“Sebelumnya batasnya hanya Rp 35 ribu, namun karena angka kebutuhan semakin tinggi, maka jumlahnya kami tingkatkan. Kami harap tiap anggota mampu memanfaatkan dana pinjaman itu sebaik-baiknya,” ujarnya.
Selain dari bunga pinjaman, pemasukan kas pun didapat dengan upaya lain.
Sekaa Teruna Eka Dharma Suwitra juga sempat mengadakan penggalian dana berupa bazar.
Bazar dilakukan di banjar.
Anggotalah yang secara langsung melayani pembeli.
Menurut Yoga, sistem bazar banjar ini lebih efektif sebab bisa segera tahu berapa keuntungan yang akan didapat.
“Kegiatan bazar juga menjadi ajang anggota kami untuk berkumpul. Di sini kami sama-sama berlatih menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan kekompakan. Meskipun saat bazar ada anggota baru, mereka bisa langsung berbaur. Inilah semangat yang ingin kami rajut,” kata ketua pemuda yang menjabatan hingga 2019 ini.
Namun Yoga menambahkan, bazar tak diadakan rutin setiap tahun.
Bazar paling tidak baru digelar setiap 3-4 tahun sekali.
Hal ini dikarenakan ada banyak hal yang harus disiapkan untuk membuat bazar, sedangkan ada banyak agenda pemuda dalam satu tahun.
Terakhir mereka mengadakan bazar adalah 2017 lalu.
“Kami sudah sepakat keuntungan bazar tahun lalu, seluruhnya kami sumbangkan pada pihak banjar. Sebab banjar kami memiliki rencana untuk merenovasi bale banjar. Tidak satu rupiah pun masuk dalam kas kami,” tutur Yoga.
Ia pun berharap agar generasi selanjutnya tetap rungu terhadap banjar.
“Tunjukkanlah bahwa pemuda mampu berkontribusi positif terhadap banjar dan masyarakat luas. Janganlah menjadi pecandu medsos saja,” pesan Yoga. (*)