TRIBUN-BALI.COM - Karya kartun bukan saja diniatkan sebagai humor yang menghibur, namun dapat dijadikan media menyampaikan opini atau mengkritisi situasi sosial di masyarakat.
Pada pameran “Kartun Ber(b)isik”, kartunis Beng Rahadian, Didie SW, Ika W. Burhan, Muhammad “Mice“ Misrad, Rahardi Handining dan Thomdean dihadirkan permasalahan aktual di negeri ini dalam sentilan lelucon yang tidak kehilangan esensi kritiknya dengan gaya mereka masing-masing.
Mereka berusaha menyajikannya sesuai dengan semangat “zaman now“ dengan segala perubahannya yang begitu cepat.
Pameran bersama enam kartunis ini dibuka secara resmi pada Jumat (29/03/2019) di Bentara Budaya Bali (BBB), Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, Bypass Ketewel, Sukawati, Gianyar.
Baca: Live Steraming Persija Jakarta vs Kalteng Putra, Pembuktian Gede Sukadana Dkk Tumbangkan Tim Besar
Baca: TRIBUN WIKI - Berikut 6 Calendar of Event 2019 ITDC yang Sayang untuk Dilewatkan
Melalui karya-karya terbarunya, mereka juga berupaya mengingatkan kembali tradisi kritik dalam kartun.
“Para kartunis ini juga ingin mengajak generasi milenial untuk melakukan kritik secara santun sebagai anggota masyarakat yang beradab. Mereka juga ingin mengajak kita mengingat bahwa kemajuan bangsa memiliki dampak positif-negatif. Untuk itu diperlukan cara menyikapi secara bijak,” ungkap Direktur Program Bentara Budaya, Frans Sartono.
Pameran yang berlangsung hingga 9 April 2019 ini juga menyiratkan bahwa proses cipta kartun memerlukan kreativitas dan intensitas pencapaian yang tinggi, mengingat penyampaian dalam bahasa kartun bukan perkara yang mudah.
Kartunis Harian Kompas GM Sudarta (almarhum), dengan sosok Om Pasikom-nya pernah mengatakan, kadang kala kritik kartun atau karikatur kurang tajam.
Karikatur yang tajam menurut Mas GM adalah, karikatur yang bisa membikin tersenyum orang atau siapa pun yang dikritik.
Baca: Wapres Serahkan Penghargaan Sistem Pemerintahan Elektronik Terbaik ke Banyuwangi
Baca: 2 Jenis Penyu Hijau Hasil Sitaan Direhabilitasi, Salah Satunya Terkena Penyakit Langka
Visi kartun lebih pada penyampaian perbaikan lewat cara “berteriak dalam bisikan“ bahwa ada yang perlu diperbaiki.
Mungkin yang berbisik itu oleh sebagian telinga terdengar berisik.
Sebelum dipamerkan di BBB, Kartun Ber(b)isik telah lebih dahulu diselenggarakan di Bentara Budaya Jakarta (3-13 Oktober 2018).
Khusus untuk eksibisi di BBB, program ini ditautkan pula dengan lokakarya karikatur untuk generasi muda bersama kartunis I Wayan Nuriarta, S.Pd.,M.Sn. dalam Kelas Kreatif yang telah berlangsung pada 16 Maret 2019.
Ini juga bukan kali pertama Bentara Budaya Bali menyelenggarakan pameran kartun.
Jauh sebelumnya, yaitu Benny & Mice Expo (20-29 Mei 2010) dan 9 th Kyoto International Cartoon Exhibition (9 – 15 Oktober 2010).