PMI Pulang dari Arab Saudi

Kisah Pilu PMI Asal Jembrana Bali di Arab Saudi, Kekerasan Terungkap dari Curhatan Orangtua

Berikut Ini Kisah Pilu PMI Asal Jembrana Bali di Arab Saudi, Kekerasan Terungkap dari Curhatan Orangtua

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Putu Kartika Viktriani
ISTIMEWA
PMI Asal Jembrana, Heni Julaeha, saat tiba di rumah anggota DPRD Jembrana di wilayah Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, Bali, Rabu 22 Januari 2025 sore - Kisah Pilu PMI Asal Jembrana Bali di Arab Saudi, Kekerasan Terungkap dari Curhatan Orangtua 

Selain perlakuan kekerasan tersebut, handphone Heni yang digunakan untuk berkomunikasi dengan keluarga hingga teman juga disita selama berada di sana.

Hanya diperbolehkan memegang hp selama satu jam di waktu-waktu tertentu.

"Lebih sering dipukul di bagian perut, selain itu hp juga disita. Perlakuan kekerasan itu saat mungkin telat datang saat dipanggil karena saya sedang makan ataupun ke kamar mandi," tuturnya dengan mata berkaca-kaca. 

Dengan perlakuan tersebut, kata dia, dirinya memberitahu sang suami.

Dari sana, mereka lantas meminta bantuan ke berbagai pihak agar dibantu pemulangan.

Selain kekerasan, ia juga hanya menerima upah 1.000 rial per bulannya atau setara sekitar Rp 4,1 Juta. 

Dengan bantuan dari berbagai pihak mulai DPRD Jembrana, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Jembrana, hingga DPR RI, Heni akhirnya berhasil dipulangkan ke Indonesia sejak tanggal 17 Januari 2025.

"Tiba di Bali 19 Januari 2025 kemarin. Sempat menenangkan diri di rumah adik di Denpasar," sebutnya. 

Ia mengimbau, dengan kejadian ini seluruh masyarakat Jembrana yang hendak bekerja ke luar negeri agar berangkat dengan cara prosedural atau sesuai ketentuan yang berlaku.

Menurutnya, pemberangkatan dengan non prosedural sangatlah berisiko, contohnya seperti dirinya. 

"Kami minta agar menggunakan jalur resmi (prosedural sesuai aturan) untuk menghindari hal yang serupa di kemudian hari," tandasnya.

Anggota DPRD Jembrana, Muhammad Yunus menceritakan, proses pemulangan PMI asal Jembrana yang bekerja di Arab Saudi tersebut bermula dari curhatan kedua orangtua korban.

Bahwa, anaknya Heni Julaeha menerima perlukan kekerasan oleh majikannya di tempatnya bekerja.

Atas hal itu, ia kemudian langsung berkoordinasi ke berbagai pihak instansi hingga ke rekannya di DPR RI. 

"Awalnya sekitar 10 Desember 2024 lalu, orang tua yang bersangkutan bercerita ke kami agar tolong dibantu karena anaknya mengalami kekerasan. Atas dasar itu kami langsung bergerak melakukan koordinasi," jelas Yunus saat dikonfirmasi, Rabu 22 Januari 2025.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved