Seni Budaya
Karya Mamungkah Ngenteg Linggih Lan Mapadudusan Agung Merajan Tengah Griya Cucukan Klungkung Bali
Kemudian karena sekian tahun belum pernah dilaksanakan, penyucian secara menyeluruh maka saat dilakukan renovasi palinggih di Merajan Tengah.
TRIBUN-BALI.COM – Karya mamungkah, ngenteg linggih, mapedudusan agung, Pura Merajan Tengah, Griya Cucukan, Desa Selat, Kecamatan Klungkung, Bali telah mulai terlaksana.
Ida Bagus Nyoman Putra Biomantara, Manggala Prawartaka (Ketua Panitia) menjelaskan, bahwa upacara seperti ini belum pernah dilaksanakan dari awal merajan berdiri hingga saat ini.
“Dihitung dari zaman Maha Raja Klungkung I Dewa Agung Putra III, 225 tahun yang lalu belum pernah melaksanakan karya besar seperti ini,” sebutnya.
Kemudian karena sekian tahun belum pernah dilaksanakan, penyucian secara menyeluruh maka saat dilakukan renovasi palinggih di Merajan Tengah.
Telah dilengkapi dengan palinggih yang lain, selanjutnya merencanakan rancangan karya agung memungkah ngenteg linggih lan mepedudusan agung.
Baca juga: Pasca Kasus Penutupan Asram, Dugaan Tindak Pidana Ujaran Kebencian, 2 Akun Facebook Dilaporkan
Baca juga: Pemprov Bali Optimalkan Teba Modern di Lingkungan Kantor Perangkat Daerah

Persiapan karya agung ini telah dilaksanakan sejak 23 Juli 2025, dengan uraian dudunan karya sebagai berikut :
1. Tanggal 23 Juli 2025 Matur piuning,Nyukat Genah lan Nanceb Wewangunan miwah Tetaring
2. Tanggal 3 Agustus 2025 Nuwur tirta Ngingsah , Nyuci
3. Tanggal 6 Agustus 2025, Nuasen Karya , ngawit Nyuci, Ngingsah, negtegang bweras mlaspas tetaring lan wewangunan , ngunggahang sunari, mebanten pengalang ngalang bilang bucu , ngawirin ngoreng, nyuaraang kentungan
4. Tanggal 17 September 2025, Ngajum Pedagingan
5. Tanggal 19 September 2025 , Mepepada Tawur, Nedunang, Ngias Ida Bethara, Memben Tawur
6. Tanggal 20 September 2025 Tawur Balik Sumpah Agung, Mlaspas, Nubung Pedagingan, Masupati Pralingga, Karya Pengingkup
7. Tanggal 24 September 2025, Nuwur Tiirta Kahyangan Jagat Bali
8. Tanggal 3 Otober 2025, Melasti Nunas Tirta Kamandalu, Memasar, Memendak Ida Bethara
9. Tanggal 5 Oktober 2025 Mepepada Karya, Memben Karya, Mlaspas Bagia Pulekerti
10. Tanggal 6 Otober 2025 Puncak Karya Pengebek, Pengenteg, Pengodal , Peselang, Mejejiwan, Angindang, Pedanan
11. Tanggal 7 Oktober 2025, Penganyar Melayagin
12. Tanggal 8 Oktober, Penganyar, Nyunyukin
13. Tanggal 9 Oktober 2025, Perngayar Ngelemekin
14. Tanggal 10 Oktober 2025, penganyar
15. Tanggal 11 Oktober 2025 , Nyenuk, Mekebat daun, Mangun Ayu
16. Tanggal 12 Oktober 2025, Mejauman, Rsi Bojana
17. Tanggal 13 Oktober 2025 Nyineb, Nuwek, Ngeseng, Mendem Bagia Pulakerthi rauhing Mralina Wewangunan lan Tetaring.
18.Tanggal 18 Oktober 2025, Metirta Yatra, Meajar-ajar

Sebagai Yajamana Karya adalah Ida Pedanda Gde Putra Tembau dan sebagai Pedande Tapini adalah Ida Pedande Istri Mayun dari Griya Gede Aan. Sebagai Manggala Karya adalah Ida Bagus Nyoman Putra Biomantara, sebagai Kelihan Dadia Merajan Tengah adalah Ida Bagus Ketut Putra.
Sedikit ulasan karya, yaitu puncak karya 6 Oktober 2025 dan nyineb karya pada 13 Oktober 2025. “Matur piuning, nanceb tetaring dan lainnya pada 23 Juli 2025,” sebutnya.
Lalu 6 Agustus 2025 nuasen karya, yang mana mencakup nyuci, negtegang beras, ngunggahang sunari, melaspas dan lain sebagainya termasuk membuat sanganan catur.
Puncak pada 6 oktober 2025, Pengebek (penuh) lalu pangenteg Ida Bhatara agar linggih Ida enteg malinggih di merajan. Sehingga sinar suci Ida Bhatara bertambah terang khususnya menyinari, menganugrahkan kehidupan pretisentananya (keturunan). “Jadi pada tanggal 6 Oktober 2025 , Pangebek, Pangenteg, Pengodal,” imbuhnya.
Setelah katuran Karya Pengebek, Pangenteg, Pengodal, Ida Bhatara sami tedun ke bale paselang lalu katuran upacara mapeselang. Ida Bhatara maprewerti menciptakan bumi beserta seluruh isinya. Ada nyasa Sanghyang Smara Ratih, Kemudian ada prosesi majejiwan yang artinya jiwa,hidup menciptakan segala kehidupan.
Usai mapeselang baru Ida Bhatara kembali tedun ke bale pedanan dan malinggih di sana. Setelah dipuja oleh Ida pedanda Siwa Buda, lalu Ida Bhatara medana - dana, mapaica ke anak cucu pretisentananya. Setelah prosesi itu selesai, baru Ida Bhatara kembali ke utama mandala merajan malinggih ring linggih soang-soang.
“Sebelum malinggih datang dari mapedanan Ida Bhatara, kairing nodya mendem guling I Bagus dan I Ayu. Babi yang dipakai sarana spesial babi cundang pajyut yaitu babi turus gunung yang jidat dan ekornya berisi warna putih" sebutnya.

Ida Bagus Ketut Putra, Kelihan Merajan, menambahkan tujuan dan harapan karya di Merajan Tengah, Griya Cucukan ini, adalah sebagai wujud bakti dan terima kasih kepada kawitan. Kemudian sebagai simbol pembersihan setelah dilakukan perbaikan dan lain sebagainya.
“Melalui upacara dan lain sebagainya ini, agar taksu yang terkikis oleh waktu dan redup bisa kembali bersinar, bangkit menarik gravitasi bumi. Melalui daksina palinggih, tujuannya agar Ida Bhatara sami enteg malinggih,” sebutnya. Khususnya menarik sinar suci Ida Bhatara kawitan malinggih di merajan.
Dana upacara berasal dari iuran semeton dan sifatnya wajib, bagi 160 KK atau semeton ngarep sebesar Rp3 juta per KK bisa dicicil mulai dari Januari- dan bulan Juli 2025 dan sudah lunas semua. “160 KK ini, krama pangempon wajib paturunan. Nah sisanya baru dana punia,” tegasnya.
Dana punia dapat berupa uang, dapat juga berupa bahan upakara dan bebantenan wewangunan upakara, tenaga dan ayah ayahan bakti yang tulus dan lain sebagainya. Total angga semeton Griya Tengah Cucukan yang aktif lebih dari 160 kepala keluarga, dan bila dihitung keseluruhan mencapai 600 orang krama belum termasuk yang telah merabian/kawin keluar yang tetap mengingat dan tetap bakti kepada Leluhur di Merajan Tengah Griya Cucukan sebagaI Merajan Kawitan.
Sementara memulai tahapan awal karya sejak tanggal 6 Agustus 2025, mempersiapkan dari pagi pukul 08.00 WITA sampai jam 1 – 2. “Sami datang ngayah, lanang istri, kemudian ada yang makemit di bale pasucian,” imbuhnya.
Dari 6 Agustus 2025, tonggak upacara dimulai berarti sudah nyuciang karya. Sehingga tatkala ada semeton yang kacuntakan maka akan ada aturan masing-masing.
Harapan lainnya, agar semua semeton, baik di Bali, luar Bali, hingga di belahan dunia datang ke Merajan Tengah, Griya Cucukan ngaturang sembah bakti agar tak melupakan Bhatara Leluhur Kawitan di Merajan Tengah terus memohon agar selalu mendapatkan kerahayuan labda karya berumur yang panjang, sehat berbahagia.

SEKILAS SEJARAH MERAJAN TENGAH
Ida Bagus Wikantara, menjelaskan bahwasanya di Merajan Tengah ini ada 14 palinggih di Merajan Tengah sampai di jaba sisi. Kemudian ada bale kulkul, bale sor, bale pesandekan dan piasan.
Disebutkan bahwa Merajan Tengah, Griya Cucukan, adalah merajan kawitan dari semeton brahmana Kemenuh Griya Tengah Cucukan yang tersebar di berbagai wilayah baik Bali, luar Bali, bahkan ada yang menetap di luar negeri.
Piodalan di Merajan Tengah Griya Cucukan diadakan pada hari Purnama Kapat, yang jatuhnya pada setiap tahun. Selanjutnya Ida Bagus Wikantara yang juga sebagai prawartaka karya, yaitu anggota baga penggalian dana meminta kepada seluruh semeton pratisentana Ida Bhatara di Merajan Tengah untuk ikut aktif ngaturang ayah berupa tenaga dengan tulus dan Ikhlas sebagai wujud bakti kepada leluhur.
"Dan juga ikut serta menghaturkan punia semampunya agar karya agung ini, dapat berjalan lancar tanpa hambatan yang berarti semoga Hyang Bhatara Leluhur Lelangit di Merajan Tengah selalu menuntun kita semua sehingga karya ini berjalan lancar dan sukses," sebutnya.
Sejarahnya, kawitan semeton Merajan Tengah berawal dari Griya Kemenuh Kayu Putih Buleleng kemudian ke Griya Banjar, selanjutnya berpindah ke Griya Kemenuh Kamasan ditunjuk sebagai Bhagawanta Raja Bali yaitu Kerajaan Gelgel.
Menjadi seiring perjalanan waktu, selanjutnya melakukan perjalanan ke Desa Lusuh Selat Duda, kemudian berpindah ke Sidemen dan selanjutnya berpindah lagi ke Selat Kawan Klungkung sebagaimana disebut dengan Griya Sangku di Selat Kawan klungkung.
Ketika Ida Bhatara berkehendak untuk kembali pulang Ke Banjar Buleleng, beliau dicegah oleh masyarakat dan dimohon untuk menetap di Selat Kawan. Kemudian dihaturkan tegak griya lengkap dengan merajan sebagaimana dikenal sekarang sebagai Griya Cucukan Klungkung.
Griya Cucukan berasal dari kata muncuk, karena berada di puncak Desa Selat Kawan sampai hari ini. Merajan yang dikenal sekarang ini sebagai Merajan Tengah Griya Cucukan, dibangun oleh Ida Pedanda Gunung, yang merupakan salah satu putra dari Ida Pedanda Sangku, Ida Pedande Gunung adalah Pendiri Merajan Tengan Griya Cucukan Klungkung. (*)
SLF 2025 Kembali Hadir, Angkat ‘Buda Kecapi’ sebagai Napas Sastra Kontemporer |
![]() |
---|
JEJAK Sang Maestro Legong & Kebyar Peliatan, Anak Agung Oka Dalem Kisahkan Perjuangan Sang Ayahanda |
![]() |
---|
PAJANG Lukisan Tema Karma & Reinkarnasi Hingga Kritisi Sampah, Roots 100 Tahun Walter Spies di Bali |
![]() |
---|
Refleksi 50 Tahun Perjalanan Apel Hendrawan, Perjalanan Kelam hingga Pembebasan Lewat Seni |
![]() |
---|
Disparbud Jembrana Rancang 3 Event Makepung, Bagian Kebudayan Khas Jembrana |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.