Budaya Bali
Makna Banyu Pinaruh Menurut Ajaran Hindu Bali, Bukan Cuma Pebersihan ke Pantai atau Melukat
Hari raya Banyu Pinaruh bukan menjadi hal yang aneh bagi masyarakat Hindu Bali karena ini jadi salah satu hari penting.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Hari raya Banyu Pinaruh bukan menjadi hal yang aneh bagi masyarakat Hindu Bali karena ini jadi salah satu hari penting.
Bertepatan dengan hari minggu usai hari raya Saraswati, Banyu Pinaruh merupakan salah satu waktu yang sering digunakan untuk melaksanakan pebersihan atau melebur di sumber air.
Namun ternyata, makna sebenarnya dari hari raya Banyu Pinaruh bukan sekedar melakukan melukat di pantai atau sumber air lainnya.
Menurut Ida Bagus Saskara, Jan Banggul atau Pemimpin Pemangku di Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Banyu Pinaruh dilaksanakan untuk membersihkan diri secara niskala.
Baca juga: Bupati Adi Arnawa Sembahyang Puncak Karya di Pura Pasek Gelgel Blahkiuh, Harapkan Krama Raket
Sehingga, umat manusia siap melanjutkan kehidupan dengan pengetahuan yang telah diperoleh.
“Setelah bersyukur dan berterima kasih, keesokan paginya kita melakukan pembersihan diri ke laut atau sumber mata air lainnya,”
“Di sana, kita menjadi bersih atau ‘Ning’, dan siap kembali menjalani kehidupan dengan pengetahuan yang akan kita dapatkan kembali,” ujar Ida Bagus Saskara pada Sabtu, 22 Oktober 2022.
Ida Pedanda Wayahan Wanasari dari Griya Wanasari Sanur menjelaskan bahwa saat pelaksanaan Banyu Pinaruh, umat harus melakukan samadhi serta palukatan atau pembersihan diri di laut, campuhan, atau danau.
“Atau bisa juga melukat ke sulinggih atau pedanda,” tambahnya.
Baca juga: Komang Juli Kehilangan Motor di Ubud, Aksi Pelaku Terekam CCTV, Motor Dijual Seharga Rp4 Juta
Setelah itu, ada prosesi natab banten Aji Saraswati, yang dilanjutkan dengan nunas nasi yasa untuk menyucikan diri dan mengimplementasikan pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman.
Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda menjelaskan bahwa Banyu Pinaruh bermakna air pengetahuan. “Kita memohon tirta amerta setelah merayakan Hari Raya Saraswati,” kata Ida.
Ia menambahkan bahwa pengetahuan akan mengalir apabila diri kita telah bersih, melalui tirta amerta ini.
Dari segi mistik dan magis, segala mala, dosa, papa, pataka, wigna dapat dihanyutkan melalui kehadiran Dewi Gangga di bumi.
"Seperti dalam kisah Adi Parwa di mana 60 ribu anak Prabu Sagara diruwat menuju kehidupan keabadian dengan menurunkan Gangga,” jelasnya.
Keabadian yang dimaksud mencakup amerta kamandalu, amerta sanjiwani, dan amerta pawitra.
Baca juga: Lansia di Buleleng Alami Tabrak Lari Saat Hendak Menyeberang Jalan, Luka Robek di Kepala

												      	
												      	
												      	
				
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.