Berita Bangli
1.150 Umat Hindu Iringi Palebon Palinggih Dane Jero Gede Kawanan Batur, Bade Tumpang Sia
Setelah puncak palebon, rangkaian upacara akan dilanjutkan dengan pacaruan dan paisuh-isuh desa pada 25 Januari 2025.
Penulis: I Made Wira Adnyana Prasetya | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Puncak upacara palebon Palinggih Dane Jero Gede Kawanan (Alitan) Batur yang digelar pada Jumat, 24 Januari 2025, menjadi momen penuh makna spiritual dan budaya.
Prosesi ini berlangsung sejak dini hari, dimulai dengan ngentosin panglilitan dilanjutkan ritual patangi layon pada pukul 03.00 WITA. Rangkaian upacara ini menjadi simbol penghormatan terakhir bagi pemimpin spiritual masyarakat adat Batur.
Setelah ritual patangi layon, acara dilanjutkan dengan melaspas bade dan ngening. Dalam prosesi ini, bade tumpang sia (sembilan) yang megah diberkati melalui ritual melaspas lengkap dengan pagelaran tari sakral Baris Batur.
Menjelang siang, prosesi tedun layon dilakukan, di mana jenazah Palinggih Dane Jero Gede Kawanan (Alitan) Batur yang ditempatkan dalam bandusa, diusung menuju jaba Pura Ulun Danu Batur untuk melakukan ritual mapamit kepada Ida Bhatara-Bhatari Batur.
Baca juga: KASUS Kampung Rusia di Gianyar, WNA Jerman Resmi Tersangka, Ini Kata Polda Bali Kasus PARQ Ubud
Baca juga: SADIS! 17 Luka Tusukan di Tubuh Agus, Polres Gianyar: Korban & Pelaku Gak Kenal, Itu Pengaruh Miras

Iring-iringan Megah Menuju Puncak Ritual
Setelah prosesi mapamit, jenazah diarak menuju pamereman bade tumpang sia. Iring-iringan arak-arakan ini melibatkan lebih dari 1.150 masyarakat adat dari 10 desa yang tergabung dalam Batun Sendi Batur.
Dengan rute sejauh 670 meter dari Jaba Puri Kawanan Batur hingga Tunon, arak-arakan ini menghadirkan keagungan tradisi Bali yang autentik.
Pangemong Pura Ulun Danu Batur, Jero Penyarikan Duuran Batur, menjelaskan bahwa bade dan patulangan yang digunakan memiliki nilai khusus.
Patulangan berupa kaang (raja ikan) sesuai dengan ketentuan dalam Rajapurana Batur, sementara bade tumpang sia didominasi nuansa busana serba putih yang dikerjakan di Ubud.
"Patulangan kaang diarak oleh masyarakat dari berbagai tempek, termasuk Jero Gambel, Jero Baris, Jero Batu Dangin, dan Jero Batu Dauh," kata Jero Penyarikan.
Di belakangnya, iring-iringan simbolik lainnya seperti umbul-umbul putih, kober putih, dan perlengkapan adat lainnya turut melengkapi kemegahan acara.
Keistimewaan dan Posisi Spiritual Jero Gede Batur
Jero Gede Batur memiliki posisi istimewa sebagai Dalem Sesanglingan, representasi Dalem di Batur, serta Pangemong Pura Ulun Danu Batur.
Keistimewaan ini ditegaskan dalam teks Pratekaning Usana Siwa Sasana Rajapurana Batur. Dalam tradisi, Jero Gede Batur Kanginan (Duuran) menggunakan bade tumpang sia, dengan patulangan lembu, sementara Jero Gede Batur Kawanan (Alitan) menggunakan bade tumpang sia dengan patulangan kaang.
Jero Gede Alitan, yang lahir pada 1936 dan wafat pada 6 Januari 2025 di RS Puri Raharja Denpasar pada usia 89 tahun, dikenal sebagai figur penting dalam pembangunan pura di Nusantara.
PASCA Melahirkan Bayi Kembar 4, Kondisi Widayani Membaik, Masih Jalani Perawatan di RS BMC |
![]() |
---|
KESAKSIAN Ibu Muda Asal Bangli yang Lahirkan Bayi Kembar 4, Ni Komang Widayani: Rejeki Tuhan |
![]() |
---|
Kisah Ibu Bayi Kembar Empat di Bangli Bali, Tidak Direncanakan, BB Naik 10 Kg dan Perut Terasa Berat |
![]() |
---|
Widayani Lahirkan Bayi Kembar 4 di RS BMC Bangli Bali, Wahyuni: Persalinannya Section |
![]() |
---|
BAYI Kembar 4 di Bali, Widayani Lahirkan Anaknya di RS BMC Bangli, Dikira Awalnya Kembar 2 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.