dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu sebanyak 389.710 orang. Untuk total kendaraan yang telah menyeberang tercatat 83.918 unit atau turun 10% dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu sebanyak 92.852 unit.
Sementara itu, total penumpang yang menyeberang dari Bali ke Jawa mulai dari H-7 hingga H+5 tercatat 336.871 orang atau turun 8% dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu sebanyak 364.927 orang. Total kendaraan yang telah menyeberang tercatat 89.136 unit atau turun 7% dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu sebanyak 95.991 unit.
Sementara PT Angkasa Pura Indonesia Bandara I Gusti Ngurah Rai selama 15 hari Posko Nataru mencatat pelayanan kepada 1.069.653 penumpang atau tumbuh 7% dibanding periode tahun sebelumya sebanyak 1.000.005 penumpang. Rinciannya adalah 570.630 penumpang kedatangan atau sebesar 53?n sisanya 499.023 atau 47% merupakan penumpang berangkat.
Selama periode tersebut terdapat dua periode jumlah penumpang tertinggi yakni sebelum periode libur natal pada H-3 Natal atau 22 Desember 2024 sebanyak 76.669 penumpang dan pasca libur Natal pada 29 Desember 2024 sebanyak 79.162 penumpang.
Penumpang di Terminal Mengwi Lebih Tinggi
Pasca libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) tahun 2025 volume keberangkatan di Terminal Tipe A Mengwi, Kabupaten Badung lebih tinggi dibandingkan kedatangan. Hal karena merupakan arus balik mengingat libur Nataru telah usai.
Dari data yang dihimpun Tribun Bali, jumlah penumpang di terminal Keberangkatan mencapai 2.000 lebih dalam sehari. Berbeda dengan jumlah penumpang di terminal kedatangan hanya di angka 1.000 penumpang.
Pengawas Terminal Tipe A Mengwi, Ardani Nirwesti mengatakan lonjakan penumpang terjadi sebelum dan sesudah perayaan Nataru. “Kedatangan maupun keberangkatan dari Terminal Mengwi terkait Libur Nataru ini cukup tinggi dibandingkan hari-hari normal. Jika jelang Nataru di terminal kedatangan biasanya yang ramai, namun saat ini pasca nataru di terminal keberangkatan yang tinggi,” ujar Ardani Nirwesti, Jumat (3/1).
Kondisi ini pun diperkirakan masih terjadi hingga beberapa hari ke depan. Mengingat arus balik pasti akan dirasakan sampai Minggu (5/1) mendatang. Menurutnya, pasca Nataru yakni 1 Januari 2025 jumlah penumpang di terminal keberangkatan di angka 2.287. Namun jika dibandingkan dengan penumpang di terminal kedatangan hanya 712 penumpang.
Selain itu pada 2 Januari 2025 jumlah penumpang di terminal keberangkatan juga lebih tinggi mencapai 2.710 penumpang. Berbeda dengan jumlah penumpang di terminal kedatangan hanya mencapai 1.316 penumpang. Berbeda dengan hari biasa atau normal 40-50 armada dengan jumlah penumpang rata-rata 700-1.000 penumpang.
“Saat ini memang momen arus balik Nataru, sehingga jumlah penumpang di keberangkatan lebih tinggi,” bebernya.
Lebih lanjut dikatakan, di terminal Mengwi juga mempersiapkan standar minimal, seperti keselamatan, keamanan, kehandalan, kenyamanan, kemudahan, dan kesetaraan. Bahkan semua bus yang akan berangkat tetap dilakukan pemeriksaan atau ramp check. Hal itu dilakukan guna memastikan keselamatan penumpang.
“Pengecekan kendaraan ini untuk memeriksa unsur teknis. Seperti lampu penerangan, pengereman, badan kendaraan, kondisi ban, perlengkapan, klakson, dan lainnya. Hasil pemeriksaan layak jalan ini dalam rangka mengoptimalkan keselamatan perjalanan selama liburan Nataru,” ucapnya.
Mengenai penambahan kendaraan atau armada, selama ini pihaknya selalu berkoordinasi dengan PO Bus. “Penambahan armada itu bergantung lonjakan penumpang, kalau bertambah biasanya menggunakan bus Cadangan,” kata dia. (gus)
NEWS ANALYSIS
Jam Kendaraan Besar Harus Diatur
Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan | Arsitek dan Pengamat Tata Ruang Perkotaan
Terdapat beberapa faktor penyebab padatnya kendaraan dan kemacetan di Bali. Menurut Arsitek dan Pengamat Tata Ruang Perkotaan, Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain mengatakan, penyebab kemacetan di Bali salah satunya akses yang menghubungkan pulau ke pulau, provinsi ke provinsi, kota ke kota lalu kota ke kabupaten hampir semua melalui Kota Denpasar.
Beberapa di antaranya sebagian besar masuk pusat kota. Ia menegaskan konsep tersebut mestinya harus ditinggalkan.
“Kenapa tidak dibagi misalkan yang antarpulau yang ke Lombok misalkan melalui Singaraja itu semua memang harus manajemen begitu atau kalau tidak harus dibuatkan jalan khusus yang mungkin nanti ke depan mungkin jalan tol Gilimanuk,” kata Prof Rumawan, Jumat (3/1).
Lebih lanjutnya ia mengatakan kendaraan transportasi yang mengangkut orang dan barang hampir semua melalui jalan Kota Denpasar. Sehingga jalan di Denpasar itu menjadi melting point bagi semua pelaku transportasi bus, truk, angkutan pariwisata, angkutan pribadi dan lain-lain.
Sesuai dengan data tahun 2023, angka sebanyak 4,5 juta lebih kendaraan bermotor ada di Bali artinya termasuk sepeda motor yang jumlahnya luar biasa. Selain itu, panjang jalan yang dikelola atau yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten atau kota. Pemerintah Kota dan Kabupaten memiliki sedikit penambahan panjang jalan. Contohnya pada Kota Denpasar penambahan panjang jalan hanya bisa dilakukan sejumlah 0,01 KM itu.
Sedangkan Jalan Nasional terdapat beberapa tambahannya begitu juga dengan provinsi. Ini belum lagi ditimpali dengan pola ruang kota yang memang tidak siap untuk pelaku-pelaku transportasi itu dengan modal transportasiny.
“Artinya begini, struktur dan pola ruang yang ada itu merupakan pola dan struktur ruang tradisi yang bukan untuk kendaraan bermotor yang memiliki kecepatan yang memiliki daya angkut dengan dayanya sehingga bisa dibayangkan kalau saya ada di Denpasar baru dari Jalan Surapati mau menuju ke Art Center sudah berapa lampu merah, jaraknya pendek-pendek sehingga menjadi kemacetan menumpuk,” sambungnya.
Prof Rumawan menegaskan terlebih saat ini cenderung orang membangun apa saja di mana saja sehingga berperilaku begitu. Ketika ingin belanja ke toko terdekat, parkir seenaknya. Banyak sekali ditemukan toko berhadap-hadapan. Biasanya toko-toko ini menggunakan badan jalan yang semestinya tidak boleh dipakai parkir. Hal ini juga menjadi penyebab terjadi kemacetan lalu lintas karena beban jalan menjadi sempit akibat kiri kanan mobil parkir. (*)
Berita lainnya di Nataru di Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.