Setiap pementasan wayang calonarang identik dengan momen ngundang-ngundang leak.
Menurut Sartika, memang ciri khas dari pecalonarangan itu harus ada unsur mistisnya.
Itu sebabnya, wayang calonarang dianggap tenget atau angker oleh masyarakat Bali.
Sebagai dalang wayang calonarang, Sartika tidaklah memiliki rasa iri dengki, menuduh, atau memfitnah seseorang bisa ngeleak.
Pun ia juga tidak menantang orang yang bisa ngeleak secara individu one by one.
“Kalau memang orang tidak paham pasti mengira tantangan ini ada unsur nyapa kadi akulah, pang kadene paling sakti. Justru saya ingin mengubah pemikiran negatif dari pengundangan di kawasan calonarang ini agar dari negatif bisa menjadi positif. Itu saya edukasikan lewat ngundang leak tersebut,” jelasnya.
Contoh lain yang sering terjadi di masyarakat khususnya di pedesaan yakni pada saat salah satu keluarga memiliki bayi.
Momen-momen memiliki bayi ini menurut Sartika sangat rawan orang berprasangka buruk terhadap orang lain, bahkan tak terkecuali orang yang ada dalam satu pekarangan rumah bisa kena fitnah bisa ngeleak.
Misalnya, ketika salah satu keluarga memiliki bayi yang kerap menangis, dan kebetulan pada saat itu ada mertua lewat atau tetangga dari pagar rumah melintas sudah dicurigai bisa ngeleak.
“Karena yang namanya bayi kan dia tidak bisa menyebutkan dia sakit apa. Entah sakit kepala sakit perut. Ketika anaknya menangis, orangtuanya parno. Karena curiga sana sini, ia lantas datang ke balian. Iya kalau balian-nya meluruskan, tapi kebanyakan malah semakin diprovokasi sehingga makin meningkat kecurigaan itu, dan hubungan antar keluarga kurang bagus, antar tetangga kurang bagus,” kata Sartika.
Itulah sebabnya, setiap kali pentas dan ngundang leak, ia selalu menekankan kalimat “Jangan menyakiti orang yang tidak bersalah, ini ada dalang, silakan dimakan. Kalau dalam waktu tiga hari atau 42 hari dalang masih hidup berarti daerah tersebut tidak ada leak yang suka menyakiti atau yang memiliki ilmu pengiwa”.
“Di sana letak edukasi titiang,” kata ayah empat anak ini.
Tarif Hingga Rp 22 Juta
Sampai saat ini, Sartika telah berhasil menggarap dua karya yang direkam dalam bentuk DVD.
Pertama berjudul “Geseng Waringin”, kedua berjudul “Ratu Niang Lingsir Sakti Legu Gondong”.