Seputar Bali
Koster Makin Tegas Tolak Kedatangan Ormas Luar di Bali, Sebut Bali Bukan untuk Premanisme
Gubernur Bali, I Wayan Koster semakin tegas menunjukan pandangannya terhadap isu ormas luar yang datang ke Bali.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Gubernur Bali, I Wayan Koster semakin tegas menunjukan pandangannya terhadap isu ormas luar yang datang ke Bali.
Koster dengan tegas menyatakan bahwa tak ada ruang di Bali untuk tindakan premanisme berkedok organisasi masyarakat (ormas).
Koster tak akan kompromi dengan premanisme dan mengharapkan untuk setiap warga untuk melaporkan jika ada tindakan premanisme dari ormas.
Gubernur asal Sembiran ini menyerukan agar warga aktif melaporkan kepada aparat keamanan jika menemukan praktik-praktik premanisme, pungli, intimidasi, dan kekerasan yang meresahkan.
Baca juga: 17 Anak Jalanan Masuk Bali tanpa Identitas, Berbekal Nekat Malah Palak Pengunjung Minimarket
Kepada aparat keamanan TNI, Polri, Kejaksaan, pecalang dan instansi keamanan lainnya, Koster meminta agar bersinergi memberantas tindakan premanisme di Bali.
“Jangan terlalu toleran dan kompromistis terhadap pelanggaran. Kalau dibiarkan, yang kecil akan jadi besar dan tak terkendali,”
“Saya ajak masyarakat aktif melaporkan segala bentuk pelanggaran hukum di wilayahnya masing-masing," kata Koster peringatan HUT ke-821 Kota Bangli, Sabtu, 10 Mei 2025.
Wayan Koster melontarkan pernyataan keras dan lugas terkait penindakan premanisme yang masih kerap meresahkan di berbagai daerah di Bali, termasuk Bangli.
“Bali tidak boleh tunduk pada premanisme. Jangan biarkan Bangli, apalagi Bali, dipermainkan oleh mereka. Ini bukan kompromi. Ini tindakan tegas,” tegas Koster.
Baca juga: Kelulusan Identik dengan Kebut-kebutan dan Geber-geber di Jalan, Polisi di Klungkung Sita 19 Motor

Baca juga: Aturan Baru SPMB 2025/2026, Sekolah di Buleleng Dilarang Terima Peserta Didik Melebihi Daya Tampung
Ia menyebut, keberadaan ormas dan kelompok-kelompok yang bertindak di luar hukum telah merusak nilai budaya Bali dan mengancam tatanan sosial masyarakat.
Lebih dari itu, ia menilai premanisme merusak citra Bali sebagai destinasi pariwisata yang damai dan beradab.
“Premanisme bukan budaya Bali! Jangan tunggu membesar. Bila dibiarkan, dia akan merusak tatanan, melemahkan wibawa hukum, dan mencoreng citra pariwisata kita,” tegas Koster.
Gubernur menginstruksikan aparat keamanan—baik TNI, Polri, maupun pecalang—untuk bersinergi memberantas praktik-praktik premanisme, pungli, intimidasi, dan kekerasan yang meresahkan masyarakat.
Ia juga mengingatkan bahwa keamanan adalah fondasi utama untuk menarik investasi dan wisatawan, serta menciptakan lingkungan yang nyaman dan damai.
Sikap tegas ini mendapat dukungan luas dari masyarakat dan menjadi sinyal kuat bahwa Bali, khususnya Bangli, akan terus bergerak maju tanpa memberi ruang bagi tindakan-tindakan yang mengancam nilai budaya dan keamanan publik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.