Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hari ini, Rabu (26/2/2019), Kota Denpasar memperingati hari jadinya yang ke-231 tahun.
Hari jadi Kota Denpasar ini diperingati sesuai dengan berdirinya Puri Denpasar tahun 1788.
Berdasarkan dokumen yang didapat Tribun Bali dari Humas Kota Denpasar sesuai dengan penelusuran sejarah Kota Denpasar yang dilakukan oleh Bappeda Denpasar, berikut sejarah berdirinya Puri Denpasar.
Ada seorang Raja yang menjadi pewaris tahta di Puri Alang Badung.
Baca: Prabowo Janji Jemput Habib Rizieq Pakai Pesawat Pribadi Bila Terpilih Jadi Presiden
Baca: Sutradara Ini Ajak Para Selebritis Indonesia Weekend hingga Nikah di Rumah Luwih
I Gusti Pukulbe Aeng merupakan putra dari I Dewa Agung Anom di Puri Sukawati.
Tahun 1750 ia memindahkan keratonnya dan membangun Puri Satria.
Nama Puri Satria ini dikaitkan dengan Raja l Dewa Agung Anom di Puri Sukawati yang merupakan trah Ksatria.
Saat Raja I Gusti Pukulbe Aeng wafat dan digantikan putranya I Gusti Ngurah Pukulbe Ksatria, Puri Satria menjadi Iemah.
Baca: Tradisi Ngerebeg di Marga Tabanan Akan Ditetapkan sebagai WBTB Tahun Ini
Baca: Pusat Layanan Autis Gelar Pelatihan Kompetensi, Selly Mantra Apresiasi Dedikasi Tenaga Pendidik
I Gusti Ngurah Pukulbe Ksatria memimpin hingga tahun 1779 setelah gugur di tangan pasukan I Gusti Ngurah Made.
Kelemahan ini digunakan oleh I Gusti Ngurah Rai, adik I Gusti Ngurah Made seorang manca di Puri Kaleran, bawahan dan cucu raja di Puri Pamecutan.
Pertama, I Gusti Ngurah Rai mengadakan perundingan dengan Dewa Manggis, raja di Kerajaan Gianyar.
Dewa Manggis pun menyatakan kesiapannya membantu usaha I Gusti Ngurah Rai.
Baca: Driver Ojek Online Cekik Pacarnya Hingga Tewas, Polisi Ungkap Motif & Perkenalan via Aplikasi Ini
Baca: Gelar Seminar Denpasar Kota Budaya, Rai Mantra: Penguatan Kebudayaan Dukung Pengembangan Ekraf
Untuk melaksanakan niatnya, ia sengaja mencari alasan perselisihan dengan raja di Puri Satria.
Upaya ini berhasil dan berakibat dikepungnya Puri Satria oleh I Gusti Ngurah Made yang dibantu laskar Gianyar.
Serangan gabungan ini berhasil dan menewaskan Raja I Gusti Ngurah Pukulbe Ksatria.
Bekas kekuasaan Puri Satria lalu diambil alih oleh I Gusti Ngurah Made.
Karena Puri Satria rusak, maka I Gusti Ngurah Made mendirikan keraton baru yang dijadikan pusat untuk mengendalikan pemerintahannya di sebelah selatan Puri Satria.
Karena didirikan di sebelah utara pasar, maka setelah selesai diberi nama Puri Denpasar (kini Jaya Sabha) pada tahun 1788.
Baca: Berkat JKN-KIS, Made Astawa Kini Sembuh dari Penyakit Usus Buntu
Baca: Serbu Markas ISIS di Irak, Pasukan Elit Inggris Temukan Kepala 50 Perempuan Yazidiz di Tong Sampah
I Gusti Ngurah Made dalam pemerintahannya menggunakan gelar I Gusti Ngurah Made Pamecutan (1788-1813), karena keturunannya dari Puri Pamecutan dan dari pihak raja di Puri Pemecutan pun mengakui kekuasaan raja di Puri Denpasar.
Untuk menepati janji I Gusti Ngurah Rai terhadap Raja Gianyar yang telah membantunya, Raja I Gusti Ngurah Made Pamecutan menyerahkan Desa Batubulan menjadi wilayah Kerajaan Gianyar.
Janji lainnya ialah wasiat yang diberikan oleh Raja I Gusti Ngurah Pukulbe Ksatria di Puri Satria sebelum tewas, yaitu menyerahkan permaisuri yang masih hamil kepada I Gusti Ngurah Made Pamecutan disertai syarat.
Syarat dan wasiat itu menyatakan bahwa kelak apabila lahir anak laki-laki maka dia yang berhak menduduki tahta kerajaan (Ida Cokorda Denpasar IX).
Baca: Fenny Bauty Menangis Ingat Zaskia Sungkar Dan Irwansyah Yang Belum Punya Anak : Jangan Ditinggalin
Baca: Ahok Akhirnya Klarifikasi Hubungannya Dan Isu Negatif Tentang Puput : ‘Kalau Mau Salahkan Saya’
l Gusti Ngurah Made Pamecutan adalah raja pertama dari Puri Denpasar yang memperluas wilayah Kerajaan Badung.
Pernah menyerang dan menguasai Kerajaan Jembrana (1805-1818), namun pada tahun 1818 direbut oleh raja Buleleng.
I Gusti Ngurah Made Pamecutan membagi daerah kekuasaannya kepada dua orang putranya yaitu l Gusti Gde Ngurah dan I Gusti Gde Kesiman sebelum dia wafat pada tahun 1813.
Tahta di Puri Denpasar diwariskan kepada I Gusti Gde Ngurah.
Setelah dinobatkan, ia bergelar l Gusti Ngurah Pukulbe, Raja Denpasar II (1813-1817). (*)