“Berbicara masalah kematian, walaupun tidak ngundang leak, kalau sudah takdir dan waktu sudah dipanggil oleh Sang Hyang Paramawisesa, ya kita harus ‘pulang’. Tidak mesti ngundang leak dalang itu meninggal. Sebenarnya ketakutan paranoid seperti itu kalau memang dasar ikhlas ngayah tidak ada rasa takut. Itu kalau saya pribadi,” ujar Sartika.
Dalam kehidupan masyarakat Bali, orang yang kebal santet, kebal cetik, dan segala ilmu hitam dianggap memiliki kesaktian tertentu, atau membawa bekal sesabukan, atau benda-benda keramat sebagai pelindung.
Lalu apakah Sang Dalang Calonarang Dug Byor ini membawa barang-barang tersebut?
Sartika mengaku tidak membawa sesabukan dan segala jenisnya saat mementaskan wayang calonarang.
Ia mengaku cuma bermodalkan doa kepada Tuhan dan meyakini kekuasaan Tuhan dalam ajaran Hindu disebut Tri Kona: Utpeti (Lahir), Stiti (hidup), Pralina (Mati).
“Maaf mengenai sesabukan, sesikepan, bebuntilan, dan lain sebagainya kalau saya pribadi mohon maaf saya tidak menggunakan itu. Keyakinan saya cuma satu Utpeti, Stiti, Pralina. Ya kita kembalikan ke Beliau. Dasarnya satu percaya pada Ida Sang Hyang Widhi cukup bagi saya. Sesabukan saya cuma nunas ica ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” jelasnya.
Dalang Termuda
Sartika sudah akrab dengan dunia pewayangan sejak duduk di bangku SMK.
Bersekolah di SMK Negeri 3 Sukawati membuatnya semakin menggeluti dunia pewayangan khususnya wayang calonarang.
Tahun 2013 silam, pria yang juga akrab disapa Sangar ini kemudian mendirikan sekaa Wayang Calonarang Dug-Byor dinaungi oleh Sanggar Seni Siwa Latri, Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar.
Sebelum fokus di dunia pewayangan calonarang, Sartika aktif menjadi pelawak seni bondres dengan tokoh bernama Sangar.
Mendirikan sekaa wayang calonarang, Sangar kemudian sempat dijuluki dalang calonarang termuda kala itu.
Menurut Sartika, wayang calonarang perlu terus dilestarikan agar tetap mencirikan bahwa Pulau Bali adalah pulau yang sakral alias tenget.
Wayang calonarang juga memberikan pengetahuan bahwa ilmu pengeleakan dan ilmu hitam itu benar-benar ada di Bali.
Dalam wayang calonarang, semua gambaran ilmu warisan leluhur Bali ini dipentaskan dalam bentuk wayang, serta diucapkan dan diperlihatkan keberadaannya.