Budaya Bali

Digelar Setelah 30 Tahun, Pura Ibu Sari Dalem Tarukan Lumintang Denpasar Gelar Karya Agung

Pada 3 Juni, krama melaksanakan pengambilan tirta ke pura-pura khayangan tiga dan pura penting lain di sekitar Denpasar.

ISTIMEWA
KARYA AGUNG -Pura Ibu Sari Dalem Tarukan di Banjar Lumintang, Desa Adat Denpasar menggelar karya agung setelah 30 tahun, Minggu (30/6). 

TRIBUN-BALI.COM - Setelah digelar terakhir tiga dekade atau 30 tahun lalu, krama penyungsung Pura Ibu Sari Dalem Tarukan di Banjar Lumintang, Desa Adat Denpasar, kembali menggelar karya agung.

Karya Agung ini berupa Ngenteg Linggih, Mupuk Pedagingan, dan Caru Panca Sanak Agung. Pada Minggu, (15/6) digelar upacara Nyenuk, Nyineb Karya, Nuek Bagia Pulakerti, Mejauman. 

Selain itu, juga digelar memendak lan medatengan, Nyolahang Rare Angon
Penyinyeban. Sedangkan puncak upacara karya ini dilaksanakan bersamaan dengan piodalan pura pada Buda Cemeng Merakih, Rabu, (11/6) lalu.

Menurut Jro Mangku Ketut Sudiarta, pelaksanaan karya agung ini menjadi momentum spiritual yang sangat penting bagi warga adat, mengingat terakhir kali digelar pada tahun 1989. 

Baca juga: TETAP Berseragam Serdadu Tridatu, Lima Pemain Diikat Kontrak Bervariasi oleh Bali United 

Baca juga: 300 KK Segera Nikmati Air Bersih, Bantuan Pipanisasi Disalurkan ke Warga Desa Pergung Jembrana

“Ini adalah karya besar yang sangat disucikan, apalagi didukung oleh renovasi fisik pura yang telah rampung,” ujarnya saat ditemui di areal pura.

Pura Ibu Sari Lemintang diempon oleh 83 Kepala Keluarga (KK) warga Banjar Lumintang. Namun, penyungsung pura juga berasal dari berbagai daerah di Bali seperti Busungbiu (Buleleng), Antap (Tabanan), Tandeg, Selingsing, serta Tampak Gangsul. 

Karya besar ini diawali dengan renovasi candi bentar pura yang telah berusia ratusan tahun.  Rangkaian upacara dimulai sejak 12 Mei 2025 dengan Mepiuning Karya, dilanjutkan pada 29 Mei dengan Nuasen Nanceb Pampang, serta 30 Mei dengan Negtegang Beras, Ngunggahan Sunari, Pindekan, dan Melaspas Mewangunan.

Pada 3 Juni, krama melaksanakan pengambilan tirta ke pura-pura khayangan tiga dan pura penting lain di sekitar Denpasar. Lalu, pada 4 Juni digelar Ngingsah dan Ngadegang Manik Galih. 

Sabtu, 7 Juni 2025, berlangsung Caru Panca Sanak Agung, Menyama Raja, Melaspas, dan Masupati Pralingga. Minggu, 8 Juni, warga mengambil tirta pekuluh ke pura-pura besar seperti Besakih, Batur, Lempuyang, Ulun Danu Songan, Petitenget, Sakenan, dan lainnya. 

Esoknya, 9 Juni, diadakan upacara Melasti ke Pantai Mertasari, Sanur, yang dipuput oleh Ida Pedanda Gede Putra Karang dari Griya Jempiring Kreneng. Melasti juga diiringi ritual Mepekelem dan nunas tirta kamandanu di tengah laut.

Usai melasti, berlangsung Mendak Siwi, yakni iring-iringan ida bhatara menuju pura, disambut tarian Rejang Dewa oleh anak-anak. Selasa, 10 Juni, digelar upacara Mepepada dengan sarana wewalungan seperti babi, angsa, bebek, dan ayam.

Puncak karya jatuh pada 11 Juni 2025, dipuput oleh dua sulinggih yakni Ida Pedanda Gede Sari Arimbawa Putra Keniten dan Ida Pedanda Istri Mayun Keniten dari Griya Tegal Sari, Denpasar

Berbagai pementasan sakral turut digelar seperti Rejang Dewa, Tari Topeng, Kidung, Gong, dan ditutup dengan Topeng Sidakarya.

Rangkaian karya dilanjutkan hingga 22 Juni, termasuk Nganyarin, Memendak, Melayagin, Ngelemekin, dan puncaknya pada Minggu, 15 Juni 2025, dengan upacara Nyenuk, Nyineb Karya, Nuek Bagia Pulakerti, serta Nyolahang Rare Angon. 

"Sebagai penutup rangkaian, pada 22 Juni 2025 dilaksanakan upacara Nyegara Gunung, dengan Memendak, Medatengan, dan Nyambleh," paparnya. Total ada sembilan sulinggih turut muput karya ini sejak awal hingga akhir. (sup)

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved