PKB 2025
PETRUK Absen di PKB 2025, Dianggap Berkata Kasar, Mengaku Terinspirasi dari Pasien RSJ Bangli?
Hampir semua masyarakat di Bali tahu bahwa kata 'b*ngs*t' merupakan salah satu kata ikonik Petruk dalam setiap pementasan.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Pelawak senior Drama Gong, Petruk saat ini sedang menjadi perhatian publik. Khususnya setelah kabar absennya, sang pelawak kawakan dari PKB tahun ini.
Hal tersebut terkait adanya aturan pementasan Drama Gong, pada Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025, yakni melarang dialog menggunakan kata tak pantas atau kata kasar, salah satunya kata 'b*ngs*t'.
Hampir semua masyarakat di Bali tahu bahwa kata 'b*ngs*t' merupakan salah satu kata ikonik Petruk dalam setiap pementasan.
Larangan yang secara tak langsung ditujukan pada Pekak Petruk atau yang memiliki nama asli I Nyoman Subrata itu pun memancing reaksi publik.
Sebagian besar masyarakat Bali mengkritik aturan tersebut dan membela Pekak Petruk. Sebab larangan tersebut dinilai tidak logis, terlebih kata-kata tersebut telah diucapkan Petruk dalam pementasan hampir 50 tahun.
Baca juga: ISU Panas, Petruk Tidak Tampil di PKB 2025 karena Dukung De Gadjah? Koster Tanggapi Diplomatis!
Baca juga: MUDIK Idul Adha Naik Malam Hari, 62 Ribu Orang Keluar 2 Hari, ASDP Berlakukan Diskon Tarif Pelabuhan

Ditemui di rumahnya di Banjar Kawan, Kelurahan Kawan, Kabupaten Bangli, Kamis 5 Juni 2025, Pekak Petruk sedang duduk-duduk santai di emperan rumahnya, sembari ditemani minuman arak kesukaannya.
"Yah ada tamu, ayo-ayo silahkan duduk, itu ada jeruk, silakan dimakan, boleh," ujar Petruk ramah pada awak media.
Ditanya soal dirinya yang sedang viral di media sosial, pria yang kini menginjak usia 77 tahun itupun terkejut. "Viral? viral karena apa, perasaan sementara ini tidak pernah bikin onar deh," ujarnya lalu tertawa.
Petruk pun lantas menelepon orang dekatnya, untuk menanyakan terkait hal yang membuatnya viral. Setelah mengobrol singkat, pada intinya, Petruk legowo atas larangan penggunaan kata kasar dalam pementasan.
Dan dirinya memilih untuk tidak pentas dalam PKB 2025. "Saya legowo, tidak apa-apa tidak pentas di PKB, kan masih bisa pentas di acara adat atau kegiatan lain," ujarnya.
Petruk menjelaskan, di usianya yang sudah senja, dirinya memang telah mengurangi pementasan. Kini ia hanya pentas seminggu dua kali.
Padahal dari segi permintaan, lebih dari itu. "Dulu 1 hari 3 kali. Sekarang hanya kuat seminggu 2 kali saja," ujarnya. Selain mengurangi pementasan, kini Petruk juga tidak lagi menyanggupi panggilan manggung keluar daerah.
"Sekarang pentas keluar daerah juga tidak berani, kalau dituruti, bisa mati di jalan. Bayangkan, dulu pentas di Lampung, perjalanan 8 jam di mobil, di Kaltim 12 jam, sekarang ke Jakarta juga gak mau, karena kondisi sudah tidak sekuat dulu," ujarnya.
Disinggung mengenai kata-kata 'Bangsat' yang menjadi ciri khasnya, Petruk juga tidak tahu kenapa itu bisa menjadi ikonik. Bahkan setiap pentas, baik itu di acara adat, acara pemuda dan sebagainya, para penonton selalu menunggu kata tersebut.
"Kalau tak keluar kata (bangsat) itu, anak-anak muda, penonton marah. Jangankan tidak keluar kata itu, kalau saya lama mengeluarkan kata-kata itu, mereka juga marah, bingung saya" ujarnya lalu tertawa.
Ditanya terkait sejarah kata 'b*ngs8t' tersebut, Pekak Petruk mengungkapkan hal tersebut bermula pada tahun 1970an saat dirinya masih bekerja sebagai pegawai Tata Usaha (TU) di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bali di Bangli.
Saat itu, ada pasien RSJ asal Buleleng yang diantar oleh warga satu truk. Pasien tersebut ngamuk dan membawa senjata tajam.
Saat tiba di RSJ Bangli, pasien tersebut melihat Petruk. Meskipun pasien tersebut sudah tak waras, namun dia masih bisa mengenal Petruk.
Petruk pada tahun itu sudah terkenal sebagai pelawak. Nah dalam pertemuan Petruk dengan pasien tersebut, si pasien pun mengeluarkan kata-kata khas Buleleng, "B*ngs*t cai bareng dini ajak masih". Pasien tersebut mengira Petruk juga adalah pasien RSJ seperti dirinya.
Setelah beberapa hari, pasien RSJ tersebut akhirnya tahu Petruk bukan pasien, tetapi pegawai di sana. Lalu pasien tersebut kembali mengucapkan kata-kata ciri khas Buleleng, "B*ngs*t cai sing ngorang-ngoraaaang pegawai dini".
Menurut Pekak Petruk, kata-kata bangsat jika diucapkan secara spontan tanpa tujuan buruk pada orang lain, kata tersebut justru terkesan lucu.
Karena itu lah dirinya menggunakan kata tersebut dalam pementasan, dan saat ini kata tersebut selalu ditunggu-tunggu oleh penonton, sehingga sebagai pelawak ia pun tetap menggunakan kata tersebut. (*)
Hampir 1 Bulan Digelar, Omzet Stand Kuliner dan IKM Bali Bangkit PKB Sentuh Angka 16 Miliar Lebih |
![]() |
---|
202,3 Kg Sampah Anorganik Disalurkan ke Bank Sampah, Relawan Kebersihan Bali Ikut Turun di PKB 2025 |
![]() |
---|
JUMLAH Pengunjung Capai 1,6 Juta & 2.461 Wisman, Gubernur Bali & Wagub Tutup PKB XLVII Tahun 2025 |
![]() |
---|
CLOSED Sabtu Besok! Jumlah Kunjungan PKB Capai 1,6 Juta Orang Serta 2 Ribu Turis |
![]() |
---|
Jadwal Pesta Kesenian Bali Minggu 13 Juli 2025, Ada Parade Wayang Kulit di PKB |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.