Kategori gempa besar bermagnitudo antara 7 Skala Richter (SR) hingga 8 SR. Sedangkan gempa Lombok yang guncangannya terasa sampai di Bali ini dua kali tercatat berskala besar.
Jadi secara syarat, aspek yang membuat orang mengalami trauma hingga berhalusinasi terjadi gempa sudah terpenuhi.
Kepala Science Gallery di King’s College, London, Daniel Glaser menjelaskan, gempa khayalan normal terjadi setelah seseorang ada pada situasi mengalami gempa besar.
Gempa bumi membuat keseimbangan kita terganggu karena otak ikut terguncang.
Gempa khayalan bisa terjadi kapan saja.
Saat kamu duduk di meja kerja seakan lantai bergoyang padahal tidak, saat kamu di toilet seakan tembok bergetar padahal tidak, saat di halte menunggu bus seakan kamu diayak bak pasir padahal tidak.
Bahkan saat sedang tidur kasur mu seakan terangkat padahal tidak.
Gempa khayalan sama halnya dengan kondisi di mana seseorang merasa terus bergoyang saat berada di darat setelah melewati perjalanan di laut.
Dalam halusinasi lainnya, pernah tidak terngiang suara ponsel berdering meskipun tidak ada yang menghubungi kalian. Pernah tidak merasakan saku bergetar padahal ponsel kalian ada pada mode dering.
Dr Hideaki dari Mejiro University Clinic menyebutkan, sensasi ini adalah kondisi yang mirip dengan penyakit gerakan. Gempa khayalan semacam ketakutan psikologis yang membayangi kepala.
Gempa khayalan representasi ketakutan bagi orang yang telah menyaksikan gempa bumi besar sebelumnya.
Korban khawatir terhadap gempa besar yang telah atau akan terjadi.
Mereka yang menderita sindrom ini telah mengalami sejumlah tremor atau sedang merasakan guncangan bumi yang cukup sering sehingga gempa menjadi peristiwa yang umum.
Meskipun tidak ada obat, dokter menyarankan agar orang-orang yang mengalami perasaan ini fokus menenangkan diri.
Jangan panik yang hanya akan membuat keadaan menjadi lebih buruk lagi.