bisnis

Okupansi Mall Kelas Bawah Tertekan pada Kuartal I-2025

Konsep ini diyakini efektif menggaet impulse buyer yang datang untuk hiburan namun akhirnya melakukan pembelian.

PIXABAY
ILUSTRASI - Kinerja pusat perbelanjaan atau mall menghadapi tekanan pada kuartal I-2025, terutama di segmen kelas menengah ke bawah. Colliers Indonesia mencatat, okupansi mall kelas tersebut hanya berkisar 50%, jauh tertinggal dari mall kelas atas yang masih bisa mempertahankan okupansi hingga 90%. 

TRIBUN-BALI.COM  - Kinerja pusat perbelanjaan atau mall menghadapi tekanan pada kuartal I-2025, terutama di segmen kelas menengah ke bawah. Colliers Indonesia mencatat, okupansi mall kelas tersebut hanya berkisar 50 persen, jauh tertinggal dari mall kelas atas yang masih bisa mempertahankan okupansi hingga 90%.

Senior Associate Director Colliers Indonesia, Ferry Salanto mengatakan, daya saing mall kelas bawah mulai tertinggal karena kurangnya inovasi konsep dan tenant mix.

“Mall-mall konvensional yang tidak melakukan revitalisasi performanya menurun. Sementara mall premium tetap stabil karena menawarkan konsep hiburan yang menarik dan tenant yang beragam,” ujarnya dalam paparan media, kemarin.

Baca juga: POLISI Amankan Sopir Bus Pariwisata, Donasi untuk Almarhum Krisna dan Angga Terkumpul Rp 100 Juta

Baca juga: BIBU Optimistis Bandara Bali Utara Ground Breaking! Wagub Giri Prasta Ingatkan Infrastruktur Dulu

Ia menambahkan, kondisi ekonomi yang masih tidak stabil juga membuat pelaku ritel menahan ekspansi. Banyak tenant memilih mengoptimalkan toko yang sudah ada ketimbang membuka cabang baru.

Meski begitu, harapan tetap ada lewat konsep hiburan dan leisure. Beberapa mall mulai menghadirkan atraksi seperti kebun binatang digital, trek go-kart, dan pengalaman interaktif lain untuk menarik pengunjung.

Konsep ini diyakini efektif menggaet impulse buyer yang datang untuk hiburan namun akhirnya melakukan pembelian.


“Mall sekarang bukan sekadar tempat belanja, tapi jadi destinasi leisure. Orang datang bukan karena butuh, tapi karena ingin rekreasi. Ini yang harus ditangkap oleh pemilik mall,” ujar Ferry.

Dari sisi tarif sewa, mall premium dan menengah atas tetap mampu mempertahankan harga karena daya beli segmen pengunjungnya lebih kuat.

Sementara itu, mall kelas menengah ke bawah harus lebih fleksibel dalam menawarkan harga sewa agar tetap kompetitif.

Ferry juga mencatat, pasokan baru di Jakarta pada kuartal ini datang dari proyek Agora Lifestyle, dengan beberapa proyek ritel besar lainnya masih dalam tahap konstruksi hingga 2026.

Meski ekspansi tenant masih terbatas, pemilik mall diperkirakan akan terus mengandalkan diversifikasi hiburan dan program loyalitas untuk menjaga trafik dan okupansi. (kontan)

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved