Berangkat dari hal itu, aplikasi ini nantinya juga bersifat skala nasional karena akan terintegrasi dengan aplikasi nasional yang dikembangkan Kementerian Kominfo.
Dengan begitu, database informasi hoax akan semakin banyak.
''Kalau aplikasi milik kita masih dalam tahap pengembangan perangkat. Ini masih awal sekali, masih banyak yang harus dibenahi. Jadi memang kita belum ada data,'' tukasnya.
Di-Launching Saat Kebangkitan Nasional
KEPALA Diskominfo Kota Denpasar, I Dewa Made Agung menyebutkan, pembentukan Satgas anti hoax ini mengingat transformasi hoax yang begitu cepat.
''Sehingga sangat sulit dibedakan karena bentuknya juga makin canggih. Beda dengan jaman dulu yang mudah dikenali. Saat ini hoax diramu dengan fakta sehingga bisa diterima sebagai fakta oleh masyarakat,'' jelasnya.
Terlebih, saat ini masyarakat dimudahkan oleh teknologi informasi serba instan tanpa diiringi kemauan check and re-check, memastikan kebenaran suatu informasi.
''Yang diutamakan kecepatan berbagi dan keinginan menjadi yang paling pertama dalam membagi (share) informasi. Inilah yang membuat hoax tumbuh subur,'' katanya.
Terkait Satgas Taboo, menurut Dewa Made Agung, masih dalam tahap persiapan. Saat ini tim sedang mengembangkan data analitik.
''Kalau untuk proses verifikasi data hoax sudah bisa,'' timpalnya.
Dalam waktu dekat, akan diperkenalkan aplikasi Taboo secara resmi kepada publik pada 20 Mei 2019, sekaligus memperingati Hari Kebangkitan Nasional sebagai penanda momen kebangkitan melawan hoax. (*)