“Desa hanya sebagai fasilitator, tidak ada sumbangan dana. Kami cuma menyediakan satu unit mobil pemadam kebakaran, beberapa banten kecil dan konsumsi pecalang,” terang Bendesa yang berasal dari Banjar Dlodtangluk ini.
Ngaben massal secara kolektif ini hanya dilakukan dua banjar yaitu Banjar Gelumpang dan Banjar Tebuana.
“Sisanya ada yang baru meninggal atau memilih ngaben secara pribadi tapi mengikuti rentetan upacara ngaben massal di desa,” jelas Pujha Antara.
Setelah upacara pengutangan (membakar sawa) ini selesai, dilanjutkan dengan upacara ngirim yaitu menghanyutkan abu sisa pembakaran sawa ke laut, Senin (3/7/2015).
“Ya menghanyutkan abu ke pantai itu berselang satu hari setelah pembakaran sawa karena mencari hari baik,” tambahnya. (*)