bisnis
WOW Harga Emas Tembus Rp1,9Juta Per Gram Dampak Perang Tarif AS-China, Warga Bali Tertarik Investasi
Para pedagang menganalisis sinyal beragam dari negara Uncle Sam mengenai rencana pungutan tarif terhadap China.
Penulis: Kambali | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM – Harga emas di pasar dunia memantul naik alias rebound setelah turun tajam pada sesi kemarin.
Para pedagang menganalisis sinyal beragam dari negara Uncle Sam mengenai rencana pungutan tarif terhadap China.
Mengutip Bloomberg, Kamis (24/4) pukul 14.42 WITA, harga emas spot diperdagangkan di level US$ 3.318,88 per troi ons, naik 0,93 persen dari penutupan sesi sebelumnya. Harga emas berbalik menguat hari ini setelah anjlok 2,7% kemarin.
Kembali harga emas sentuh angka tinggi yakni Rp1,9 juta per gram setelah naik Rp 200 ribu dalam sepekan. Kenaikan tajam ini tak lepas dari kekhawatiran global akibat konflik geopolitik dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Ketidakpastian ini mendorong masyarakat, baik lokal maupun internasional, untuk melirik emas sebagai aset lindung nilai yang lebih aman dibandingkan instrumen investasi lainnya.
Baca juga: VOLUME Sampah di Badung Naik 15 Persen Capai 620 Ton Saat Galungan & Umanis Galungan
Baca juga: BEDAH Rumah di Badung Banyak Belum Tepat Sasaran, Ini Kritik Pedas Bupati Adi Arnawa
Menurut Kepala Departemen Gadai PT Pegadaian Area Denpasar I, Gede Putra Ardana, perang tarif yang terjadi Amerika dan China memberi pengaruh terhadap kenaikan harga emas saat ini. “Orang lebih tertarik investasi emas dari pada dolar saat ini,” ungkapnya pada Kamis (24/4).
Harga emas di Pegadaian pada Kamis (24/4), untuk harga emas Antam 1 gram di Pegadaian Rp 2.075.000. Harga emas UBS dengan ukuran 1 gram kemarin dijual senilai Rp 2.018.000. Sedangkan untuk harga emas di Pegadaian kategori GALERI 24 dengan ukuran 1 gram senilai Rp. 1.988.000.
Putra Ardana menambahkan, lonjakan harga emas ini masih dipicu oleh sejumlah faktor global. Salah satunya adalah kondisi ekonomi dunia dan situasi geopolitik yang belum stabil.
Konflik seperti perang antara Israel dan Iran serta tensi perdagangan antara AS dan China mendorong banyak orang untuk mengalihkan investasi dari aset berisiko ke instrumen yang lebih aman seperti emas.
Di samping itu, kata dia, permintaan akan emas yang tinggi di seluruh dunia namun ketersediaan emas sendiri pun juga cukup terbatas turut berpengaruh. Permintaan tinggi dan ketersediaan yang rendah menyebabkan harga emas akan naik secara otomatis.
Selain dipengaruhi oleh perang tarif, minat terhadap investasi emas saat ini juga didorong oleh trend kenaikan harga emas yang cukup signifikan dari tahun ke tahun dibandingkan dengan jenis investasi lainnya.
Ia mengatakan, semakin banyak orang yang beralih ke emas, sehingga mendorong harga emas terus meningkat.
Melihat situasi yang terjadi 20 tahun terakhir, dirinya menilai, menyimpan uang tunai akan sangat mengurangi daya beli masyarakat.
Memegang emas diakuinya dapat memperoleh laba sekitar 20 kali lipat sedangkan memegang saham korporasi berkualitas tinggi dapat memperoleh laba lebih dari 200 kali lipat.
“Karena itu menyimpan uang tunai tampaknya aman tetapi kekayaan akan menyusut secara diam-diam karena inflasi,” kata dia.
Sementara itu, tren investasi emas kembali mencuri perhatian masyarakat. Lonjakan permintaan emas tercermin dari performa salah satu produk andalan Bank Emas Pegadaian, yakni Deposito Emas.
Kini, produk ini telah mencatatkan akumulasi transaksi hingga 1 ton sejak resmi diluncurkan oleh Presiden RI Prabowo Subianto pada 26 Februari 2025.
Direktur Utama PT Pegadaian, Damar Latri Setiawan, mengatakan bahwa trend ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya investasi yang aman. Kecenderungan ini terjadi terutama di tengah ketidakpastian global akibat konflik geopolitik dan perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
“Pegadaian sebagai perusahaan yang sudah berpengalaman dalam bisnis emas siap untuk Meng-EMAS-kan Indonesia. Kini Deposito Emas kami sudah mencapai angka 1 ton. Setelah menabung emas, nasabah bisa langsung mengubahnya menjadi deposito emas. Sekarang saatnya gerakkan emasmu,” ujar Damar dalam keterangan resmi seperti dilansir kontan.co.id, Rabu (22/4).
Ia menambahkan, investasi emas kini semakin inklusif berkat layanan digital yang ditawarkan Pegadaian. Produk Tabungan Emas, misalnya, memungkinkan masyarakat membeli emas secara mudah dan aman tanpa perlu menyimpan fisik logam mulia tersebut.
Selama April 2025, Pegadaian mencatat lonjakan transaksi Tabungan Emas hingga 4 kali lipat, dari rata-rata transaksi bulanan Rp 380 miliar menjadi Rp 1,5 triliun. Damar pun optimistis hingga akhir bulan ini nilai transaksi bisa meningkat hingga 10 kali lipat.
“Masyarakat tidak perlu ragu bertransaksi emas secara digital di Pegadaian, karena kami menggunakan sistem 1:1. Artinya, setiap gram emas yang ditransaksikan nasabah, baik untuk Cicil Emas maupun Tabungan Emas telah tersedia secara fisik di Pegadaian,” jelasnya.(sar/ali)

Instrumen Investasi Paling Aman
Emas yang tidak memberikan imbal hasil, tetap menjadi aset lindung nilai terhadap ketidakstabilan global. Direktur Utama PT Pegadaian, Damar Latri Setiawan mengatakan, emas tetap menjadi salah satu instrumen investasi paling aman (safe haven), terutama saat pasar mengalami ketidakstabilan.
Selain tahan terhadap inflasi, emas juga memiliki likuiditas tinggi dan dipercaya mampu menjaga nilai aset dalam jangka panjang.
Sementara itu, Analis pasar keuangan dari Capital.com, Kyle Rodda, menyatakan bahwa volatilitas yang terjadi didorong oleh faktor teknikal dan sentimen pasar terhadap berita utama.
“Namun, fundamentalnya tetap kuat. Pembelian saat harga turun adalah bagian dari strategi investor jangka panjang yang melihat gambaran besar,” ujarnya seperti dilansir kontan.co.id.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyebutkan pada Rabu bahwa tarif yang terlalu tinggi antara AS dan China tidak berkelanjutan dan perlu dikurangi sebelum negosiasi perdagangan dapat berlanjut. Namun, Presiden Donald Trump tidak akan memotong tarif secara sepihak.
Dalam laporan terpisah, disebutkan bahwa Trump mempertimbangkan untuk meringankan tarif terhadap industri otomotif setelah mendapat tekanan dari para eksekutif produsen mobil.
Rodda menambahkan, “Tren naik akan terus berlanjut sampai pemerintahan Trump benar-benar mundur dari kebijakan perdagangannya.”
Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa tarif tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan meningkatkan beban utang negara-negara.
IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS dari 2,7% menjadi 1,8%. Namun, Bessent optimistis pertumbuhan bisa melampaui angka tersebut jika kebijakan ekonomi Trump diterapkan sepenuhnya.
Indeks dolar (.DXY) tercatat turun 0,2% terhadap mata uang utama lainnya, membuat harga emas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli internasional.
Sementara emas mengalami kenaikan, logam mulia lainnya justru melemah yaitu Perak turun 0,5% menjadi US$ 33,37 per ounce, Platina melemah 0,5% ke US$ 967,45, dan Palladium turun 0,7% menjadi US$ 937,48.
Menurut ahli strategi pasar global senior dan kepala ekuitas global dan aset riil di Wells Fargo Investment Institute, Sameer Samana, investor sering menganggap emas sebagai tempat berlindung yang aman di saat terjadi kekacauan dan membeli aset tersebut saat ada tingkat ketidakpastian yang tinggi. “Saya pikir kita dapat mencentang kotak itu sekarang,” katanya.
Meski demikian, dia menambahkan, “Pada saat krisis yang sesungguhnya, obligasi bersinar lebih terang daripada emas,” kata dia.
Selain itu, banyak investor membeli emas karena mereka menganggapnya sebagai lindung nilai inflasi yang baik, kata Samana. Padahal, lanjutnya, data tidak selalu mendukung tesis investasi tersebut.
Samana menjelaskan, saat ini investor khawatir dengan data terbaru yang menunjukkan kemajuan dalam menurunkan inflasi mungkin telah terhenti.
Sanksi AS terhadap Rusia yang berlaku sejak 2022 telah menjadi penguat bagi kenaikan harga emas selama setahun terakhir atau lebih.
“Sanksi tersebut menyebabkan beberapa bank sentral membeli lebih banyak emas daripada obligasi Treasury AS untuk menghindari potensi kesulitan mengakses aset berdenominasi dolar AS selama konflik geopolitik di masa mendatang,” kata Samana.
Hal itu telah mendorong permintaan emas lebih tinggi dibandingkan dengan harga tahun lalu dan harga pun ikut naik. Namun, para ahli tidak memperkirakan emas akan terus bersinar.
Analis Philip Nova Pte. Priyanka Sachdeva seperti dilansir Bloomberg dan dikutip kontan.co.id mengatakan, penangguhan tarif sementara dari Trump telah berakhir. “Investor yang sebelumnya tidak tertarik membeli pada saat turun pada April lalu, justru mendorong kenaikan hari ini,” katanya. (ali)
PUTUS Rantai Kemiskinan, BPJS Ketenagakerjaan Banuspa dan Pemrov Papua Selatan Teken MoU Jamsostek! |
![]() |
---|
HARGA Beras Tembus Rp15.500 Per Kg, Zulhas Sebut Terus Alami Kenaikan |
![]() |
---|
Pengembangan AI di 9 Kota Termasuk Bali, Begini Cara Telkom Melakukannya |
![]() |
---|
ANDRE Taulany Ajak Seluruh Pekerja Indonesia Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan |
![]() |
---|
KLAIM Target Ekonomi Tumbuh 8 Persen Bisa Dicapai? Dari Konsumsi Rumah Tangga & Kunjungan Wisman |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.