Human Interest Story

Kisah Pasutri Bali Buka Beasiswa untuk Masyarakat Kurang Mampu dan Berangkatkan PMI ke Luar Negeri

Muliari mengatakan kegiatan sosial ini memang sudah ia lakukan sejak ia duduk dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA). 

ISTIMEWA
ANTAR - Putu Muliari dan Wayan Widiada mengantar siswa kurang mampu kategori yatim piatu hingga dalam kondisi miskin ekstrem di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali. 

Sebisa mungkin kata Muliari ia tidak membebankan kandidat untuk mengejar impiannya mencari pengalaman kerja ke luar negeri. 

“Saya ingin anak-anak muda Bali khususnya dan Indonesia bisa lebih maju, punya pengalaman keluar, membantu perekonomian keluarga, belajar budaya luar, mengenal banyak karakter dan bisa hidup mandiri di negeri orang. Mengingat sekarang, orang-orang Bali sudah sedikit demi sedikit tersingkirkan dan banyaknya orang luar yang menguasai usaha di Bali,” terangnya. 

Sementara untuk beasiswa kampus, merupakan salah satu program dari salah satu kampus pariwisata di Mengwi yaitu, Kaniva International. 

Program ini katanya, sudah banyak membantu anak-anak yatim piatu, anak yatim, anak piatu, dan juga keluarga yang tidak mampu sekali untuk melanjutkan pendidikan. 

Untuk anak-anak yatim piatu dan anak-anak tidak mampu, dibiayai full, hanya membayar seragam saja.

Untuk anak yatim saja atau piatu saja, dibiayai 50 persen. 

Kebetulan agent Muliari ini juga bekerja sama dengan kampus Kaniva, sehingga bisa sejalan dengan visi misi program membantu anak-anak yang tidak mampu untuk bisa melanjutkan kuliah demi masa depan mereka yang lebih baik. 

“Ada beberapa juga kita bantu pakai uang pribadi saudara, atau sudah kenal sekali orangnya. Ada beberapa juga yang berangkat, mereka mengurus surat-surat saja pakai uang sendiri dan setelah mereka di sana dapat gaji, baru mereka bayar ke kita untuk agent fee-nya,” sambungnya. 

Untuk dari Kaniva International, bagi yang tidak memiliki biaya, diberikan kemudahan pinjaman uang di Koperasi Kaniva dengan bunga rendah. 

“Pokoknya kita cari jalan dan solusi yang baik untuk anak-anak yang semangat untuk mencari pengalaman kerja keluar,” tandasnya. 

Bekerja ke luar negeri acapkali ditemukan dengan oknum agen-agen nakal, atau oknum agen-agen yang rakus (greedy) yang hanya mementingkan kepentingan mereka saja, dan tidak melihat keadaan kandidat. Sehingga agen-agen di Bali dan Indonesia banyak di-blacklist. 

Melihat hal tersebut, Muliari dan suaminya membangun agen ini, untuk mengubah pola pikir masyarakat, bahwa tidak semua agen itu menipu dan memberatkan kandidat. 

Ada juga agen yang membantu mempermudah kandidatnya. 

Sosialisasi juga kerap dilakukn agar masyarakat mengetahui mana agen yang legal atau benar dan tidak. 

Biaya keberangkatan bekerja ke luar negeri yang paling mahal, yaitu menggunakan J1 visa (training dan internship) ke USA. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved