Galungan dan Kuningan
Jelang Galungan, GUPBI Bali Sebut Stok Daging Babi Aman, Harga Nangka di Gianyar Tembus Rp 50 Ribu
Hari Suyasa mengatakan harga babi saat ini cenderung fluktuatif sejak 4 bulan lalu.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Harga babi belum mengalami peningkatan yang signifikan menjelang penampahan Galungan. Saat ini, kisaran harganya Rp 52.000 hingga Rp 53.000 per kilogram (kg) untuk babi hidup.
Untuk membatasi lonjakan tinggi saat Galungan, Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali bersama desa adat menyepakati maksimal harga babi Rp 55.000 per kg.
“Ada beberapa desa adat minta informasi ke kami. Kami membuat kesepakatan untuk harga babi yang digunakan mepatung, GUPBI membatasi maksimal Rp 55 ribu per kg,” kata Ketua GUPBI Bali, I Ketut Hari Suyasa saat diwawancarai, Minggu 20 April 2025.
Demikian pihaknya juga berharap kenaikan harga babi menjelang hari raya umat Hindu ini tidak begitu signifikan.
Baca juga: Pengiriman Babi Bali ke Manado Viral di Media Sosial, Ini Kata GUPBI Bali
“Dengan harga Rp 55.000 (per kg) ini sudah cukup membuat peternak kita tersenyum. Kita juga berharap agar pelaku serapan termasuk masyarakat juga bisa tersenyum dengan harga ini,” katanya.
Hari Suyasa mengatakan harga babi saat ini cenderung fluktuatif sejak 4 bulan lalu.
Harga tertinggi sempat menyentuh Rp 60 ribu per kg, dan sempat turun menjadi Rp 50 ribu kg.
Sementara itu, terkait stok babi di Bali jelang Galungan, menurutnya masih aman. Hal ini bisa dilihat dari harga yang tak terlalu melonjak naik.
“Harga ini kan berkaitan dengan permintaan dan penawaran. Kita lihat harga condong naik tidak tajam atau tidak panik buying, maka asumsinya babi mencukupi,” paparnya.
Untuk data pasti populasi terbaru yang valid pihaknya mengaku belum memiliki data.
Namun, pendataan 2 tahun lalu, populasi babi mencapai 1,6 juta ekor.
Sementara untuk harga daging babi di pasaran, menurutnya 2 kali lipat dari harga babi hidup.
Sehingga menurutnya berada pada kisaran Rp 110 ribu hingga Rp 120 ribu per kg.
“Mengapa ada Rp 120 ribu (per kg), karena tidak 1 ekor bisa habis dijual pedagang di pasar. Bisa saja balungnya tidak ada yang beli. Kalau mepatung kan semua habis,” paparnya.
Sementara itu, di Kabupaten Gianyar kembali dikejutkan oleh harga barang yang melambung tinggi.
Setelah sebelumnya, kenaikan terjadi pada kelapa daksina. Kini yang tak kalah mahal adalah harga buah nangka kecil mentah.
Namun menjelang Galungan ini, harga nangka kecil yang awalnya di kisaran Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per buah, kini sudah menyentuh harga Rp 50 ribu sampai Rp 80 ribu per buah.
Kenaikan harga ini terpantau di Pasar Tradisional Sayan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.
Menurut pedagang setempat, kenaikan tersebut sudah terjadi sejak beberapa hari lalu.
“Saya belinya memang sudah mahal, jadi terpaksa jualnya mahal juga,” ujar seorang pedagang di Pasar Tradisional Sayan.
Pantauan Tribun Bali, Minggu 20 April 2025, kenaikan harga ini pun membuat pembeli banyak yang geleng-geleng kepala.
Namun, meskipun harganya relatif mahal, tetapi tetap saja ada peminatnya.
Sebab biasanya, buah nangka kecil dan masih mentah ini digunakan untuk membuat lawar dan campuran lauk balung.
Seorang warga Nyoman Sedana mengatakan, kenaikan harga buah nangka ini sangat mengejutkan.
“Benar-benar di luar akal sehat. Ada yang Rp 50 ribu sampai Rp 80 ribu. Kalau beli nangka kecil Rp 80 ribu, dipakai lawar bisa-bisa total biaya membuat lawarnya lebih dari Rp 100 ribu," ujarnya.
Hal senada diungkapkan warga lainnya, Ni Putu Asri. Kata dia, kenaikan harga buah nangka kecil tidak semestinya terjadi.
Sebab sekarang merupakan musim buah nangka.
Namun menurut Asri, baru kali ini harga buah nangka untuk lawar ini harganya mahal.
Pada Galungan sebelum-sebelumnya, kenaikannya tak sampai di atas Rp 5 ribu.
“Sekarang sebenarnya lagi musimnya buah nangka, makanya cukup aneh, buah nangka kecil semahal ini,” ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gianyar, Luh Gede Eka Suary belum bisa dikonfirmasi terkait hal ini.
505 Paket Sembako
Sementara itu, Desa Adat Yangbatu Kota Denpasar menyalurkan bantuan sembako dalam rangka Program Kasukertan Krama Desa.
Penyerahan bantuan ini dilaksanakan serangkaian perayaan Hari Suci Nyepi Caka 1947 dan Hari Suci Galungan serta Kuningan oleh Bendesa Adat Yangbatu, I Nyoman Supatra didampingi Prajuru Desa dan Klian Banjar di wilayah Desa Adat Yangbatu, Sabtu 19 April 2025.
Sebanyak 505 paket sembako disalurkan kepada krama adat yang tersebar di tiga wilayah, yakni Banjar Yangbatu Kauh sebanyak 314 paket, Banjar Yangbatu Kangin sebanyak 126 paket, dan Tempekan Kelod Banjar Taman Yangbatu sebanyak 65 paket.
Bendesa Adat Yangbatu, I Nyoman Supatra mengatakan, bantuan sembako ini diberikan kepada seluruh krama Desa Adat Yangbatu.
Di mana, bantuan ini diharapkan dapat meringankan beban krama Desa Adat Yangbatu dalam menyambut hari besar keagamaan.
“Program ini merupakan bentuk perhatian dan komitmen Desa Adat Yangbatu terhadap kesejahteraan karma,” ujar Supatra.
Selain sebagai bentuk kepedulian, kegiatan ini juga menjadi ajang mempererat tali persaudaraan antar warga, serta menguatkan rasa kebersamaan dan gotong royong yang menjadi spirit utama masyarakat adat Bali.
Program Kasukertan Krama Adat ini dilaksanakan sebagai bagian dari upaya Desa Adat Yangbatu menjaga harmoni sosial dan budaya di tengah masyarakat.
“Semoga bantuan ini dapat bermanfaat serta meringankan beban masyarakat, rahayu sareng sami krama Desa Adat Yangbatu,” ujarnya.
Salah seorang Krama, I Made Sutawan mengaku beryukur mendapatkan bantuan sembako ini.
Tentunya bantuan ini sangat bermanfaat, terlebih dalam rangka menyambut Hari Suci Galungan dan Kuningan.
“Terima kasih atas bantuan sembako dari Desa Adat Yangbatu,” ujarnya. (sup/weg)
28 Warga Rayakan Galungan di Pengungsian
Sementara itu, 28 warga kasepekang asal Banjar Sental Kangin, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung hingga Minggu 20 April 2025 masih bertahan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali.
Mereka hampir dipastikan, akan merayakan Hari Raya Galungan di pengungsian.
Padahal beberapa orang dari mereka, sangat ingin kembali ke kampung halaman untuk merayakan hari kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan).
Sepeti yang diungkapkan seorang pengungsi, Ketut Paing. Sebenarnya ia sangat ingin pulang ke Nusa Penida untuk merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan di kampung halaman.
“Kami sudah mulai ke pasar menyiapkan sarana upacara untuk Galungan, sudah mejejaitan. Kalau belum bisa pulang (Nusa Penida), nanti merayakan Galungan di sini (pengungsian),” ungkapnya, Minggu 20 April 2025.
Sementara Bupati Klungkung I Made Satria mengatakan, pihaknya telah melakukan rapat koordinasi dengan Forkopinda, termasuk Majelis Desa Adat (MDA).
Disetujui saat Hari Raya Galungan nanti, warga asal Banjar Adat Sental Kangin yang mengungsi di SKB Banjarangkan, untuk melaksanakan persembahyangan Galungan di Pura Kentel Gumi.
Pura ini berlokasi hanya sekitar 50 meter dari lokasi para warga mengungsi.
“Karena ini hari raya besar juga, pada saat penampahan nanti untuk mebat juga disiapkan Pemkab,” ungkap Made Satria.
Ia mengatakan, hal ini sudah atas persetujuan para warga yang ada dipengungsian.
Mengingat ada ketentuan dari Pemkab Klungkung, jika mereka hendak merayakan Galungan di kampung halaman di Banjar Sental Kangin harus didampingi pihak pengamanan.
“Hal ini karena kami tidak ingin terjadi hal-hal tidak diinginkan,” ungkapnya.
Meskipun demikian, Pemkab Klungkung dan Forkopinda masih melakukan berbagai upaya untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Beberapa opsi telah disiapkan, agar 28 warga yang terdiri dari 7 kepala keluarga (KK) itu dapat kembali bermasyarakat di Banjar Sental Kangin.
“Ke depan solusi damai tentu tetap diutamakan. Kami telah bentuk tim untuk lakukan pendekatan ke tokoh masyarakat. Agar kedamaian ini juga dapat dipahami dan komitmen dari kedua belah pihak,” ujar Made Satria. (mit)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.