Cikal Bakal Puri Tegaltamu, Inisiatif Para Pengungsi dari Badung

Editor: Iman Suryanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Wayan Eri Gunarta

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Ketika terjadi perang saudara di Puri Tegeh Agung (sekarang Gria Jro Agung Tegal, Banjar Tegal, Badung), Kyai Anglurah Putu Agung Tegeh Kori mengungsi ke daerah Gianyar. Ia ditemani 125 pengikut setia.

Di lokasi baru itu dia membangun puri yang diberi nama Puri Tegaltamu. Kyai Anglurah Putu Agung Tegeh Kori adalah putra pertama dari Arya Kenceng Tegel Kori IV.

I Gusti Ngurah Pertu Agung (37), keturunan Puri Tegaltamu menceritakan, nama Tegaltamu dipakai untuk menunjukkan identitas bahwa mereka adalah tamu dari Banjar Tegal yang mengungsi ke Gianyar. Nama itu adalah sejarah asal-usul para pendirinya.

"Pengungsian itu terjadi karena ada konflik di internal keluarga. Makanya beliau meninggalkan Tegal dan pindah ke Gianyar," ujarnya saat ditemui di Puri Tegaltamu, Sabtu (19/4/2014) sore.

Kepindahan Kiyai Anglurah diikuti oleh prajurit dan cendekiawan yang setia terhadapnya.

"Di Banjar Tegaltamu, cendekiawan kepercayaan itu mendapatkan kedudukan sosial secara keadatan. Misalnya, menjadi pemangku, kelian adat dan sebagainya," ungkapnya.

Pekerjaan utama para pengungsi Tegaltamu adalah berdagang. "Mereka kan warga pengungsi. Otomatis tidak memiliki tanah untuk bercocok tanam. Maka dari itu, pekerjaan yang bisa dilakukan hanya menjadi pedagang barang kesenian," ujarnya sampil beberapa kali melihat air hujan yang turun di sore itu.

Zaman mengikis bibit permusuhan. Seiring berjalannya waktu, kini Puri Tegaltamu dengan Puri Tegeh Kori kembali rukun. Saat ada upacara adat, keturunan Puri Tegaltamu selalu datang ke sana. Begitu juga sebaliknya.

"Tidak hanya Puri Tegaltamu, Puri Pemecutan, Puri Kesiman, Puri Jambe dan Puri Ksatria juga sudah bersatu. Pusat semua puri ini bukan di Puri Tegeh Kori, tapi di Puri Tabanan. Sebab Puri Tegeh Kori juga merupakan cabang dari Puri Tabanan," ungkapnya.

Puri seluas satu hektare itu saat ini menjadi pusat kebudayaan di Banjar Tegaltamu. "Kami berusaha agar puri ini tetap menjadi ikon kebudayaan dan berusaha. Kami semua ingin semua yang ada di Tegaltamu, seperti seni tari, seni lukis, seni pahat dan lainnya bisa dicover oleh puri. Sebab eksistensi puri tergantung pada keberlanjutan kebudayaan," ujar dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) itu. (*)

Berita Terkini