Serba Serbi

Tilem Bertepatan dengan Kajeng Kliwon, Lakukan Ini

Penulis: Putu Supartika
Editor: Irma Budiarti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Desa Pakraman Intaran, Sanur Kauh menggelar prosesi upacara Ngusaba Desa lan Nangluk Merana di Pantai Sanur, pada Tilem Sasih Kelima yang jatuh pada Selasa (29/11/2016).

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hari ini, Senin (4/2/2019), merupakan perayaan bulan gelap pada bulan kedelapan atau Tilem Kawulu bagi umat Hindu, khususnya di Bali.

Tilem ini merupakan pertanda bahwa sasih atau bulan dalam sistem kalender Bali telah usai dan berganti dengan sasih berikutnya yakni Sasih Kesanga atau bulan kesembilan.

Selain itu, Tilem Kawulu ini juga bertepatan dengan Kajeng Kliwon yang dianggap keramat oleh sebagian masyarakat Bali.

Menurut Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Putu Eka Guna Yasa, pemujaan kepada gelap atau Tilem itu jelas sekali ditujukan kepada Siwa.

Menurutnya, dalam Jnyana Sidantha disebutkan di dalam matahari ada suci, di dalam suci ada siwa, di dalam siwa ada gelap yang paling gelap.

Hal itulah yang menyebabkan tilem mendapatkan pemuliaan.

Guna mengatakan di daerah Bangli ada Pura Penileman, dimana setiap Tilem dilakukan pemujaan di sana.

Baca: Hasil Liga Inggris, Manchester United Menang Tipis Atas Lecester City

Baca: LINK STREAMING Siaran Langsung Liga Inggris, Manchester City vs Arsenal

"Di Pura Penileman dilakukan pemujaan kepada Siwa, karena ada warga masyarakat yang nunas (meminta) pengidep pati atau sarining taksu jelas sudah Siwa. Bukti arkeologis ada arca Dewa Gana yang merupakan putra Siwa,” katanya.

Sehingga dalam konteks kebudayaan di Bali yang dimuliakan bukan bulan terang saja atau Purnama, tapi gelap yang paling gelap juga dimuliakan.

Sementara itu, dalam buku Sekarura karya IBM Dharma Palguna halaman 9 dikatakan, kepada kita para Guru Kehidupan (dan Guru Kematian) mengajarkan agar menghormati gelap, tidak kurang dari hormat pada terang.

Hormat pada gelapnya bulan mati (Tilem) tidak kurang dari hormat kita pada terang bulan purnama.

Disebutkan lebih lanjut dalam buku itu pada halaman 10, pembelaan Mpu Tan Akung kepada gelap yaitu gelap tidak harus dihindari atau diusir dengan mengadakan terang buatan.

Tapi dengan memasukinya, menyusupinya, meleburkan diri di dalamnya, atau memasukkannya ke dalam diri.

Baca: Paulo Sergio Bergabung, Begini Komentar Ilija Spasojevic

Baca: Hasil Liga Inggris, MU Ungguli Leicester City di Babak Pertama

Saat Tilem atau bulan mati, umat Hindu wajib untuk mengenyahkan segala dosa, noda, dan kekotoran dari dalam diri.

Halaman
1234

Berita Terkini