Dalam kondisi apapun, jumlah penari tetap dalam kisaran 180 orang, yang tentunya jumlah ini membuat aura magis pertunjukan menjadi tinggi.
“Jumlah penari Kecak termasuk tarian pemapar lampan, 180 orang. Sebab masing-masing kepala keluarga di sini, wajib menunjuk salah seorang anggota keluarganya ikut dalam sekaa kecak,” ujarnya.
Baca: Peserta Kirab Pemuda 2018 Disambut Tari Kecak dan Parade Budaya saat Singgah di Gianyar
Baca: Tampil Kembali di Perayaan Deepavali India, Tahun Ini UNHI Denpasar Tampilkan Kecak Ramayana
Penghasilan dari pementasan kecak reguler ini, kata dia, tidak pernah sekalipun dibagi secara perorangan, melainkan dimasukkan ke dalam kas banjar, yang nantinya dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur banjar.
Karena hal ini pula, pihaknya mengenai sanksi denda bagi krama yang tak hadir dalam pementasan.
“Dendanya tidak banyak, hanya sekadarnya saja, lebih bersifat untuk mengikat kepedulian krama atas keberlangsungan seni kecak,” ujarnya.
Meskipun sanksi yang dikenakan tidak terlalu merugikan krama, Sudiarta mengatakan selama ini tak pernah ada krama yang mengabaikan pementasan kecak.
Sebab hampir semua krama, bahkan generasi muda sangat aktif dalam tarian ini.
“Bukan hanya orangtua yang teribat, tetapi generasi muda juga antusias. Kalau orangtuanya tak bisa hadir karena suatu halangan, biasanya digantikan anaknya. Saya berharap kesenian kecak tetap lestari, khususnya di Banjar Junjungan,” tandasnya. (*)