Berita Bali

Proyek Bali Urban Subway di Bali Terancam Ngandet Karena Kebijakan Proteksionisme Trump

Di Bali, dampak kebijakan proteksionisme mengakibatkan pengadaan bus listrik ditunda. 

Istimewa
Ilustrasi Bus Listrik - Proyek Bali Urban Subway dan Bus Listrik di Bali Terancam Ngandet Karena Kebijakan Proteksionisme Trump 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kebijakan proteksionisme Donald Trump telah berlaku dan berdampak signifikan terhadap ekonomi global. 

Trump telah mengumumkan rencana untuk menetapkan kebijakan tarif impor tinggi terhadap beberapa negara, termasuk Meksiko, Kanada, dan China, yang menekan perdagangan internasional. 

Selain berdampak pada ekspor, rupanya kebijakan proteksionisme pada energi bersih juga memberikan pengaruh. 

Di mana Pemerintah Indonesia telah menetapkan target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada tahun 2025. 

Baca juga: GGGI Percepat Adopsi Kendaraan Listrik ke Indonesia, Lakukan Studi Kelayakan Bus Listrik di Bali 

Namun, berdasarkan Rencana Peraturan Pemerintah (RPP) Kebijakan Energi Nasional (KEN), target bauran EBT pada 2025 diturunkan menjadi 17-19 persen. 

Kebijakan ini menuai kritik dari beberapa pihak, termasuk Institute for Essential Services Reform (IESR), yang menyatakan bahwa penurunan target bauran EBT dapat melemahkan komitmen Indonesia untuk melakukan transisi energi. 

Dalam konteks kebijakan proteksionisme, penurunan target bauran EBT dapat diartikan sebagai upaya untuk melindungi industri energi domestik, terutama industri batu bara, dari persaingan dengan energi terbarukan.

Di Bali, dampak kebijakan proteksionisme mengakibatkan pengadaan bus listrik ditunda. 

Hal tersebut diungkapkan oleh, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali IGW Samsi Gunarta. 

“Bus listrik baru saya laporkan ke PJ Gubernur bahwa dengan kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang memotong semua alokasi berkaitan dengan energi terbarukan, bus listrik kita kena imbas,” bebernya, Rabu 19 Februari 2025. 

Selama tiga bulan diproses, pengadaan bus listrik ini ngandet, sehingga tidak bisa dilanjutkan prosesnya. 

Samsi mengatakan pihaknya sudah melaporkan situasi ini dan mencoba mencari jalan keluar. 

Namun karena bus listrik merupakan hibah jadi pengadaannya bersifat iya atau tidak. 

Ketika kebijakan proteksionisme ini berlaku, ternyata Millenium Challenge Corporation (MCC) juga terdampak. 

“Mudah-mudahan saja tidak seluruhnya, kita akan terus ikuti perkembangannya dan mencari jalan keluarnya terbaik. Tapi yang jelas kita ingin diteruskan ke depan,” sambungnya. 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved