Simpang ring Banjar

Di Banjar Junjungan Ubud, Tak Semua Sampah Berakhir di TPA

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Papan Nama di Banjar Junjungan, Ubud

Sampah itu akan dikelola menjadi benda berguna.

Baca: Best Western Premier Ubud Raih Penghargaan Hotel Terbaik Se-Asia

Baca: Bulan Madu di Ubud, Aura Kasih Bagikan Foto-foto Romantisnya Bersama Eryck Amaral

“Tidak semua sampah harus dibuang. Tapi ada yang bisa diolah menjadi benda yang memiliki nilai ekonomis. Karena itu, astungkara, mudah-mudahan tahun 2019 ini, kami sudah memiliki bank sampah,” harapnya.

Sudiarta mengaku, awalnya pihaknya optimistis program ini akan berhasil.

Sebab krama diwajibkan memilah sampahnya.

Pemilahan sampah hampir menjadi sesuatu yang sulit dilakukan hampir di setiap desa Bali.

Namun setelah mensosialisasikannya ke krama banjar, Sudiarta mengaku lega.

Sebab krama mengaku siap menyukseskan program ini.

“Saya katakan, ini program bukan program saya, saya hanya menyarankan. Saya senang krama tertarik, karena ini juga memiliki nilai ekonomis. Meskipun tak seberapa, tapi siapa tahu, layanan pembuangan sampah yang saat ini bayar, dengan adanya program bank sampah ini menjadi gratis,” harapnya. 

Wajib Ikut Tari Kecak

Banjar Junjungan, Kelurahan/Kecamatan Ubud memiliki cara khusus agar krama-nya terlibat dalam pelestarian seni tari kecak.

Yakni, KK wajib menunjuk seorang anggota KK-nya ikut dalam sekaa Kecak Banjar Junjungan.

Hal ini bahkan sudah diterapkan sejak tahun 1998, dan hingga saat ini masih tetap dipertahankan.

Wayan Sudiarta mengatakan, banjar yang berada di perbatasan utara Kecamatan Ubud ini, sejak turun-temurun sangat konsisten dalam melestarikan seni kecak.

Kesenian ini selain dipentaskan dalam acara piodalan, juga ditarikan secara reguler di jaba (areal luar) Pura Desa setempat, setiap hari Senin, yang dimulai dari pukul 19.00 Wita.

Antusiasme penonton cukup tinggi karena kecak Banjar Junjungan tak pernah mengecewakan, khususnya dari segi jumlah.

Halaman
123

Berita Terkini