Kalender Bali
Perayaan Malam Siwaratri Digelar di Candi Prambanan, Ari Dwipayana: Tempat Suci untuk Pemujaan Siwa
Malam Sastra Siwaratri yang digelar di Candi Prambanan ini baginya adalah momen yang sangat spesial.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Dalam kebudayaan Nusantara, perayaan Siwaratri yang berarti malam Dewa Siwa dilaksanakan pada purwani Tilem Kapitu atau panglong ke 14.
Perayaan ini merujuk pada kisah Lubdaka dalam Kakawin Siwaratri Kalpa gubahan Mpu Tanakung.
Cerita ini mengisahkan perjalanan spiritual seorang pemburu bernama Lubdaka.
"Lubdaka seorang pemburu Satwa, yang bisa diartikan menjadi pemburu satwam yang juga berkaitan dengan Tri Guna yakni Satwam, Rajas dan Tamas," jelasnya.
Yang diburu atau dibunuh menurutnya adalah binatang yang melambangkan karakter rajas seperti harimau, dan tamas seperti babi hutan.
Dan saat ini juga merupakan malam yang paling gelap atau disebut Peteng Pitu atau tujuh hal yang menyebabkan kegelapan.
Selain itu, Lubdaka juga melakukan ritual jagra atau berkesadaran, tidak tidur serta monabrata hingga upawasa.
"Jagra dilakukan untuk membangun kesadaran diri di dalam kegelapan untuk mencari Satwika. Kesadaran diperoleh dengan bratha dan pengetahuan," paparnya.
Sehingga bukan tidak tidur saja, melainkan membangun kesadaran melalui pengetahuan.
Menurutnya, selain di Nusantara, tradisi Siwaratri juga dilaksanakan umat Hindu di India.
Di India, Siwaratri dikenal sebagai Maha Shivaratri yang " berarti "Malam Agung Siwa."
Festival ini dirayakan setiap tahun pada malam bulan baru (amavasya) di bulan Phalguna (Februari-Maret) menurut kalender Hindu. (*)
Kumpulan Artikel bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.