TPA Suwung Tutup

Pengendara Puluhan Motor Pengangkut Sampah Gelar Aksi di Kantor Gubernur Bali: Kami Minta Solusi

Mereka melakukan aksi spontanitas untuk minta solusi, tidak diijinkan masuk membuang sampah TPA Suwung. 

TRIBUN BALI/ NI LUH PUTU WAHYUNI SRI UTAMI
MINTA SOLUSI - Puluhan motor pengangkut sampah terlihat berjejer di depan Kantor Gubernur Bali, Senin (4/8). Pengendara motor tersebut meminta solusi untuk penanganan sampah. 

Ia menjelaskan Pergub Bali No 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber sudah 6 tahun berlaku. 

Sudah waktunya tegas agar masyarakat patuh dan sadar mengenai pengelolaan sampah demi kebaikan Bali

Ia menyampaikan jika tidak sekarang, sampai kapan lagi memberikan waktu untuk masyarakat Bali agar siap mengelola sampahnya sendiri. 

Gianyar Tak Berdampak

Penutupan TPA Suwung tidak berdampak dengan penanganan sampah di Kabupaten Gianyar. 

Hal tersebut dikarenakan selama ini Gianyar tidak membuang sampah ke TPA Suwung

Hal ini, karena Gianyar telah memiliki TPA Temesi dan puluhan TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) yang tersebar di masing-masing desa. 

Berdasarkan data Pemkab Gianyar, diketahui pada Juli 2025, data timbulan sampah di Kabupaten Gianyar sekitar 539,9 ton per hari. 

Sampah tersebut berasal dari sampah rumah tangga dan sejenisnya. 

Dari volume tersebut terdiri dari sampah perkotaan 239,58 ton per hari, sampah pedesaan 299,32 ton per hari, dan 0,50 ton per hari berupa limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). 

Dari total tersebut, sampah yang berhasil diolah dari sumber sebanyak 73,9 ton per hari. 

Sedangkan sampah perkotaan dan desa yang belum memiliki TPS3R masih membawa sampah atau residu sampah ke TPA Temesi rata-rata sebanyak 466 ton per hari.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar, Ni Made Mirnawati mengatakan, selama ini Gianyar memang tidak pernah membawa sampah ke TPA Suwung

Hal tersebut atas berbagai pertimbangan, salah satunya adalah efisiensi anggaran bahan bakar minyak (BBM).

“TPA Suwung adalah TPA Regional, yang digunakan oleh Sarbagita. Namun selama ini, Kabupaten Gianyar tidak mengirim sampah ke TPA Suwung, dengan pertimbangan Gianyar sudah memiliki TPA dan efesiensi anggaran BBM serta waktu pengiriman sampah ke Suwung,” ujarnya, Senin 4 Agustus 2025.

Karena hal tersebut, Mirna menilai, penutupan TPA Suwung tidak berpengaruh pada kondisi sampah di Gianyar. 

Meski demikian, pihaknya meminta agar masyarakat mengurangi penggunaan sampah sekali pakai untuk mengantisipasi TPA Temesi overload. 

Pihaknya juga terus mendorong agar TPS3R yang ada di setiap desa, bisa berjalan efektif untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Temesi. (sar/weg)

Badung Tunda Pembelian Incinerator

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung meragukan kemampuan incinerator dalam menyelesaikan persoalan sampah di wilayahnya. 

Hingga kini, pengelolaan sampah dengan alat pembakar tersebut dinilai belum memberikan hasil signifikan. 

Incinerator merupakan alat yang digunakan untuk membakar sampah atau limbah, terutama limbah padat, dengan tujuan mengurangi volume dan memusnahkan material berbahaya. 

Hal itu dari proses pengolahan sampah di Samtaku Jimbaran dan Mengwitani. 

Pengolahan sampah di dua tempat tersebut belum bisa dengan skala besar. 

Berkaca dari itu, Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa belum menyetujui pengadaan insinerator pada APBD Induk Tahun Anggaran (TA) 2025. 

Pihaknya mengaku masih memilah-milah alat pengolahan sampah yang benar-benar menyelesaikan masalah.

“Terkait anggaran di induk 2025 ada pengadaan incenerator, sampai saat ini kita tidak saya klik, karena saya ragu alat ini benar tidak bisa mengatasi sampah. Karena saya tidak mau sekadar membuat proyek saja, tetapi saya pastikan dulu itu alat bisa menyelesaikan masalah. Maka saya terus lihat dulu, kalau memang belum pas buat apa pengadaan alat itu,” ujar Adi Arnawa, Senin 4 Agustus 2025.

Adi Arnawa mencontohkan beberapa lokasi yang telah menggunakan incinerator seperti Mengwitani dan Samtaku Jimbaran, namun belum menunjukkan hasil maksimal. 

Situasi ini menurutnya menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap strategi pengelolaan sampah di Badung. 

“Ya, salah satunya Mengwitani dan Samtaku yang menggunakan alat itu belum berhasil maksimal mengatasi sampah, sehingga pengelolaan sampah perlu dievaluasi lagi,” tambahnya.

Adi Arnawa juga tidak memungkiri adanya sejumlah wilayah di Badung, salah satunya Kecamatan Kuta, belum memiliki Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R). 

Saat ini, hanya Seminyak dan Kedonganan yang telah membangun fasilitas tersebut. 

Di luar itu, kata Adi Arnawa, pengelolaan sampah masih belum jelas arahnya.

“Kita ini harus akui secara jujur pemetaan. Setelah saya evaluasi, ternyata wilayah yang hingga kini belum bisa membangun TPS3R, seperti di Kecamatan Kuta, yang baru bisa membangun adalah Seminyak dan Kedonganan. Di luar itu tidak ada. Tetapi sampah di luar itu ada, ke mana sampah ini sekarang?” ungkapnya.

Adi Arnawa menyampaikan, pihaknya telah memanggil Pelaksana tugas (Plt) Kepala DLHK beserta Sekretaris untuk melakukan evaluasi menyeluruh. 

Ia pun menyiapkan solusi jangka pendek, yakni memanfaatkan lahan seluas 32 are di kawasan belakang Kuburan Cina, Tuban, Kecamatan Kuta untuk pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). 

“Jadi, berharap sampah dari masyarakat langsung diangkut ke sana sebelum adanya pengelolaan sampah yang lebih representative,” katanya.

Di tengah tawaran berbagai teknologi pengolahan sampah, Adi Arnawa menegaskan pentingnya uji coba terlebih dahulu. 

Menurutnya, tidak boleh langsung percaya dengan teknologi yang diklaim bisa menyulap sampah hilang begitu saja.

“Banyak yang menawarkan teknologi ke sana. Menawarkan ini, menawarkan itu, bimbim salabim langsung hilang. Silakan trial dulu, buktikan dulu. Kalau itu teknologi benar bisa mengatasi sampah, saya akan replikasi, diterapkan ke seluruh wilayah,” tegasnya.

Sebagai bentuk keseriusan, Bupati juga menyatakan akan melakukan pemantauan langsung ke desa-desa untuk mengecek keberfungsian TPS3R secara operasional. 

“Saya akan melakukan pemantauan di desa-desa, apakah TPS3R jalan atau tidak. Jangan sampai, nama saja TPS3R tetapi secara operasional tidak jalan,” tegasnya. (gus)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved